بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
TAUHID, PENGERTIAN, PEMBAGIAN, DAN DALIL-DALILNYA
Pengertian Tauhid
Tauhid (التوحيد) secara bahasa berasal dari kata (وَحَّدَهُ تَوْحِيدا) yang bermakna (جَعَلَهُ واحِداً) yaitu “Membuat sesuatu menjadi satu, atau mengesakannya.” [Lihat Al-Qamus Al-Muhith, hal. 414]
Adapun secara istilah, yang dimaksud dengan tauhid adalah:
إفراد الله- تعالى- بما يختص به من الربوبية والألوهية والأسماء والصفات
“MENGESAKAN Allah taala dalam perkara yang merupakan kekhususan bagi-Nya, yaitu dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’ Wash Shifaat.” [Al-Qoulul Mufid ‘ala Kitab At-Tauhid, 1/8]
Lawan dari tauhid adalah syirik (الشرك) yaitu MENYEKUTUKAN Allah taala dalam perkara yang merupakan kekhususan bagi-Nya; Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’ Wash Shifaat.
Pembagian Tauhid
Setelah melakukan penelitian secara menyeluruh terhadap teks-teks Alquran dan As-Sunnah, maka Ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah membagi tauhid menjadi tiga bagian:
Pertama: Tauhid Rububiyyah
Tauhid Rububiyyah (الربوبية) berasal dari kata Rabb (الرب) [Lihat Al-Qamus Al-Muhith, hal. 111, Al-Mu’jamul Washit 1/321 dan Lisanul ‘Arab, 1/399].
Makna Rabb adalah:
من اجتمع فيه ثلاثة أوصاف: الخلق، والملك، والتدبير؛ فهو الخالق المالك لكل شيء المدبر لجميع الأمور
“Yang terkumpul padanya tiga sifat:
• Penciptaan,
• Penguasaan, dan
• Pengaturan.
Maka Rabb adalah pencipta yang menguasai segala sesuatu, serta mengatur segala urusan.” [Tafsir Juz ‘Amma, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, hal. 12]
Maka makna Tauhid Rububiyyah adalah:
إفراد الله -عز وجل- بالخلق، والملك، والتدبير
“Mengesakan Allah ﷻ dalam penciptaan, penguasaan dan pengaturan.” [Al-Qoulul Mufid, 1/9]
Artinya adalah meyakini, bahwa hanya Allah taala yang mencipta, menguasai, dan mengatur urusan-urusan makhluk-Nya, yang mencakup urusan kehidupan dan kematian, pengaturan rezeki, memberikan kemanfaatan dan menolak kemudharatan, dan semua perbuatan-perbuatan Allah taala yang lainnya.
Kita meyakini hanya Allah taala Yang Maha Mampu melakukan perbuatan-perbuatan-Nya, tidak ada yang membantu-Nya, atau bersekutu bersama-Nya.
Sehingga definisi yang lebih singkat dan lebih mencakup makna Tauhid Rububiyyah adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam dan Khatib Masjid Nabawi Madinah, Asy-Syaikh DR. Abdul Muhsin bin Muhammad bin Abdur Rahman Al-Qosim hafizhahullah bahwa Tauhid Rububiyyah adalah:
إفراد الله بأفعاله
“Megesakan Allah taala dalam perbuatan-perbuatan-Nya.” [Taysirul Wushul ila Tsalatsatil Ushul, hal. 48]
Dalil-Dalil Tauhid Rububiyyah
• Allah taala sebagai satu-satunya Pencipta dan Pengatur, sebagaimana firman-Nya:
أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْر
“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah milik Allah.” [QS. Al-A’raf: 54]
• Allah taala satu-satunya pencipta yang memberikan rezeki, sebagaimana firman-Nya:
هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْض
“Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi?” [QS. Fathir: 3]
Adapun makhluk, TIDAK ADA satu pun yang dapat mencipta. Karena hakikat penciptaan adalah mengadakan sesuatu yang tadinya tidak ada sama sekali, kemudian menjadi ada. Sedangkan yang mampu dilakukan makhluk hanyalah mengubah satu bentuk ke bentuk yang lainnya.
Oleh karena itu, perbuatan syirik dalam beribadah, seperti berdoa kepada selain Allah taala, sangat tercela, karena dalam perbuatan ini tersebut terkandung pelecehan terhadap Allah taala Sang Pencipta.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَن يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِن يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لاَّ يَسْتَنقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ مَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
“Wahai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu sembah selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walau mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah, dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” [QS. Al-Hajj: 73-74]
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ قُلْتُ إِنَّ ذَلِكَ لَعَظِيمٌ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ وَأَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ تَخَافُ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ
“Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, beliau berkata: “Aku pernah bertanya kepada Nabi ﷺ, “Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?”
Beliau ﷺ bersabda: “Engkau menjadikan bagi Allah taala suatu tandingan (sekutu), padahal Dia yang menciptakanmu.”
Aku berkata: “Sesungguhnya hal itu benar-benar dosa besar. Kemudian apa lagi?”
Beliau ﷺ bersabda: “Engkau membunuh anakmu karena khawatir dia makan bersamamu.”
Aku berkata: “Kemudian apa lagi?”
Beliau ﷺ bersabda: “Engkau berzina dengan istri tetanggamu”.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
• Allah taala satu-satunya Penguasa Alam ini, sebagaimana firman-Nya:
وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [QS. Ali Imran: 189]
Juga firman-Nya:
قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْء
“Katakanlah: Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu?” [QS. Al-Mu’minun: 88]
Adapun penguasaan makhluk hanyalah penguasaan yang terbatas. Penguasa suatu negeri misalkan, hanyalah menguasai negerinya, sedangkan negeri yang lain tidak berada di bawah kekuasaannya. Demikian pula penguasaan manusia harus tunduk di bawah kekuasaan Allah taala. Seorang yang menguasai suatu harta misalkan, dia tidak bebas memerlakukan hartanya semaunya, tetapi harus dia perlakukan sesuai aturan-aturan syariat. Sedangkan penguasaan Allah taala mencakup seluruh mahkluk, dan Allah taala Maha Mampu berbuat apa saja terhadap makhluk-Nya sesuai kehendak-Nya.
• Allah taala satu-satunya yang mengatur alam ini, sebagaimana firman-Nya:
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ فَذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلاَّ الضَّلالُ فَأَنَّى تُصْرَفُون
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Atau siapakah yang menguasai pendengaran dan penglihatan? Dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup? Dan siapakah yang mengatur segala urusan?”
Maka mereka akan menjawab: “Allah”.
Maka katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?”
Maka itulah Allah Rabb kamu yang sebenarnya. Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?” [QS. Yunus: 31-32]
Adapun pengaturan makhluk adalah pengaturan yang terbatas. Makhluk hanya dapat mengatur sesuatu yang mampu dia kuasai, dan pengaturannya pun terikat dengan aturan-aturan Allah taala. Makhluk tidak boleh melanggar aturan-aturan-Nya.
• Allah taala satu-satunya Penguasa Langit dan Bumi, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan dan Yang Menolong hamba-hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ
“Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan. Dan sekali-kali tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah.“ [QS. At-Taubah: 116]
Juga firman-Nya:
لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير
“Kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [QS. Al-Hadid: 2]
• Allah taala satu-satunya yang menganugerahkan rezeki, sebagaimana firman-Nya:
قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ قُلِ اللَّهُ
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: Allah.” [QS. Saba’: 24]
Juga firman-Nya:
أَمَّنْ هَذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ بَل لَّجُّوا فِي عُتُوٍّ وَنُفُورٍ
“Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rezeki, jika Allah menahan rezeki-Nya? Sebenarnya mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri?” [QS. Al-Mulk: 21]
• Allah taala satu-satunya yang mampu memberikan kemanfaatan, menimpakan bahaya dan menolak bahaya tersebut dari makhluk. Oleh karena itu, perbuatan syirik dalam ibadah, seperti memohon kepada makhluk yang tidak mampu memberi manfaat, tidak pula menimpakan suatu bahaya atau menolaknya, adalah suatu kebodohan yang besar, sehingga Allah taala mencelanya dalam Alquran:
قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لا يَنفَعُكُمْ شَيْئًا وَلا يَضُرُّكُمْ
“Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun, dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kamu?” [QS. Al-Anbiya’: 66]
Juga firman-Nya:
قُلِ ادْعُواْ الَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِهِ فَلاَ يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنكُمْ وَلاَ تَحْوِيلاً
“Katakanlah: Panggillah mereka yang kamu anggap (Sesembahan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari padamu, dan tidak pula memindahkannya.” [QS. Al-Isra’: 56]
Kedua: Tauhid Uluhiyyah
Tauhid Uluhiyyah (الألوهية) atau ilahiyyah (الإلهية) berasal dari kata ilah (الإله) yang bermakna (المألوه) yaitu (المعبود) yang artinya, “Sesembahan yang diibadahi.” [Lihat Al-Qamus Al-Muhith, hal. 1603, Al-Mu’jam Al-Wasith, 1/25, dan Lisanul ‘Arab, 13/467]
Sehingga makna Tauhid Uluhiyyah adalah:
إفراد الله- عز وجل- بالعبادة
“Mengesakan Allah ‘azza wa jalla dalam ibadah.” [Al-Qoulul Mufid, 1/14]
Maka kita wajib meyakini, bahwa hanya Allah saja yang boleh disembah atau diserahkan satu bentuk ibadah. Adapun semua Sesembahan selain Allah adalah batil.
Oleh karena itu, Tauhid Uluhiyyah juga disebut tauhid ibadah (العبادة) atau Ubudiyyah (العبودية) yang bermakna:
إفراد الله بأفعال العباد
“Mengesakan Allah taala dalam perbuatan-perbuatan (ibadah) hamba.” [Taysirul Wushul, hal. 43]
Dalil-Dalil Tauhid Uluhiyyah
• Menauhidkan Allah taala dalam ibadah adalah tujuan penciptaan manusia, sebagaimana firman-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka, dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi Rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” [QS. Adz-Dzariyat: 56-58]
• Perintah Allah taala yang pertama dalam Alquran adalah perintah menauhidkan-Nya dalam ibadah, sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai manusia, sembahlah Rabbmu Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.” [QS. Al-Baqarah: 21]
• Larangan Allah taala yang pertama dalam Alquran adalah larangan menyekutukan-Nya, sebagaimana firman-Nya:
فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” [QS. Al-Baqarah: 22]
• Para Nabi dan Rasul ‘alaihimus shalaatu was salaam diutus untuk mengajak manusia menauhidkan Allah taala dalam ibadah, sebagaimana firman-Nya:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُون
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada Sesembahan yang benar melainkan Aku. Maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” [QS. Al-Anbiya’: 25]
• Para Nabi dan Rasul ‘alaihimus shalaatu was salaam diutus untuk mengajak manusia menauhidkan Allah dalam ibadah, dan menjauhi penyembahan kepada Thaghut (segala sesuatu yang disembah selain Allah), sebagaimana firman-Nya:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” [QS. An-Nahl: 36]
Inilah yang dimaksud Tauhid Uluhiyyah, yaitu memurnikan ibadah hanya kepada Allah taala yang satu saja. Inilah dakwah para nabi dan rasul ‘alaihimussalaam.
Ketiga: Tauhid Asma Wa Shifaat
Tauhid Asma’ wa Shifaat adalah:
إفراد الله – عز وجل – بما له من الأسماء والصفات
“Mengesakan Allah taala dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya.” [Al-Qoulul Mufid, 1/16]
Maknanya secara terperinci adalah:
إفراد الله تعالى بما سمى به نفسه ووصف به نفسه في كتابه، أو على لسان رسوله صلى الله عليه وسلم وذلك بإثبات ما أثبته، ونفي ما نفاه من غير تحريف، ولا تعطيل، ومن غير تكييف، ولا تمثيل
“Mengesakan Allah taala pada nama yang Dia namakan untuk diri-Nya, dan sifat yang Dia sifatkan untuk diri-Nya, di dalam kitab-Nya, atau melalui lisan (Sunnah) Rasulullah ﷺ.
Yaitu dengan menetapkan nama dan sifat yang Dia tetapkan dan menafikan apa yang Dia nafikan.
Tanpa melakukan tahrif (penyimpangan makna atau lafal) dan tanpa tathil (pengingkaran), dan tanpa melakukan takyif (menggambarkan sifat Allah taala) dan tanpa tamtsil (menyerupakan sifat Allah taala dengan makhluk-Nya).” [Syarhu Tsalatsatil Ushul, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, hal. 40]
Maka seorang Muslim hendaklah meyakini, bahwa Allah taala memiliki nama-nama yang Maha Indah dan sifat-sifat yang Maha Mulia, yang Tidak Boleh diserupakan dengan sifat-sifat makhluk.
Dalil-Dalil Tauhid Asma Wa Shifaat
Allah ﷻ berfirman:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Hanya milik Allah-lah Asmaulhusna (nama-nama yang Maha Indah). Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaulhusna itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (mengimani) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” [QS. Al-A’raf: 180]
Juga firman Allah ﷻ:
وَلَهُ الْمَثَلُ الأَعْلَى فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيم
“Dan bagi-Nya lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [QS. Ar-Rum: 27]
Juga firman Allah ﷻ:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [QS. Asy-Syuro: 11]
[Dinukil dari Buku “TAUHID, PILAR UTAMA MEMBANGUN NEGERI” karya Ustadz Sofyan Chalid Ruray, Lc hafizhahullah]
Penulis: Al-Ustadz Sofyan Chalid Ruray hafizhahullah
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
TAUHID, PENGERTIAN, PEMBAGIAN, DAN DALIL-DALILNYA
TAUHID, PENGERTIAN, PEMBAGIAN, DAN DALIL-DALILNYA
TAUHID, PENGERTIAN, PEMBAGIAN, DAN DALIL-DALILNYA
TAUHID, PENGERTIAN, PEMBAGIAN, DAN DALIL-DALILNYA
Leave A Comment