بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
KALIMAT RACUN: YANG TAHU KEBENARAN HANYA ALLAH
Pertanyaan:
Terkadang sebagian orang mengatakan, bahwa suatu hukum itu hanyalah Allah yang berhak menentukan. Ambil contoh, seperti masalah halal-haram, sunnah-bidah, sah atau tidak dalam ibadah, dll, sehingga kita tidak berhak menghukumi. Mereka mengambil dalil:
الحق من ربك فلا تكونن من الممترين…
[QS. Al-Baqarah: 147]
Bagaimana ini ustadz? Mohon penjelasannya
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Dalam Alquran, Allah memuji Nabi-Nya ﷺ:
إِنَّكَ لَعَلَى هُدًى مُسْتَقِيمٍ
“Sesungguhnya kamu berada di atas petunjuk yang lurus.” [QS. al-Hajj: 67]
Kemudian seringkali ketika para sahabat ditanya oleh Nabi ﷺ, dan mereka tidak tahu jawabannya, mereka menjawab:
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ
“Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Sebagai contoh, dalam hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi ﷺ pernah bertanya kepada para sahabat:
أَتَدْرُونَ مَا الإِيمَانُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ؟
“Tahukah kalian, apa itu iman kepada Allah semata?”
Jawab para sahabat:
قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ
Mereka mengatakan: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Kemudian Nabi ﷺ menjelaskan prinsip-prinsip Islam. [HR. Bukhari 53]
Demikian pula dalam hadis dari Zaid bin Khalid al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ pernah bertanya kepada para sahabat:
هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟
“Tahukah kalian, apa yang difirmankan Rabb kalian?”
Jawab sahabat:
قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ
Mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Kemudian Nabi ﷺ menyampaikan kepada mereka, apa yang difirmankan oleh Allah. [HR. Bukhari 1038]
Demikian pula Nabi ﷺ memuji beberapa sahabat. Di antara orang yang dipuji Nabi ﷺ adalah karena pengetahuannya tentang halal dan haram. Beliau ﷺ bersabda:
أَرْحَمُ أُمَّتِى بِأُمَّتِى أَبُو بَكْرٍ وَأَشَدُّهُمْ فِى أَمْرِ اللَّهِ عُمَرُ وَأَصْدَقُهُمْ حَيَاءً عُثْمَانُ وَأَعْلَمُهُمْ بِالْحَلاَلِ وَالْحَرَامِ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ
“Umatku yang paling kasih sayang terhadap sesama adalah Abu Bakr, yang paling disiplin terhdap aturan Allah adalah Umar, yang paling pemalu Utsman, dan yang paling tahu tentang halal haram adalah Muadz bin Jabal.” [HR. Turmudzi 4159, Ibn Hibban 7137 dan disahihkan Syuaib al-Arnauth]
Demikian pula pernyataan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu ketika megomentari orang yang salah dalam memberi fatwa:
مَنْ عَلِمَ فَلْيَقُلْ ، وَمَنْ لَمْ يَعْلَمْ فَلْيَقُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ
“Siapa yang tahu, silakan dia bicara. Dan siapa yang tidak tahu, ucapkan, ‘Allahu a’lam.” [HR. Bukhari 4774]
Manusia Juga Tahu Kebenaran
Dari semua bukti di ata, kita hendak menyimpulkan, bahwa manusia juga tahu kebenaran. Nabi ﷺ tahu kebenaran. Bahkan Allah memuji beliau ﷺ, dan Allah tegaskan, bahwa beliau berada di atas jalan yang lurus. Demikian pula para sahabat, termasuk Muadz yang disebut oleh Nabi ﷺ sebagai sahabat yang paling paham masalah halal dan haram.
Ketika sahabat mengatakan: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu,” hal ini menunjukkan, bahwa Nabi ﷺ tahu kebenaran.
Karena itu ketika ada orang yang menyatakan: “Yang Tahu Kebenaran Hanya Allah” ini jelas MENDUSTAKAN Nabi ﷺ. Atau setidaknya menganggap Nabi ﷺ juga tidak tahu kebenaran.
Jika kaidah ini berlaku, berarti orang yang mengatakan: ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu’ telah berbuat syirik. Menyekutukan Allah dengan Rasul-Nya dalam masalah pengetahuan.
Sebagaimana Nabi ﷺ tahu kebenaran, sahabat juga bisa mengetahui kebenaran. Para sahabat mengambil kebenaran itu dari Nabi ﷺ. Demikian pula orang lain di bawah genearasi sahabat. Mereka bisa mengambil kebenaran itu dari generasi sebelumnya yang tahu kebenaran. Dan demikian seterusnya, hingga kebenaran itu sampai kepada kita.
Kalimat Racun
Barangkali ini kalimat racun yang disebarkan di tengah masyarakat dengan tujuan sebagai pembelaan bagi mereka yang tersudutkan pendapatnya karena tidak didukung dalil. Mereka punya maksud jahat dengan menggunakan kalimat ini, yaitu untuk memertahankan kesesatan yang mereka miliki.
Anda tidak perlu menyalahkan pendapat orang lain, tidak perlu menyesatkan orang Syiah, meskipun mereka benar-benar salah dan menyimpang dari kebenaran Alquran dan Sunnah.
“Jika yang tahu kebenaran hanya Allah”
Lalu untuk apa Allah mengutus Nabi ﷺ, menurunkan Alquran, mengutus Jibril untuk menemui para nabinya, kalau tidak untuk menjelaskan kebenaran kepada mereka?
“Jika yang tahu kebenaran hanya Allah”
Lalu untuk apa pula kita belajar Alquran, belajar hadis, mengaji Sunah-sunah Nabi ﷺ, memelajari keterangan para sahabatnya?
Karena itulah, kebenaran parameternya jelas, bukan bias. Jika kebenaran parameternya tidak jelas, tidak ada gunanya Allah menurunkan Alquran, dan tidak ada gunanya pula bimbingan Sunnah Nabi ﷺ.
Dalam Alquran Allah banyak memerintahkan kita untuk yakin dan yakin, dan melarang untuk ragu dengan ajaran Islam. Misalnya firman Allah ﷻ:
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu. Sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” [QS. al-Baqarah: 147]
Jika kebenaran itu relatif, dari mana kita bisa yakin?
Jika Demikian, Apakah Kalimat yang Benar?
Sumber kebenaran adalah Allah. Inilah kalimat yang benar. Kemudian Allah tunjukkan kebenaran itu kepada para hamba-Nya, baik melalui wahyu yang Allah berikan langsung kepada mereka seperti yang dialami para nabi, atau melalui keterangan yang dibawa nabi, seperti Alquran dan Sunnah. Inilah yang dimaksud dari firman Allah ﷻ:
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu. Sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” [QS. al-Baqarah: 147]
Sehingga siapa yang pemikirannya, aktivitasnya, ucapannya, disesuaikan dengan ajaran Nabi ﷺ, berarti dia di posisi sesuai kebenaran.
Sebaliknya, siapa yang tidak mengikuti ajaran beliau ﷺ, menyimpang dari prinsip agama yang beliau sampaikan, maka dia sesat.
Allah ﷻ berfirman:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang Mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [QS. an-Nisa: 115]
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
KALIMAT RACUN: YANG TAHU KEBENARAN HANYA ALLAH
Leave A Comment