Akidah Menyimpang yang Diyakini Kebenarannya oleh Banyak Orang [1]

Istighatsah [Istighatsah adalah meminta agar dilepaskan dari kesulitan, kesusahan – penj] dan berdoa kepada mayit, meminta bantuan kepada mereka, mendekatkan diri kepada mereka dengan berbagai bentuk peribadahan. Inilah syirik besar yang dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam.

Berdasarkan firman Allah Ta’ala:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al Fatihah: 4)

Objek pada ayat di atas yaitu kata Iyyaka didahulukan dari kata kerjanya. Hal ini menunjukkan adanya pengkhususan (yaitu ibadah dan meminta pertolongan hanya khusus ditujukan kepada Allah). Demikianlah makna yang ditunjukkan dari kalimat tauhid Laa ilaaha illallah.

Dan di antara jenis ibadah adalah doa. Bahkan doa adalah inti dari ibadah. Sebagaimana hadis shahih yang diriwayatkan An Nu’man Ibnu Basyir radhiyallallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

الدعاء هو العبادة

“Doa adalah ibadah.”

Memalingkan peribadahan kepada selain Allah adalah bentuk kesyirikan dan kekufuran.

وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

“Dan barang siapa menyeru Tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (QS. Al Mukminun: 117)

Kata man dalam ayat di atas merupakan bentuk umum mencakup semua (orang) yang masuk kriteria yang dijelaskan kalimat (jawab syarat) setelahnya.

Maka jelaslah,  siapa saja yang berdoa kepada sesuatu (apapun itu), bersamaan dengan itu ia juga berdoa kepada Allah, maka ia termasuk golongan orang kafir. Firman Allah Ta’ala:

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyeru seseorang pun di dalamnya, di samping (menyeru) Allah.” (QS. Al Jin: 18)

وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang memersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al Maidah: 72)

Termasuk dalam kategori doa adalah beberapa jenis permintaan, seperti meminta dilepaskan dari kesulitan (istighatsah), meminta bantuan, meminta perlindungan (isti’anah) [*].

 

*****

 

Sumber: Al Mindzar Fi Bayaani Katsirin Minal Akhthaaisy Syaai’ah,  Syaikh Shalih bin Abdul Aziz bin Muhammad Alu Syaikh.

 

Diterjemahkan dengan penambahan catatan kaki oleh Tim Penerjemah wanitasalihah.com

Artikel wanitasalihah.com

____________

[*] Istighatsah,  isti’anah boleh ditujukan kepada makhluk dengan tiga syarat:

  1. Permintaan bantuan, pertolongan,  perlindungan pada perkara yang dimampui oleh makhluk.
  2. Orang yang dimintai bantuan tersebut masih hidup.
  3. Orang yang dimintai bantuan tersebut hadir atau mendengar dan membaca pesan permintaan bantuan.

Dalilnya firman Allah Ta’ala tatkala menceritakan kisah Nabi Musa yang dimintai pertolongan oleh salah seorang kaumnya yang berkelahi:

فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ فَوَكَزَهُ مُوسَىٰ فَقَضَىٰ عَلَيْهِ ۖ قَالَ هَٰذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ ۖ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ

“Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya (Musa), untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: “Ini adalah perbuatan setan. Ssesungguhnya setan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya)“. (QS. Al Qashah: 18)

 

http://wanitasalihah.com/aqidah-menyimpang-yang-diyakini-banyak-orang-1/