سْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
BEGINILAH PANDANGAN HIDUP SEORANG MUSLIM
Waktu adalah uang, hidup untuk bersenang-senang. Itu kata mereka. Tapi bagi seorang Muslim, waktu adalah amal saleh, karena hidup untuk ibadah.
Allah ﷻ berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالأِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku saja.” [QS. Adz-Dzariyyat: 56]
Ayat yang mulia ini menunjukkan, bahwa ibadah kepada Allah ﷻ adalah tujuan dan hikmah penciptaan jin dan manusia.
Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim rahimahullah berkata:
أن هَذَا هُوَ الْمَقْصُود الَّذِي خلق الله الْخلق لَهُ كَمَا قَالَ تَعَالَى {وَمَا خلقت الْجِنّ وَالْإِنْس إِلَّا ليعبدون} فَكل مَا كَانَ لأجل الْغَايَة الَّتِي خلق لَهُ الْخلق كَانَ مَحْمُودًا عِنْد الله وهو الذي يبْقى لصَاحبه وينفعه الله بِهِ وَهَذِه الأعمال هِيَ الْبَاقِيَات الصَّالِحَات
“Bahwa inilah maksud Allah subhanahu wa taala menciptakan makhluk, sebagaimana firman Allah taala, ‘Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku saja.’ (QS. Adz-Dzariyyat: 56). Maka setiap amalan yang dikerjakan untuk tujuan ibadah, terpuji di sisi Allah dan itulah yang akan kekal bagi pemiliknya serta mendapatkan manfaat dari Allah. Inilah amal-amal saleh yang akan tetap tinggal bersama pemiliknya.” [Al-Istiqomah, 2/284-285]
Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim rahimahullah juga berkata:
وَقَدْ قَالَ تَعَالَى: {وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ} فَالْغَايَةُ الْحَمِيدَةُ الَّتِي بِهَا يَحْصُلُ كَمَالُ بَنِي آدَمَ وَسَعَادَتُهُمْ وَنَجَاتُهُمْ عِبَادَةُ اللَّهِ وَحْدَهُ، وَهِيَ حَقِيقَةُ قَوْلِ الْقَائِلِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَلِهَذَا بَعَثَ اللَّهُ جَمِيعَ الرُّسُلِ، وَأَنْزَلَ جَمِيعَ الْكُتُبِ، وَلَا تَصْلُحُ النَّفْسُ وَتَزْكُو وَتَكْمُلُ إِلَّا بِهَذَا
“Dan sungguh Allah taala telah berfirman: ‘Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku saja.’ (QS. Adz-Dzariyyat: 56). Maka tujuan mulia yang dengannya anak Adam akan meraih kesempurnaan, kebahagiaan dan keselamatan adalah beribadah kepada Allah yang satu saja, dan inilah hakikat ucapan “Laa ilaaha illallah”. Dan karena itulah Allah taala mengutus seluruh rasul dan menurunkan semua kitab, dan jiwa tidak akan menjadi baik, bersih dan sempurna kecuali dengan ini (ibadah kepada Allah yang satu saja).” [Al-Jawaabus Shahih, 6/29]
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
وَمَعْنَى الْآيَةِ: أَنَّهُ تَعَالَى خَلَقَ الْعِبَادَ لِيَعْبُدُوهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، فَمَنْ أَطَاعَهُ جَازَاهُ أَتَمَّ الْجَزَاءِ، وَمِنْ عَصَاهُ عَذَّبَهُ أَشَدَّ الْعَذَابِ، وَأَخْبَرَ أَنَّهُ غَيْرُ مُحْتَاجٍ إِلَيْهِمْ، بَلْ هُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَيْهِ فِي جَمِيعِ أَحْوَالِهِمْ، فَهُوَ خَالِقُهُمْ وَرَازِقُهُمْ
“Makna ayat ini: Bahwa Allah menciptakan makhluk semata-mata untuk beribadah kepada-Nya saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Barang siapa yang menaati perintah-Nya, maka Dia akan membalasnya dengan balasan yang sempurna. Dan barang siapa yang bermaksiat kepada-Nya, maka Dia akan mengazabnya dengan azab yang paling pedih. Allah taala juga mengabarkan, bahwa Dia tidak butuh kepada makhluk. Bahkan makhluklah yang butuh kepada-Nya dalam segala keadaan mereka. Dia-lah Allah Pencipta dan Pemberi rezeki mereka.” [Tafsir Ibnu Katsir, 7/425, Fathul Majid, hal. 19]
Leave A Comment