Kategori: Akidah & Tauhid

ADA APA DENGAN NATAL DAN TAHUN BARU MASEHI?

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
ADA APA DENGAN NATAL DAN TAHUN BARU MASEHI?
Kata ‘Masehi’ (M) diambil dari bahasa Arab المسيح atau dengan bahasa Ibrani disebut ‘Mesias’. Oleh sebagian orang Nasrani, tahun pertama Masehi diyakini sebagai tahun kelahiran Yesus Kristus (istilah mereka).
Terdapat beberapa versi di kalangan sesama penganut Nasrani tentang penetapan tanggal kelahiran Kristus (penamaan mereka).
Sebagian mereka meyakini, bahwa Almasih dilahirkan pada tanggal 25 Desember. Versi lain tertanggal 20 Mei. Yang lain lagi mengatakan 20 April. Sementara Kristen Ortodoks meyakini kelahiran Yesus tepatnya pada tanggal 06 Januari 01 Masehi.
Sebelum kelahiran Kristus (istilah mereka), tahun-tahun sebelumnya dikenal dengan istilah ‘SM’ (Sebelum Masehi), dengan hitungan mundur hingga bertemu dengan tahun pertama Masehi.
Janggalnya, tidak pernah dikenal adanya tahun 0 (Nol) dalam perhitungan tahun Masehi yang menjadi penetral antara SM dan M. Ini pulalah yang membuat bingung perhitungan ilmu astronomi versi NASA (milik mereka) yang berselisih satu tahun dari hitungan kalender umum.
Sebab Natal dan Tahun Baru Masehi Berbeda Waktu
Natal diadakan pada tanggal 25 Desember, tujuh hari lebih maju dibandingkan dengan tahun baru Masehi. Dua momen yang berbeda namun memiliki satu inti, yaitu MOMEN KELAHIRAN ISA ‘alaihissalam.
Lalu bagaimana keduanya bisa berselisih waktu rentang tujuh hari, padahal sama-sama diklaim sebagai hari kelahiran Almasih?
Kalender Julius atau Kalender Julian telah diberlakukan sejak sebelum Masehi. Kalender ini merupakan tahun Syamsiah yang dicetuskan pertama kali oleh Julius Caesar pada masa kekuasaannya. Diakui pula oleh orang-orang Nasrani pada waktu itu.
Pada tahun 1582 Masehi, Paus Gregorius XIII mengadakan reformasi kalender dengan metode hitungan yang sedikit berbeda dari kalender Julian. Kalender ‘Gregorian’ inilah yang diresmikan oleh kaum Nasrani hingga sekarang, kecuali gereja Ortodoks yang sampai saat ini tetap berpatokan dengan kalender Julian. Itulah sebabnya mengapa Natal dan tahun baru Masehi jatuh pada tanggal yang berbeda.
Lonceng gereja menyambut detik-detik tahun baru juga berdentang, sebagaimana halnya lonceng pada saat ‘Misa Malam Natal’.
Tentang Natal
Kontroversi di tubuh Nasrani terus menjalar hingga masuk pada permasalahan ajaran Natal itu sendiri. Di dalam kitab-kitab Injil yang ada di sisi mereka, tidak ada perintah untuk memeringati hari kelahiran Yesus (penamaan mereka). Bahkan Natal pertama kali dirayakan pada tahun 221 Masehi oleh Sextus Julius Africanus, dan baru diterima secara luas pada abad ke-5.
Dalam seremonial agama Nasrani zaman sekarang, beberapa tradisi Natal dibumbui pula dengan simbol-simbol baru yang tidak pernah ada sebelumnya, seperti pohon Natal, salju, kartu Natal, bertukar hadiah antara teman dan anggota keluarga, serta kisah tentang Santa Klaus atau Sinterklas dengan gerobak saljunya.
Di sini jelaslah bahwa acara ‘Natalan’, usul dan cabangnya semua hanyalah rekayasa orang kafir Nasrani zaman belakangan. Mulai dari asal muasal perayaan Natal yang tidak pernah ada sebelumnya, ditambah tara caranya yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan Isa ‘alaihissalam, atau yang mereka namakan dengan Yesus Kristus.
Yesus (istilah mereka) dilahirkan di Betlehem, yakni salah satu bagian dari negeri Palestina. Dan telah diketahui bersama, bahwa Betlehem adalah tempat yang gersang dan berdebu sejak zaman Isa ‘alaihissalam. Tidak ada salju, tidak ada pohon Natal, tidak ada Sinterklas. Semua itu adalah kedustaan yang nyata. Kedustaan yang telah diada-adakan oleh ulama-ulama mereka yang sesat lagi menyesatkan.
Allah ﷻ telah berfirman (yang artinya):
اِنۡ ہِیَ اِلَّاۤ اَسۡمَآءٌ سَمَّیۡتُمُوۡہَاۤ اَنۡتُمۡ وَ اٰبَآؤُکُمۡ مَّاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ بِہَا مِنۡ سُلۡطٰنٍ ؕ اِنۡ یَّتَّبِعُوۡنَ اِلَّا الظَّنَّ وَ مَا تَہۡوَی الۡاَنۡفُسُ ۚ
“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuknya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka.” [QS. An-Najm 53 : 23]
Pesta Tahun Baru Masehi
Perayaan malam tahun baru Masehi selalu identik dengan acara-acara seperti berikut:
– Meniup terompet (tasyabbuh)
– Bertukaran hadiah (tasyabbuh)
– Menyalakan kembang api (mubazir)
– Konvoi (kejahilan)
– Menghitung detik-detik tengah malam (kejahilan)
– Menonton layanan malam (haram)
– Berpesta pora di larut malam (kemaksiatan)
– Dan lain-lain
Pelanggaran-pelanggaran lainnya:
– Kumpul campur baur pria-wanita (haram)
– Pesta musik, disko, dan menari (haram)
– Pesta miras dan narkoba (dosa besar)
– Perjudian (dosa besar)
– Kegaduhan dan perkelahian (maksiat)
– Membuang-buang waktu (mubadzir)
– Menghabiskan waktu dan tenaga (kejahilan)
– Menghambur-hamburkan uang (mubazir)
– Mengganggu kesehatan fisik (sia-sia)
– Begadang hingga luput dari Salat Subuh (dosa besar)
– Tidak mengingkari kemungkaran (dosa)
– Ikut dalam berbagai kemaksiatan (dosa)
– Mengganggu istirahat orang lain (dosa)
– Dan lain-lain
Telah disinggung sebelumnya, bahwa tahun baru Masehi sangat erat kaitannya dengan unsur keagamaan Nasrani. Namun walaupun demikian realitanya, tidak sedikit di antara anak-anak Muslimin yang terjerembab ke dalam jurang-jurang kejahilan tersebut.
Bandingkan saja. Peringatan tahun baru Hijriyah merupakan kesia-siaan belaka, karena hal itu tidak pernah ada tuntunannya dari Rasulullah ﷺ maupun para sahabat. Kendati tahun Hijriyah telah disepakati sebagai kalender resmi kaum Muslimin secara absah. Sebab segala bentuk perbuatan yang disandarkan kepada Islam, harus memiliki asas dasar dari Alquran maupun Sunnah Nabawiyah.
Lalu bagaimana dengan pemeriahan tahun baru Masehi yang bersumber dari kaum Nasrani?
Ini merupakan perbuatan ‘tasyabbuh’, yakni bentuk penyerupaan diri kepada adat kegamaan orang-orang kafir. Dan tasyabbuh telah dilarang oleh Rasulullah ﷺ. Beliau ﷺ bersabda:
مَنْ تَشَبّهَ بِقَوْم فَهُوَ مِنْهُم.
“Barang siapa yanmenyerupai suatu kaum, maka dia termasuk kaum tersebut.” [HR. Bukhari dan yang selainnya]
Menunggu Detik-Detik Pergantian Tahun?
Tentu mereka tidak pernah sudi untuk dikatakan bodoh. Tapi lihatlah tingkah kurang kerjakan seperti ini benar-benar nyata di depan mata. Kita bisa menyaksikan kejahilan ini terjadi di mana-mana. Allahul musta’an.
Padahal coba dinginkan kepala lalu renungkan sekali lagi, apa manfaat yang bisa didapat dari kesia-siaan ini? Ditunggu ataupun tidak ditunggu, toh tahun tetap akan berganti!
Seharusnya mereka menghitung detik-detik umur yang kian hari kian mengurangi masa hidup. Sementara bekal amatlah jauh untuk dikatakan cukup. Andai ajal di kala itu datang menjemput, maka itulah di antara su’ul khotimah. Dengan maksiat, usia pun ditutup.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (Akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS. Al-Hashr 59 : 18]
Ikut-Ikutan Meniup Terompet??
Meniup terompet adalah kebiasaan orang-orang Yahudi. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, ketika Nabi ﷺ sedang memikirkan bagaimana cara mengumpulkan manusia untuk salat, di antara para sahabat ada yang menyarankan dengan cara meniup al-qun’u, yaitu terompet atau terompet Yahudi. Namun beliau ﷺ tidak menyukainya dan bersabda:
ﻫُﻮَ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮِ ﺍﻟْﻴَﻬُﻮْﺩِ
“Meniup terompet adalah adat orang Yahudi.” [Sahih Sunan Abu Dawud no. 511]
Kasyfu Syubhat:
Sebagian pemuda yang sok ilmiah berdalih dengan Israfil: “Bukankah Malaikat Israfil ditugaskan meniup Sangkakala? Yaitu terompet yang berbentuk tanduk.”
Jawaban pertama:
Jangan coba-coba membenturkan dala’il yang sahih. Jika satu sama lain terdapat kontradiksi secara zahir, maka lihatlah kadar keilmuanmu yang serba kurang dan lemah.
Jawaban kedua:
Perintah dan larangan yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad ﷺ adalah syariat yang berlaku di kalangan manusia dan jin hingga akhir zaman. Tidak termasuk malaikat, karena mereka memiliki tugas dan perintah yang berbeda. Jangan disamakan antara larangan Islam terhadap tasyabbuh dengan tugas para malaikat.
Maka jauhilah acara-acara penyambutan Tahun Baru, terlebih lagi hari Natal,
▪️ Walaupun hanya sekadar ikut-ikutan.
▪️ Walaupun sekadar kumpul dan duduk-duduk di pinggir jalan.
▪️ Walaupun hanya sekadar meramaikan suasana Tahun Baru.
Semuanya adalah perbuatan tercela dan tidak ada manfaatnya.
Mengikutinya termasuk penyerupaan diri terhadap orang-orang kafir.
Bentuk kegiatannya adalah kerusakan dan kemaksiatan.
Meridainya adalah bukti kelemahan iman kepada Allah.
Dan mengikutinya adalah wujud tolong-menolong dalam dosa dan kemaksiatan.
Allah ﷻ berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” [QS. Al-Ma’idah 5 : 2]
Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua. Aamiin.
والله أعلم بالصواب والعلم عند الله
Dikumpulkan dari berbagai sumber.
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: nasihatsahabatcom@gmail.com
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
ADA APA DENGAN NATAL DAN TAHUN BARU MASEHI?
ADA APA DENGAN NATAL DAN TAHUN BARU MASEHI?
ADA APA DENGAN NATAL DAN TAHUN BARU MASEHI?
ADA APA DENGAN NATAL DAN TAHUN BARU MASEHI?
ADA APA DENGAN NATAL DAN TAHUN BARU MASEHI?
Admin Nasihat Sahabat

Artikel Terbaru

DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN Dengan dalih toleransi, jangan sampai kita kebablasan.…

3 months lalu

BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN Boleh toleransi, tapi jangan kebablasan. Tidak sedikit orang…

3 months lalu

BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK) Agar toleransi tidak kebablasan, cobalah…

3 months lalu

LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK) Islam agama yang sempurna. Maka pasti ada…

3 months lalu

KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK) Oleh: Ustadz: Dr. Abu Hafizhah…

3 months lalu

SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH?

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH? Asalnya, Safar Wanita…

4 months lalu