بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Yang demikian disebabkan karena si pelaku bidah meyakini, bahwa apa yang ia lakukan itu merupakan suatu kebaikan, dan ia menganggapnya sebagai suatu pendekatan diri kepada Allah ﷻ, karena itu dia tidak berfikir untuk bertobat, sebagaimana firman Allah ﷻ:
أَفَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَناً أَفَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَناً
Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk, lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? [QS. Faathir: 8]
Hal ini berbeda dengan pelaku maksiat yang melihat dirinya telah melakukan suatu pengurangan (dosa) atas dirinya, dan (mengetahui bahwa) perbuatannya itu jelek. Sehingga jika ia dinasihati untuk bertobat, niscaya ada harapan untuk ia segera untuk bertobat dalam waktu singkat.
Walaupun demikian, baik pelaku bidah maupun pelaku maksiat, jika keduanya mau bertobat dari perbuatannya, niscaya Allah akan mengampuni mereka. Dan Allah adalah Yang Maha Penerima Tobat. Allah pasti akan menerima tobat hamba-hamba-Nya, dan memaafkan perbuatan-perbuatan buruk mereka.
Semoga Allah senantiasa memberikan keselamatan dan ampunan serta taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.
Leave A Comment