بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

AMALAN DAN BIDAH YANG TERJADI PADA WAKTU SYABAN
>> Fadhilatusy Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili Hafidzahullahu
 
Definisi Syaban
 
Syaban adalah nama untuk bulan ke delapan dari penanggalan Arab, yang jatuh di antara Rajab dan Ramadan. Nabi ﷺ bersabda:
“Itulah bulan yang dilalaikan oleh manusia, yang jatuh di antara Rajab dan Ramadan” [HR. Ahmad, An-Nasa’i, dan dishahihkan oleh pentahqiq kitab Al-Musnad]
 
Kata “Syaban” itu sendiri bermakna berpencar. Ada dua pendapat ulama tentang sebab penamaan ini:
 
1. Dahulu orang-orang Arab berpencar di bulan ini karena mencari air atau untuk berperang. Ibnu Faris berkata: Dinamakan Syaban karena mereka (orang Arab) berpencar untuk mencari air.
 
Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata:
Dinamakan Syaban karena mereka berpencar di bulan ini, disebabkan banyaknya peperangan.
 
2. Ada pula yang mengatakan, dinamakan Syaban karena muncul di antara Rajab dan Ramadan.
 
Tsa’lab berkata:
Sebagian mengatakan sebab dinamakan Syaban karena muncul di antara bulan Ramadan dan Rajab.
 
Amalan Yang Disyariatkan di Bulan Syaban
Memerbanyak puasa
 
Di dalam hadis disebutkan bahwa Nabi ﷺ dahulu banyak melakukan puasa pada waktu Syaban. Bahkan beliau ﷺ lebih banyak berpuasa di bulan ini dibanding bulan-bulan selainnya.
 
Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa beliau pernah berkata:
 
يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
“Terkadang Nabi ﷺ berpuasa (di bulan Syaban) beberapa hari sampai kami katakan: ‘Beliau tidak pernah tidak puasa’ Dan terkadang beliau tidak puasa terus, hingga kami katakan: ‘Beliau tidak melakukan puasa.’ Dan saya tidak pernah melihat Nabi ﷺ berpuasa sebulan penuh kecuali pada waktu Ramadan. Saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika ketika Syaban.” [Shahih Bukhari bersama Fathul Bari 4/213 no.1969 dan Shahih Muslim 2/810 no.1156]
 
Di dalam riwayat lain dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Belum pernah Nabi ﷺ berpuasa satu bulan yang lebih banyak daripada puasa pada waktu Syaban. Bahkan beliau puasa Syaban sebulan penuh.” [HR. Bukhari 4/213 no.1970]
 
Imam Tirmidzi menukil ucapan Abdullah bin Mubarak rahimahumallahu, beliau mengatakan:
Di dalam bahasa Arab diperbolehkan untuk mengatakan dia berpuasa sebulan penuh, jika dia banyak berpuasa di bulan tersebut.
 
Imam Tirmidzi mengatakan:
Abdullah bin Mubarak bermaksud menggabungkan kedua hadis di atas. [Sunan Tirmidzi 3/105]
 
Hadis ini menunjukkan akan kekhususan Syaban untuk memerbanyak puasa di dalamnya, dibanding bulan-bulan lain. Ini menunjukkan akan keutamaan puasa di dalamnya dibanding puasa di bulan lain.
 
Ibnu Rajab rahimahullahu berkata:
Puasa pada waktu Syaban lebih utama dibanding puasa di bulan-bulan haram. Dan sebaik-baik ibadah sunnah adalah jika telah mendekati Ramadan, baik sebelum atau sesudahnya. Perumpamaannya seperti ibadah Sunnah Rawatib yang mengiringi ibadah wajib sebelum atau sesudahnya. Dan hal ini untuk menyempurnakan kekurangan dalam ibadah wajib. Demikian pula dengan puasa sebelum dan sesudah Ramadan. Sebagaimana ibadah Sunnah Rawatib itu lebih afdhal daripada ibadah sunnah yang mutlak seperti dalam salat, maka puasa sebelum dan sesudah Ramadan itu lebih afdhal daripada puasa yang jauh darinya. [Lathaif Al-Ma’arif hal. 129]
 
Ibnu Rajab rahimahullahu di atas menyebutkan bahwa puasa Syaban itu seperti sunnah qabliyah Ramadan, dan puasa Enam hari Syawal seperti sunnah badiyah Ramadan. Dari sini nampak hikmah syariat dalam mensyariatkan untuk memerbanyak puasa Syaban sebagaimana dalam banyak riwayat.
 
Di antara yang paling shahih apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari hadis Usamah bin Zaid dia berkata:
“Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihat Anda banyak berpuasa (sunnah) lebih dari Syaban. Beliau ﷺ menjawab:
‘Itulah bulan yang manusia melalaikannya, yang jatuh di antara Rajab dan Ramadan. Itulah bulan diangkatnya amalan-amalan kepada Allah Rabb semesta alam. Dan aku suka amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa. [HR. Ahmad dan An-Nasa’i serta dihasankan oleh pentahqiq kitab Musnad]
 
Bidah yang Terjadi Pada Waktu Syaban
 
1. Bidah Salat Alfiyah
 
Ini adalah bidah di malam pertengahan Syaban, yaitu melaksanakan salat seratus rakaat dengan berjamaah. Sang imam membaca surat Al-Ikhlas 10 kali di setiap rakaat. Atau sepuluh rakaat, tapi Imam membaca surat Al-Ikhlas 100 kali setelah membaca Al-Fatihah. Ini adalah bidah yang mungkar.
 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata:
Adapun hadis marfu’ kepada Nabi ﷺ tentang Salat (Alfiyah) ini maka ini dusta dan palsu menurut kesepakatan ulama ahli hadis.
 
Ibnu Al-Qayyim rahimahullahu berkata:
Yang aneh adalah orang-orang yang pernah mencium bau ilmu tentang sunnah tapi tertipu dengan lelucon ini, dan dia pun mengerjakan salat tersebut.
 
2. Mengkhususkan malam Nisfu/pertengahan Syaban dengan mengerjakan salat dan melaksanakan puasa di siang harinya.
 
Mereka berdalil dengan hadis
“Apabila telah datang malam Nisfu Syaban, maka kerjakanlah salat, dan berpuasalah pada waktu siangnya”.
 
Ini adalah hadis yang tidak ada asalnya. Kita tidak boleh mengamalkan kecuali yang shahih hadisnya. Maka jelas kebidahan menghidupkan malam Nisfu Syaban. Kalau ada orang berpuasa pada 15 Syaban dengan niat menghidupkan Nisfu Syaban, maka ini adalah bidah. Adapun jika dia berpuasa tanggal 15 tersebut dengan meniatkan untuk puasa Ayyaam Al-Biidh (13,14 dan 15 di setiap bulan Hijriah) dengan didahului oleh puasa dua hari sebelumnya (13 dan 14), maka ini adalah sunnah yang telah dijelaskan dalam hadis-hadis shahih. Akan tetapi puasa Ayyaam Al-Biidh bukan hanya pada waktu Syaban saja, tapi disyariatkan di setiap bulannya.
 
3. Salat enam rakaat di malam Nisfu Syaban dengan tujuan untuk mencegah bala serta memerpanjang usia
 
Hal ini dilakukan dengan membaca Surat Yaasin dan doa. Ini adalah bidah yang tidak berdasarkan dalil dari syariat. Bahkan ulama telah menjelaskan akan kebidahannya.
 
Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata:
Salat yang dikenal dengan Salat Raghaib yaitu 12 rakaat dikerjakan antara Maghrib dan Isya di malam Jumat pertama Rajab, dan Salat Malam Nisfu Syaban 100 rakaat. Kedua salat tersebut merupakan bidah dan perbuatan mungkar yang jelek. Jangan sampai tertipu dengan disebutkannya kedua salat tersebut dalam kitab “Quut Al-Quluub” dan “Ihya’ Ulumuddin”. Dan jangan pula tertipu dengan hadis yang menyebutkan kedua salat tersebut, karena hadisnya batil. Dan jangan tertipu dengan sebagian fatwa ulama yang ditulis di lembaran-lembaran kertas tentang sunnahnya kedua salat tersebut. Karena ini adalah suatu kesalahan.
 
 
Makalah ini diterjemahkan dengan sedikit ringkasan oleh Abu Nafisah Abdurrahman Thoyyib dari www.al-rehaili.net.
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
 
#bidah #bidahSyaban #Syaban #NifsuSyaban #NifshuSyaban #tahajudpertengahanSyaban #qiyamullailpertengahanSyaban #amalanbidah #puasaNifsuSyaban #NisfuSyaban, #15Syaban #Syakban #amalanSyaban, #salat00rakaat #salatRaghaib #salatAlfiyah #salatmalamNifsuSyaban #salatmalamNisfuSyaban