بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
ADAB-ADAB BERSIN
 
1. Hendaknya orang yang bersin untuk merendahkan suaranya, dan tidak secara sengaja mengeraskan suara bersinnya. Hal tersebut berdasarkan hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu:
 
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا عَطَسَ غَطَّى وَجْهَهُ بِيَدِهِ أَوْ بِثَوْبِهِ وَغَضَّ بِهَا صَوْتَهُ.
 
“Bahwasanya apabila Nabi ﷺ bersin, beliau ﷺ menutup wajah dengan tangan atau kainnya sambil merendahkan suaranya.” [HR. Ahmad II/439, al-Hakim IV/264, Abu Dawud no. 5029, at-Tirmidzi no. 2746. Lihat Shahih at-Tirmidzi II/355 no. 2205] 2.
 
Hendaknya bagi orang yang bersin menahan diri untuk tidak menolehkan leher (menekukkan leher) ke kanan atau ke kiri ketika sedang bersin, karena hal tersebut dapat membahayakannya. Seandainya lehernya menoleh (menekuk ke kanan atau ke kiri) itu dimaksudkan untuk menjaga agar tidak mengenai teman duduk di sampingnya, hal itu tidak menjamin bahwa lehernya tidak cedera. Telah terjadi pada beberapa orang ketika bersin memalingkan wajahnya dengan tujuan untuk menjaga agar teman duduknya tidak terkena, namun berakibat kepalanya kaku dalam posisi menoleh.
 
3. Dianjurkan kepada orang yang bersin untuk mengucapkan Alhamdulillaah sesudah ia selesai bersin. Dan tidak disyariatkan kepada orang-orang yang ada di sekitarnya untuk serta merta mengucapkan pujian kepada Allah (menjawabnya) ketika mendengar orang yang bersin. Telah ada ungkapan pujian yang disyariatkan bagi orang yang bersin, sebagaimana yang tertuang dalam Sunnah Rasulullah ﷺ yaitu:
 
اَلْحَمْدُ ِللهِ.
Alhamdulillah.
 
Artinya:
“Segala puji hanya bagi Allah.” [HR. Al-Bukhari no. 6223, at-Tirmidzi no. 2747]
 
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
 
Artinya:
“Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.” [HR. Al-Bukhari di dalam al-Adaabul Mufrad no. 394, an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 224, Ibnu Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.259. Lihat Shahihul Jami’ no. 686]
 
 اَلْحَمْدُ ِللهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ
 
Alhamdulillah ‘ala kulli haal.
 
Artinya:
“Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan.” [HR. Ahmad I/120,122, at-Tirmidzi no. 2738, ad-Darimi II/283, al-Hakim IV/66. Lihat Shahih at-Tirmidzi II/354 no. 2202]
 
اَلْحَمْدُ ِللهِ حَمْدًا كَثِِيْرًا طَيِّباً مُبَارَكاً فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَ يَرْضَى
 
Alhamdulillahi hamdan katsiiron thoyyiban mubaarokan fiihi, mubaarokan ‘alaihi kamaa yuhibbu Robbuna wa yardhaa.
 
Artinya:
“Segala puji bagi Allah (aku memuji-Nya) dengan pujian yang banyak lagi penuh berkah dan diberkahi, sebagaimana yang dicintai dan diridai oleh Rabb kami.” [HR. Abu Dawud no. 773, al-Hakim III/232. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud I/147 no. 700]
 
4. Wajib bagi setiap orang yang mendengar orang bersin (dan mengucapkan Alhamdulillah) untuk melakukan Tasymit kepadanya, yaitu dengan mengucapkan:
 
يَرْحَمُكَ اللهُ
Yarhamukallah
Artinya:
“Semoga Allah memberikan rahmat kepadamu.”
 
Apabila tidak mendengarnya mengucapkan Alhamdulillah, maka janganlah mengucapkan Tasymit (ucapan Yarhamukallah) baginya, dan tidak perlu mengingatkannya untuk mengucapkan Hamdallah (ucapan Alhamdulillaah).
 
Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah ﷺ:
 
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَحَمِدَ اللهَ: فَشَمِّتُوْهُ فِإِنْ لَمْ يَحْمَدِ اللهَ فَلاَ تُشَمِّتُوْهُ.
 
“Jika salah seorang dari kalian bersin lalu mengucapkan Alhamdulillah, maka hendaklah kalian mengucapkan Tasymit (ucapan Yarhamukallah) baginya. Namun jika tidak, maka janganlah mengucapkan tasymit baginya.” [HR. Muslim no. 2992]
 
5. Bila ada orang kafir bersin lalu dia memuji Allah, boleh berkata kepadanya:
 
يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ.
 
Yahdikumullaah wa yushlihu baalakum
 
Artinya:
“Semoga Allah memberikan pada kalian petunjuk dan memerbaiki keadaan kalian.”
 
Hal ini berdasarkan hadis Abu Musa al-‘Asy’ari radhiyallahu anhu, ia berkata:
 
كَانَ الْيَهُوْدُ يَتَعَاطَسُوْنَ عِنْدَ رَسُوْلِ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْجُوْنَ أَنْ يَقُوْلَ لَهُمْ يَرْحَمُكُمُ اللهُ، فَيَقُوْلُ: يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ باَلَكُمْ.
 
“Orang-orang Yahudi berpura-pura bersin di hadapan Rasulullah ﷺ. Mereka berharap Rasulullah ﷺ sudi mengatakan kepada mereka Yarhamukumullah (Semoga Allah memberikan rahmat bagi kalian). Namun Rasulullah ﷺ hanya mengucapkan Yahdikumullaah wa yushlihu baalakum (semoga Allah memberikan pada kalian petunjuk dan memperbaiki keadaan kalian).” [HR. Ahmad IV/400, al-Bukhari dalam al-Adaabul Mufrad II/392 no. 940, Abu Dawud no. 5058, an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 232, at-Tirmidzi no. 2739, al-Hakim IV/268. Lihat Shahih Sunan at-Tirmidzi II/354 no. 2201]
 
6. Apabila orang yang bersin itu menambah jumlah bersinnya lebih dari tiga kali, maka tidak perlu dijawab dengan ucapan Yarhamukallah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ:
 
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيُشَمِّتْهُ جَلِيْسُهُ، وَإِنْ زَادَ عَلَى ثَلاَثٍ فَهُوَ مَزْكُوْمٌ وَلاَ تُشَمِّتْ بَعْدَ ثَلاَثِ مَرَّاتٍ.
 
“Apabila salah seorang di antara kalian bersin, maka bagi yang duduk di dekatnya (setelah mendengarkan ucapan Alhamdulillaah) menjawabnya dengan ucapan Yarhamukallah. Apabila dia bersin lebih dari tiga kali, berarti ia sedang terkena flu, dan jangan engkau beri jawaban Yarhamukallah setelah tiga kali bersin.”
[HR. Abu Dawud no. 5035 dan Ibnu Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 251. Lihat Shahiihul Jami’ no. 684]
 
Dan jangan mendoakan orang yang bersin lebih dari tiga kali, serta jangan pula mengucapkan kepadanya doa:
 
شَفَاكَ اللهُ وَعَافَاكَ.
 
“Semoga Allah memberikan kesembuhan dan menjagamu.”
 
Karena seandainya hal tersebut disyariatkan, maka tentulah Rasulullah ﷺ telah mencontohkannya.
 
7. Apabila ada orang yang bersin sedangkan imam sedang berkhotbah (Jumat), maka ia harus mengucapkan Alhamdulillah (dengan merendahkan suara), dan tidak wajib untuk dijawab Yarhamukallah, karena diam di kala khotbah Jumat adalah wajib hukumnya.
 
8. Barang siapa yang bersin sedangkan ia dalam keadaan tidak dibolehkan untuk berzikir (memuji Allah), misalnya sedang berada di WC, apabila ia khilaf menyebutkan Alhamdulillah, maka tidak wajib bagi kita yang mendengarkannya untuk menjawab Yarhamukallah. Hal ini karena berzikir di WC terlarang. [Lihat kitab Adaabut Tatsaa-ub wal ‘Uthas oleh ar-Rumaih]
 
[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H – Maret 2006M]
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
Catatan Tambahan:

Di antara adab orang yang bersin, yaitu dia melirihkan suara bersinnya dan mengeraskan suara Tahmidnya. Dan menutup wajahnya, agar tidak muncul dari mulutnya atau hidungnya, yang dapat mengganggu teman duduknya. Serta tidak menolehkan lehernya (menekukkan leher) ke kanan atau ke kiri ketika sedang bersin, karena hal tersebut dapat membahayakan dirinya. [Ibnu Hajar – Fathul Bahri 10/602]

Seandainya lehernya menoleh (menekuk ke kanan atau ke kiri) itu dimaksudkan untuk menjaga agar tidak mengenai teman duduk di sampingnya, hal itu tidak menjamin bahwa lehernya tidak cedera.

Telah terjadi pada beberapa orang ketika bersin memalingkan wajahnya dengan tujuan untuk menjaga agar teman duduknya tidak terkena, namun berakibat kepalanya kaku dalam posisi menoleh.

ADAB-ADAB BERSIN

ADAB-ADAB BERSIN