بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
AMALAN APA SAJA DI HARI TASYRIK?
Bismillah was salatu was salamu ala rasulillah, amma ba’du
Pengertian Hari Tasyrik
Istilah Tasyrik diambil dari kata [شرقت الشمش] yang artinya matahari terbit. Menjemur sesuatu, dalam bahasa Arab dinyatakan: [شَرَّقَ الشَيْءَ لِلشَّمْشِ].
Hari Tasyrik adalah tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah. Ada juga yang menyatakan, bahwa hari Tasyrik meliputi empat hari, hari Iduladha dan tiga hari setelahnya.
Abu Ubaid mengatakan:
“Ada dua pendapat ulama tentang alasan penamaan hari-hari tersebut dengan hari Tasyrik:
Pertama: Dinamakan hari Tasyrik karena kaum Muslimin pada hari itu menjemur daging kurban untuk dibuat dendeng.
Kedua: Karena kegiatan berkurban tidak dilakukan, kecuali setelah terbit matahari.” [Lisanul Arab, 10:173]
Keutamaan Hari Tasyrik
Allah ﷻ berfirman:
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“Ingatlah Allah di hari-hari yang terbilang.” [QS. Al-Baqarah: 203]
Yang dimaksud dengan ‘Hari-hari yang terbilang’ adalah tiga hari setelah Iduladha, yaitu hari Tasyrik. Ini merupakan pendapat Ibnu Umar dan Mayoritas Ulama. Sementara Ibnu Abbas dan Atha berpendapat, bahwa ‘Hari-hari yang terbilang’ jumlahnya empat hari: Iduladha dan tiga hari setelahnya.” [Lathaiful Ma’arif, Hal. 314]
Allah ﷻ mengistimewakan hari Tasyrik dengan Allah jadikan hari ini sebagai waktu istimewa untuk berzikir. Sehingga Allah perintahkan kaum Muslimin untuk memerbanyak zikir di hari ini. Dalam hadis dari Abdullah bin Qurth radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
أَعْظَمُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمُ النَّحْرِ، ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
“Hari yang paling agung di sisi Allah adalah Hari Kurban (Iduladha), kemudian hari al-Qarr.” [HR. Abu Daud 1765, Ibnu Khuzaimah 2866, dan disahihkan al-Albani. Al-A’dzami mengatakan dalam Ta’liq Sahih Ibn Khuzaimah: Sanadnya Sahih]
Yang dimaksud hari ‘al-Qarr’ adalah tanggal 11 Zulhijah. Ini berdasarkan keterangan Ibnu Khuzaimah, bahwa Abu Bakar mengatakan:
يَوْمَ الْقَرِّ يَعْنِي يَوْمَ الثَّانِي مِنْ يَوْمِ النَّحْرِ
“Hari ‘al-Qarr’ adalah hari kedua setelah Hari Kurban.”
Di hari Tasyrik, Dilarang Berpuasa
Di hari Tasyrik kita dilarang untuk berpuasa. Nabi ﷺ menyebutnya sebagai hari makan dan minum, serta banyak berzikir kepada Allah. Dari Nubaisyah al-Hudzali radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرٍ لِلَّهِ
“Hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan banyak mengingat Allah.” [HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i]
Ibnu Rajab mengatakan:
و إنما نهى عن صيام أيام التشريق لأنها أعياد للمسلمين مع يوم النحر فلا تصام بمنى و لا غيرها عند جمهور العلماء، خلافا لعطاء في قوله: إن النهي يختص بأهل منى
“Kita dilarang berpuasa pada hari Tasyrik, karena hari Tasyrik adalah hari raya kaum Muslimin, di samping hari raya kurban. Karena itu tidak boleh berpuasa di Mina maupun di daerah lainnya, menurut Mayoritas Ulama. Tidak sebagaimana pendapat Atha yang mengatakan, sesungguhnya larangan puasa di hari Tasyrik, khusus bagi orang yang tinggal di Mina.” [Lathaiful Ma’arif, hlm. 509]
Selanjutnya Ibnu Rajab menjelaskan rahasia di balik larangan puasa di hari Tasyrik:
Ketika orang-orang yang bertamu ke Baitullah telah mengalami keletihan karena perjalanan berat yang mereka lalui, di samping kelelahan setelah ihram dan melaksanakan manasik haji dan umrah, Allah mensyariatkan kepada mereka untuk beristirahat dengan tinggal di Mina pada Hari Kurban dan tiga hari setelahnya. Allah ﷻ perintahkan mereka untuk makan daging sembelihan mereka. Di saat itulah mereka mendapatkan jamuan dari Allah, karena kasih sayang Allah kepada mereka.
Sementara itu, kaum Muslimin di belahan negeri yang lain turut menyemarakkan ibadah seperti yang dilakukan jamaah haji. Kaum Muslimin memerbanyak amalan ibadah selama sepuluh hari pertama Zulhijah. Mereka juga disyariatkan untuk memerbanyak zikir, bersungguh-sungguh dalam ibadah, dan bersama-sama berusaha menggapai ampunan Allah, dengan menyembelih hewan kurban. Setelah itu, mereka bersama-sama merayakan Iduladha dan hari Tasyrik. Setelah mereka lelah dengan memerbanyak ibadah, selanjutnya mereka beristirahat, menikmati hidangan daging kurban di hari Tasyrik.
Allah ﷻ syariatkan kaum Muslimin untuk menjadikan hari ini sebagai hari makan-makan dan minum, agar mereka bisa membantu mereka untuk semakin giat dalam berzikir mengingat Allah, dan melakukan ketaatan kepada-Nya. Dan itu merupakan bentuk syukur nikmat yang sempurna. Di mana nikmat yang kita terima menjadi sarana untuk membantu agar kita semakin giat melakukan ibadah.
Amalan di Hari Tasyrik
Mengingat keistimewaan hari Tasyrik, sebagai orang yang beriman hendaknya kita maksimalkan upaya untuk mendapatkan limpahan rahmat dan pahala dari Allah ﷻ di hari itu. Berusaha untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Memerbanyak amal soleh dan berbagai bentuk ibadah kepada Allah ﷻ. Hanya saja, ada beberapa amal yang disyariatkan untuk dilakukan di hari Tasyrik:
Pertama: Anjuran memerbanyak berzikir
Allah ﷻ berfirman:
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“Ingatlah Allah di hari-hari yang terbilang.” [QS. Al-Baqarah: 203], yaitu di hari Tasyrik.
Dari Nubaisyah al-Hudzali radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرٍ لِلَّهِ
“Hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan banyak mengingat Allah.” [HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i]
Menyemarakkan zikir pada hari Tasyrik bisa dilakukan dalam beberapa bentuk, di antaranya [Lathaiful Ma’arif, 504 – 505]:
• Melakukan Takbiran setiap selesai salat wajib. Ini sebagaimana yang dilakukan para sahabat. Sebagaimana praktik Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau dulu bertakbir setelah salat Subuh pada tanggal 9 Zulhijah, sampai setelah Zuhur pada tanggal 13 Zulhijah.” [Ibn Abi Syaibah dan al-Baihaqi dan sanadnya disahihkan al-Albani]
Demikian juga dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau bertakbir setelah salat Subuh pada tanggal 9 Zulhijah sampai Asar tanggal 13 Zulhijah. Beliau juga bertakbir setelah Asar.” [HR. Ibn Abi Syaibah dan al-Baihaqi. Al-Albani mengatakan: “Sahih dari Ali”]
• Mengingat Allah dan berzikir ketika menyembelih. Karena penyembelihan kurban bisa dilaksanakan sampai hari Tasyrik berakhir.
Nabi ﷺ bersabda:
كُلُّ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ ذَبْحٌ
“Di setiap hari Tasyrik, boleh menyembelih.” [HR. Ahmad, ibn Hibban, Ad-Daruquthni, dan yang lainnya]
• Mengingat Allah dengan membaca Basmalah sebelum makan dan Hamdalah setelah makan. Rasulullah ﷺ bersabda:
إن الله عزَّ وجل يرضى عن العبد أن يأكل الأكلة فيحمده عليها ، ويشرب الشَّربة فيحمده عليها
“Sesungguhnya Allah rida terhadap hamba yang makan sesuap makanan kemudian memuji Allah, atau minum seteguk air dan memuji Allah karenanya.” [HR. Muslim 2734]
• Mengingat Allah dengan melantunkan takbir ketika melempar jumrah di hari Tasyrik, yang hanya dilakukan jamaah haji.
• Mengingat Allah dengan memerbanyak takbiran secara mutlak, di mana pun dan kapan pun, sebagaimana yang dilakukan oleh Umar radhiyallahu ‘anhu. Beliau melakukan takbiran di kemahnya di Mina, kemudian diikuti oleh banyak orang, sehingga Mina bergetar karena gema takbir.” [HR. Bukhari sebelum hadis no. 970]
Kedua: Memerbanyak berdoa kepada Allah
Sebagian ulama menganjurkan untuk memerbanyak berdoa di hari-hari Tasyri ini. Ikrimah (murid Ibn Abbas) mengatakan:
كان يستحب أن يقال في أيام التشريق: { رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ }
“Doa berikut dianjurkan untuk dibaca pada hari Tasyrik:
Rob-banaa aatinaa fiid-dun-yaa hasanaH wa fiil aa-khiroti hasanaH, wa qinaa ‘adzaaban-naar.” [Lathaiful Ma’arif, Hal. 505]
Doa ini kita kenal dengan doa Sapu Jagad. Dan memang demikian, doa ini dianggap sebagai doa yang isinya mengumpulkan semua bentuk kebaikan, dan menolak semua bentuk keburukan. Karena itulah doa ini menjadi pilihan yang sangat sering dilantunkan oleh manusia terbaik, Rasulullah ﷺ.
Anas bin Malik mengatakan:
كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ»
“Doa yang paling banyak dilantunkan oleh Nabi ﷺ adalah Rob-banaa aatinaa fiid-dun-yaa hasanaH wa fiil aa-khiroti hasanaH, wa qinaa ‘adzaaban-naar.” [HR. Bukhari 6389 dan Muslim 2690]
Di samping itu, doa merupakan bentuk mengingat Allah yang sangat agung. Berisi pujian dan harapan manusia kepada Tuhannya. Sehingga hari ini menjadi hari yang istimewa untuk memerbanyak doa.
Ziyad Al-Jasshas meriwayatkan dari Abu Kinanah al-Qurasyi, bahwa beliau mendengar Abu Musa al-Asy’ari berceramah dalam khotbahnya ketika Iduladha:
بعد يوم النحر ثلاثة أيام التي ذكر الله الأيام المعدودات لا يرد فيهن الدعاء فارفعوا رغبتكم إلى الله عز و جل
“Setelah Hari Raya Kurban ada tiga hari, di mana Allah menyebutnya sebagai al-Ayyam al-Ma’dudat (Hari-hari yang Terbilang). Doa pada hari-hari ini tidak akan ditolak. Karena itu, perbesarlah harapan kalian.” [Lathaiful Ma’arif, Hal. 506]
Demikian, semoga Allah memudahkan kita untuk senantiasa istiqamah dalam menggapai ampunan-Nya.
Allahu a’lam.
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)
Sumber: https://konsultasisyariah.com/14538-amalan-di-hari-tasyrik.html
══════
Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Leave A Comment