DOA KELUAR RUMAH UNTUK KE MASJID DAN SELAINNYA

 

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila seseorang keluar dari rumahnya kemudian membaca:

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وََلاَ قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

BISMILLAHI TAWAKKALTU ‘ALALLAH LAA HAWLA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAH 

Artinya:

(Dengan Nama Allah, Saya bertawakkal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan, kecuali hanya kepada Allah)

Akan dikatakan kepadanya, ‘Engkau telah mendapat hidayah, telah dicukupi, dan telah dilindungi.’ Para syaithan akan menjauh darinya sehingga syaitan lain berkata, ‘Bagaimana Engkau (mampu mengganggu) seorang lelaki yang telah diberi hidayah, dicukupi, dan dilindungi?’.”

[Diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzy, dan Ibnu Hibban. Terdapat keterputusan dalam sanadnya, tetapi bisa dihasankan lantaran beberapa pendukungnya. Bacalah Takhrij Ibnu Majah oleh Syu’aib Al-Arna`ûth no. 3885]

 

Penjelasan

Doa agung ini diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar dibaca oleh setiap muslim dan muslimah jika mereka keluar dari rumahnya untuk menunaikan keperluan yang berkaitan dengan dunia maupun akhiratnya.

“Apabila seseorang keluar dari rumahnya”, maksudnya adalah apabila seseorang akan keluar atau sedang keluar dari rumahnya.

“Rumahnya” adalah rumah yang dia tinggali atau rumah yang dia singgahi saat safar.

“Bismillah” artinya adalah “dengan menyebut nama Allah, Saya keluar dari rumah”, merupakan permohonan kepada Allah Ta’ala agar seseorang dibantu dan diberi kemudahan ketika keluar dari rumahnya dan juga pada segala urusannya.

 

“Saya bertawakkal kepada Allah”, yakni “Saya bersandar kepada Allah dan menyerahkan segala urusanku kepada-Nya”.

Tawakkal merupakan amalan hati dan ibadah yang tidak diserahkan, kecuali hanya kepada Allah, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ.

“Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakkal jika kalian benar-benar orang yang beriman.” [Al-Ma`idah: 23]

 

Tatkala tawakkal merupakan pokok ibadah dan keagungan tauhid. Seorang hamba yang bertawakkal kepada Allah Ta’ala pada segala urusannya, baik urusan dunia maupun akhirat, akan tercukupi oleh Allah Ta’ala pada segala keperluan dan kebahagiannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan siapa saja yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” [Ath-Thalaq: 3]

“Tiada daya dan kekuatan, kecuali hanya kepada Allah”.

Ini adalah kalimat agung yang menunjukkan ketundukan dan penyerahan diri kepada Allah Ta’ala, kalimat yang menunjukkan kesadaran hamba bahwa tiada daya dalam menolak bahaya dan tiada kekuatan dalam meraih kebaikan, kecuali hanya dengan kehendak Allah ‘Azza wa Jalla.

Tiada daya yang memindahkan hamba dari maksiat kepada ketaatan, dari sakit kepada kesehatan, dari kelemahan kepada kekuatan, dari kekurangan kepada kesempurnaan dan kecukupan, kecuali hanya kepada Allah. Sebagaimana, tiada kekuatan dalam menegakkan suatu ibadah, dalam menyelesaikan urusan, meraih tujuan, dan menggapai segala yang diperlukan, kecuali hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Telah sah sejumlah dalil yang menunjukkan keutamaan dan keagungan kalimat la haula wa la quwwata illa billah ini.

 

Dalam doa ini disebutkan penggabungan tiga perkara agung:

(1) Mengambil pertolongan dengan menyebut nama Allah,

(2) Bertawakkal kepada Allah, dan

(3) Berlepas diri dari segala daya dan upaya, kecuali hanya kepada Allah.

 

Tiga hal ini memberi tiga pengaruh indah pula bagi seorang hamba. Siapa saja yang membaca doa ini ketika keluar rumah, berarti:

(1) “Engkau telah mendapat hidayah”, yaitu diberi hidayah kepada hal yang benar karena memohon pertolongan kepada Allah.

(2) “Telah dicukupi”, yaitu telah dicukupi pada segala perkara dunia maupun akhiratnya karena dia bertawakkal kepada-Nya.

(3) “Dan telah dilindungi”, yaitu dijaga dari segala hal yang membahayakan, berupa gangguan syaithan, musuh, binatang berbisa, dan segala bahaya lainnya.

 

Pada akhir hadis, dijelaskan bahwa syaithan telah putus asa dari mengganggu dan menyesatkan hamba yang membaca doa keluar rumah tersebut.

 

Kandungan dan manfaat hadis:

  1. Terdapat syariat dan anjuran membaca doa ini setiap keluar rumah.
  2. Urgensi basmalah.
  3. Urgensi tawakkal.
  4. Urgensi ucapan la haula wa la quwwata illa billah.
  5. Pentingnya doa untuk penjagaan diri.
  6. Seorang hamba tidak mungkin lepas dari Rabb-nya, walaupun sekejap mata. Dia perlu pertolongan dan perlindungan Allah pada segala keadaan.
  7. Penyebutan salah satu sebab datangnya hidayah.
  8. Penyebutan salah satu sebab kecukupan Allah untuk seorang hamba.
  9. Penyebutan salah satu sebab penjagaan dan perlindungan Allah untuk seorang hamba.
  10. Syaithan selalu mengintai manusia pada segala keadaan dan bersama aliran darah manusia.
  11. Syaithan menjauh dari siapa saja yang membaca doa ini.
  12. Dzikir, jika dibaca dengan menghayati maknanya, adalah salah satu jalan untuk mengusir syaithan dan menghindarkan diri dari gangguan syaithan.
  13. Para syaithan bekerjasama dalam menyesatkan dan menjauhkan manusia dari kebaikan.
  14. Doa di atas mengandung makna iyyaka na’budu waiyyaka nasta’in.

 

Bacalah penjelasan hadis ini dalam Syarh Riyadh Ash-Shalihin 1/565-567 karya Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, Al-Kasyif ‘An Haqa`iq As-Sunan 6/1905 karya Ath-Thiby, Mirqatul Mafatih 5/354 karya Ali Qari`, Fiqh Al-‘Ad’iyah wa Al-Adzkar 3/96-98 karya Dr. Abdurrazzaq Al-Badr, dan Syarh Hishnul Muslim hlm. 69-71.

 

 

http://dzulqarnain.net/syarah-bacaan-seputar-sholat-1.html