بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
#AdabAkhlak
ADAB SAFAR / BEPERGIAN JAUH
“Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu, kemudian hendaklah ia berdoa (doa istikharah)” (HR. Ahmad, Bukhari)
“… Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri” (QS. Al-Baqarah: 222)
“Tiada hak bagi seorang Muslim yang memiliki sesuatu yang di dalamnya (harus) diwasiatkan, lantas ia bermalam sampai dua malam, melainkan wasiat itu harus (sudah) ditulis olehnya” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil… ” (QS. Al-Baqarah: 188)
“Satu musafir adalah setan, dua musafir adalah dua setan, dan tiga musafir ialah rombongan musafir” (HR. Ahmad, Abu Dawud. Hadis Hasan)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)” (QS. At-Taubah: 119)
“Jika tiga orang (keluar) untuk bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebagai ketua rombongan” (HR. Abu Dawud)
“Ya Allah, berkahilah umatku pada pagi harinya” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi. Hadis Hasan)
“Hendaklah kalian bepergian pada waktu malam, karena seolah-olah bumi itu terlipat pada waktu malam” (HR. Abu Dawud. Hadis Hasan)
Doa untuk musafir:
أَسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِينَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيمَ عَمَلِكَ
Astawdi’ullaha diinaka, wa amaanataka, wa khowaatiima ‘amalik.
Artinya:
Aku menitipkan agamamu, amanahmu, dan perbuatan terakhirmu kepada Allah.” (HR. Ibnu Majah)
Musafir mendoakan untuk orang yang ditinggalkan:
أَسْتَوْدِعُكَ اللَّهَ الَّذِى لاَ تَضِيعُ وَدَائِعُهُ
Astawdi’ukallaha alladzi laa tadhi’u wa daa-i’ahu.
Artinya:
Aku menitipkan kalian pada Allah yang tidak mungkin menyia-nyiakan titipan-Nya.” (HR. Ibnu Majah)
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa hawla wa laa quwwata illa billah.
Artinya:
Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada-Nya, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya. (HR. Abu Dawud)
اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ,”
سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ، الَلَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، الَلَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، الَلَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةُ فِيْ اْلأَهْلِ، الَلَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوْءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَاْلأَهْلِ.”
Allahu Akbar (3X), Subhaanal-Ladzii sakh-khoro Lanaa haadza wa maa kunnaa lahu muqri-niina wa innaa ilaa robbinaa lamun-qolibun, Allahumma innaa nas-aluka fii safarinaa hadzal-birro wat-taqwa, wa minal ‘amali maa tardhoo, Allahumma hawwin ‘alaynaa safaronaa haadza wath-wi ‘annaa bu’dahu, Allahumma antash-shoohibu fiis-safari wal-kholiifatu fil-ahli, Allahumma inii a’udzubika min wa’tsa-is safari wa kaabatil-manzhori wa suu-il munqolabi fil-maali wal-ahli.
Artinya:
Allah Maha Besar (3x) Maha Suci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak memunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Yaa Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, takwa dan amal yang Engkau ridai dalam perjalanan kami ini. Yaa ALLAH mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Yaa Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Yaa Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga. (HR. Muslim)
“Kami apabila berjalan menanjak mengucapkan Takbir اللهُ أَكْبَرُ
(Allahu Akbar) dan apabila jalan menurun membaca Tasbih سُبْحَانَ الله (Subhanallaah)” (HR. Bukhari)
“Tiga doa yang tidak akan ditolak: Doa orang tua untuk anaknya, doa orang yang sedang berpuasa, dan doa orang yang sedang safar” (HR. Al-Baihaqi)
“Agar keluarganya memunyai waktu terlebih dahulu untuk merapikan diri, berhias, menyisir rambut yang kusut dan dapat bersolek setelah ditinggal pergi” (HR. Muslim)
“Sesungguhnya apabila Nabi ﷺ telah tiba dari bepergian pada saat Dhuha, beliau masuk ke dalam masjid dan kemudian shalat dua rakaat sebelum duduk.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sumber: almanhaj.or.id, rumaysho.com, konsultasisyariah.com
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN Dengan dalih toleransi, jangan sampai kita kebablasan.…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN Boleh toleransi, tapi jangan kebablasan. Tidak sedikit orang…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK) Agar toleransi tidak kebablasan, cobalah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK) Islam agama yang sempurna. Maka pasti ada…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK) Oleh: Ustadz: Dr. Abu Hafizhah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH? Asalnya, Safar Wanita…