بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
KETIKA CACI MAKI MENGHAMPIRIMU DI JALAN DAKWAH
Allah ﷻ berfirman menghibur Nabi-Nya ﷺ:
إنا كغيناك المستهزئين.
“Sesungguhnya Kamilah yang mencukupkan (untuk menolong) mu dari orang-orang yang memerolokmu.” [QS. Al-Hijr: 95]
Syaikh Abdurrahman As Sady rahimahullah berkata:
بك و بما جئت به ، و هذا وعد من ألله لرسوله ألا يضره المستهزئون.
“Yakni, Kami yang mencukupkan (untuk menolongmu) dari orang-orang yang memerolokmu terhadap gangguan fisik pada dirimu, dan risalah yang engkau emban. Dan ini adalah janji Allah bagi Rasul-Nya, bahwa orang-orang yang mencemoohnya, tidak akan membahayakannya.” [Lihat Tafsir Karimir Rahman fi Tafsir Kalami Manan surah 15/95]
Inilah penjagaan Allah kepada para rasul dan para duat-Nya. Bahwa cukup bagi mereka penjaga Allah atas diri-diri mereka.
Dalam dakwah dan menyeru manusia pada agama Allah subhanahu wa taala, diperlukan hikmah, kesabaran, dan juga tekad yang kuat. Karena jalan dakwah bukan jalan yang penuh bunga dan sambutan hangat, namun ia adalah jalan hidup para rasul yang penuh resiko dan terjal bagi yang menapaki. Tidak sedikit ajakan baik kita disalahpahami, bahkan ditentang dan ditolak.
Allah ﷻ berfirman menjelaskan hal ini:
و لقد نعلم أنك تضيق صدرك بما يقولون فسبح بحمد ربك وكن من الساجدين و أعبد ربك حتى يأتيك اليقين.
“Dan sesungguhnya Kami mengetahui, bahwa dadamu terasa sempit atas apa yang mereka ucapkan. Maka bertasbilah dengan memuji Rabbmu, dan jadilah engkau di antara orang-orang yang bersujud (salat). Dan sembahlah Rabbmu sampai datang keyakinan (mati).” [QS. Al-Hijr: 97-99]
Lalu bagaimana seorang dai menyikapi hal ini?
Syaikh Zaid bin Abdul Karim Az Zaid berkata: Allah ﷻ berfirman:
إنا كفيناك المستهزئين.
“Ayat di atas menggunakan kata kafainaaka (mencukupkan), tidak memakai kata namna’u (akan/sedang menghalangi), karena olok-olok itu telah terjadi (pada diri nabi), dan dengannya Allah telah mencukupinya.”
Kemudian ada isyarat lembut, yakni sesungguhnya yang mampu mencukupkan Rasul-Nya dari segala olok-olok, maka Dia lebih mampu mencukupkan Rasul-Nya dari gangguan yang berbentuk fisik dan nyata.
Kemudian ayat berikutnya (QS. Al-Hijr 97-99) menunjukkan, bahwa hati Rasulullah ﷺ terasa sempit dan tertekan dengan ucapan mereka pada beliau, dalam menentang risalahnya.
Lalu Allah subhanahu wa taala memberi jalan keluar pada Rasul-Nya. Apabila hatimu terasa sempit, maka bertasbilah (berzikir). Dan ini merupakan terapi bagi setiap hati yang merasakan kegundahan dalam menghadapi semua problem kehidupan ini.
Banyak manusia (hari ini) merasa tertekan terhadap kata-kata orang lain yang diajukan kepadanya, atau tertekan dengan sebab kata yang diucapkannya sendiri. Dan pada saat-saat itu, solusi yang menjadi terapinya adalah (mengaitkan diri pada Allah) dengan zikir, bertasbilah kepada-Nya, dan berusaha (istiqamah) dalam beribadah kepada-Nya, sampai ajal menjemput.
Terapi ini yang Rasulullah ﷺ pakai untuk mengobati kesedihan hatinya. Maka hal ini adalah juga terapi dalam mengobati setiap manusia yang merasakan himpitan dada karena masalah yang dihadapinya.” [Dikutip dari Attahrir wat Tanwir Ibnu Asyur di Kitab Fiqih Sirah hal.218]
Oleh Ustadz Abu Abd Rahman bin Muhammad Suud Al Atsary hafidzhahullah
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
KETIKA CACI MAKI MENGHAMPIRIMU DI JALAN DAKWAH
Leave A Comment