بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

AWAS KAMPANYE ZINA VALENTINE DAY, HARI “KASIH SAYANG” YANG MEMBUAT ALLAH MURKA

Dalam Perayaan Valentine Day terkandung sebab-sebab yang membuat Allah ﷻ murka, di antaranya:

1) Tasyabbuh, Menyerupai Orang-Orang Kafir

Telah dimaklumi, bahwa perayaan Valentine Day berasal dari tradisi Paganisme Nasrani. Dan sampai hari ini pun mereka masih merayakannya. Maka ikut-ikutan merayakannya adalah tasyabbuh (penyerupaan) kepada orang-orang kafir yang termasuk dosa besar, bahkan dapat mengantarkan kepada kekafiran.
Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia bagian dari mereka.” [HR. Ahmad dan Abu Daud dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Shahihul Jaami’: 6149]

Disebutkan dalam fatwa Komite Tetap untuk Pembahasan Ilmiah dan Fatwa yang diketuai oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah:

وعيد الحب هو من جنس ما ذكر؛ لأنه من الأعياد الوثنية النصرانية ، فلا يحل لمسلم يؤمن بالله واليوم الآخر أن يفعله أو أن يقره أو أن يهنئ به ، بل الواجب تركه واجتنابه استجابة لله ولرسوله وبعدا عن أسباب سخط الله وعقوبته

“Dan perayaan Valentine Day termasuk bentuk tasyabbuh terhadap orang-orang kafir, sebab ia berasal dari Paganisme Kristen. Maka tidak halal bagi seorang Muslim yang beriman kepada Allah ta’ala dan Hari Akhir untuk merayakannya, menyetujuinya, atupun sekedar mengucapkan selamat kepada yang merayakannya. Bahkan wajib untuk MENINGGALKANNYA dan MENJAUHINYA, sebagai bentuk ketaatan kepada Allah ta’ala dan Rasul-Nya ﷺ, dan dalam rangka menjauhi sebab-sebab yang mengantarkan kepada kemurkaan Allah ﷻ dan azab-Nya.” [Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 2/263 no. 21203]

2) Wala’ Lil Kuffar, Bersikap Loyal Kepada Orang-Orang Kafir

Mengikuti tradisi-tradisi orang kafir juga termasuk bentuk sikap loyal kepada mereka, dan keridhoaan terhadap kemungkaran mereka. Padahal Allah ta’ala telah mengingatkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali-wali (orang-orang yang kamu bersikap loyal kepada mereka). Sebahagian mereka adalah wali bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” [QS. Al-Maidah: 51]

Al-Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan makna ayat ini:

ينهى تعالى عباده المؤمنين عن موالاة اليهود والنصارى، الذين هم أعداء الإسلام وأهله، قاتلهم الله، ثم أخبر أن بعضهم أولياء بعض، ثم تهدد وتوعد من يتعاطى ذلك فقال: {وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ}

“Allah ta’ala melarang hamba-hamba-Nya yang beriman untuk bersikap loyal kepada Yahudi dan Nasrani, karena mereka itu adalah musuh-musuh Islam dan kaum Muslimin. Kemudian Allah ta’ala mengabarkan, bahwa sebagian mereka adalah wali bagi sebagian yang lain. Kemudian Allah ta’ala mengingatkan dengan keras, dan mengancam siapa saja yang loyal kepada mereka dengan firman-Nya, ‘Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim’.” [Tafsir Ibnu Katsir, 3/132]

Disebutkan dalam fatwa ulama-ulama besar yang tergabung dalam Komite Tetap untuk Pembahasan Ilmiah dan Fatwa:

وإذا انضاف إلى العيد المخترع كونه من أعياد الكفار فهذا إثم إلى إثم ؛ لأن في ذلك تشبها بهم ونوع موالاة لهم ، وقد نهى الله سبحانه المؤمنين عن التشبه بهم وعن موالاتهم في كتابه العزيز

“Dan apabila tenyata hari perayaan yang diada-adakan tersebut asalnya dari orang-orang kafir. Maka bertambahlah dosanya, sebab dalam hal itu terdapat tasyabbuh (penyerupaan) dan merupakan satu bentuk sikap loyal kepada orang-orang kafir. Dan sungguh Allah subhanahu wa ta’ala dalam kitab-Nya yang mulia telah melarang kaum mukminin untuk tasyabbuh dan loyal kepada orang-orang kafir.” [Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 2/263 no. 21203]

3) Bid’ah, Menambah-Nambah Hari Perayaan Selain Yang Ditetapkan Agama

Setiap umat memiliki hari raya, dan bagi umat Islam, telah ditetapkan hari raya Idul Adha dan Idul Fitri. Tidak boleh mengada-adakan hari perayaan apa pun selain yang telah ditetapkan syariat. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَهَذَا عِيدُنَا

“Sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya, dan ini adalah hari raya kita.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha]

Oleh karena itu Rasulullah ﷺ melarang hari perayaan apa pun selain yang telah ditetapkan syariat.

Sahabat yang Mulia Anas bin Malik radhiyallahu’anhu berkata:

قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ قَالُوا كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ

“Ketika Rasulullah ﷺ mendatangi kota Madinah, para sahabat memiliki dua hari raya, yang padanya mereka bersenang-senang. Maka beliau ﷺ bersabda: Dua hari apa ini? Mereka menjawab: Dua hari yang sudah biasa kami bersenang-senang padanya di masa Jahiliyah. Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya Allah telah mengganti kedua hari tersebut dengan dua hari yang lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.” [HR. Abu Daud, Shahih Abi Daud: 1039]

Maka ditegaskan dalam fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah:

دلت الأدلة الصريحة من الكتاب والسنة ، وعلى ذلك أجمع سلف الأمة أن الأعياد في الإسلام اثنان فقط ، هما : عيد الفطر وعيد الأضحى ، وما عداهما من الأعياد ، سواء كانت متعلقة بشخص أو جماعة أو حدث أو أي معنى من المعاني فهي أعياد مبتدعة لا يجوز لأهل الإسلام فعلها ولا إقرارها ولا إظهار الفرح بها ولا الإعانة عليها بشيء ؛ لأن ذلك من تعدي حدود الله ، ومن يتعد حدود الله فقد ظلم نفسه

“Dalil-dalil yang tegas dari Alquran dan As-Sunnah serta Ijma’ (kesepakatan) ulama Salaf (terdahulu) menunjukkan, bahwa hari-hari perayaan dalam Islam hanya ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Adapun hari-hari perayaan selain itu, apakah berkaitan dengan perayaan seseorang, kelompok, kejadian atau berkaitan dengan apa saja, maka itu TERMASUK KATEGORI BID’AH. Tidak boleh bagi kaum Muslimin untuk melakukannya, menyetujuinya, menampakkan kegembiraan ataupun membantunya sedikit pun, sebab hal itu termasuk pelanggaran terhadap ketentuan Allah ta’ala. Dan barang siapa yang melanggar ketentuan Allah, maka sungguh ia telah menzalimi dirinya sendiri.” [Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 2/263 no. 21203]
Dan bid’ah dalam agama tercela, apabila yang mengada-adakannya adalah kaum Muslimin. Maka tentu lebih tercela lagi, apabila yang mengada-adakannya pertama kali adalah orang-orang kafir.

Rasulullah ﷺ bersabda:

كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Setiap bid’ah itu sesat.” [HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu’anhu]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

فإنه لو أحدثه المسلمون لقد كان يكون قبيحًا فكيف إذا كان مما لم يشرعه نبي قط، بل أحدثه الكافرون، فالموافقة فيه ظاهرة القبح

“Sesungguhnya bid’ah itu sudah jelek, apabila yang mengada-adakannya adalah kaum Muslimin. Maka bagaimana lagi jika bid’ah itu tidak pernah diajarkan oleh seorang nabi pun, melainkan bid’ah yang diada-adakan oleh orang-orang kafir. Maka menyerupai mereka dalam bid’ah itu jelas kejelekannya.” [Al-Iqtidho, 1/423]

4) Maksiat, Zina Mata, Telinga, Lisan, Tangan, Kaki Dan Hati, Hingga Kemaluan

Sebagian anak muda yang kurang ilmu dan iman menjadikan momen Valentine Day sebagai ajang zina, mulai dari zina mata hingga kemaluan. Dan semua itu dibungkus dalam satu tipuan setan yang disebut Hari “Kasih Sayang”, yang pada hakikatnya hanya mendatangkan murka Allah ﷻ. Mereka mencurahkan cinta kepada makhluk, dan mengharapkan kasih sayang dari makhluk. Dan mereka lupa dengan cinta dan kasih sayang Allah tabaraka wa ta’ala, yang seharusnya diutamakan.
Rasulullah ﷺ telah mengingatkan:

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ، وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُه

“Telah ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina. Akan mengenainya tidak mungkin tidak. Maka kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah meraba, kaki zinanya adalah melangkah, hati bernafsu dan berkeinginan. Dan yang membenarkan serta mendustakan semua itu adalah kemaluan.” [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]

Oleh karena itu Allah ta’ala telah melarang semua jalan yang dapat mengentarkan kepada zina, bukan hanya zinanya saja, sebagaimana firman-Nya:

وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا

“Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” [Al-Isra: 32]
Lebih parah lagi, ajakan-ajakan kepada zina di Hari Valentine telah dilakukan terang-terangan, dan kadang dilakukan demi meraup keuntungan duniawi, seperti yang dilakukan oleh sebagian perusahaan asing yang menjual atau memromosikan produk-produk coklatnya. Sehingga wajar kalau kita bertanya-tanya, apakah keberadaan sebagian perusahaan asing tersebut di negeri ini untuk misi dagang atau sekaligus menghancurkan generasi…?!

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang amat keji itu tersebar di kalangan orang-orang yang beriman. Bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di Akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [An-Nur: 19]
Apa yang akan terjadi apabila zina tersebar?

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ، فَقَدْ أَحَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ

“Apabila zina dan riba telah nampak di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri itu telah menghalalkan azab Allah bagi diri-diri mereka.” [HR. Al-Hakim dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma, Shahihut Targhib: 2401]

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

تُفْتَحُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ نِصْفَ اللَّيْلِ فَيُنَادِي مُنَادٍ: هَلْ مِنْ دَاعٍ فَيُسْتَجَابَ لَهُ؟ هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَيُعْطَى؟ هَلْ مِنْ مَكْرُوبٍ فَيُفَرَّجَ عَنْهُ؟ فَلا يَبْقَى مُسْلِمٌ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ إِلا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ إِلا زَانِيَةٌ تَسْعَى بِفَرْجِهَا أَوْ عَشَّارٌ

“Pintu-pintu langit dibuka pada pertengahan malam, lalu menyerulah seorang penyeru: Apakah ada yang mau berdoa, sehingga dikabulkan doanya? Apakah ada yang mau meminta, sehingga diberikan permintaannya? Apakah ada orang yang tertimpa musibah (yang memohon pertolongan Allah), sehingga dihilangkan kesusahannya? Maka tidaklah seorang Muslim pun yang berdoa dengan satu doa (di waktu tersebut), kecuali Allah akan mengabulkannya, kecuali seorang wanita pezina yang menjajakan kemaluannya dan seorang pemungut pajak.” [HR. Ath-Thabrani dari ‘Utsman bin ‘Abil ‘Ash Ats-Tsaqofi radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 1073]

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ

لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ ، حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا ، إِلاَّ فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ ، وَالأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلاَفِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا

وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ ، إِلاَّ أُخِذُوا بِالسِّنِينَ ، وَشِدَّةِ الْمَؤُونَةِ ، وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ

وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ ، إِلاَّ مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ ، وَلَوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا

وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللهِ ، وَعَهْدَ رَسُولِهِ ، إِلاَّ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ ، فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ

وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللهِ ، وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ ، إِلاَّ جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ

“Wahai kaum Muhajirin, waspadailah lima perkara apabila menimpa kalian. Dan aku berlindung kepada Allah, semoga kalian tidak menemuinya:
(1) Tidaklah perzinahan nampak (terang-terangan) pada suatu kaum pun, hingga mereka selalu menampakkannya, kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka wabah penyakit tha’un dan penyakit-penyakit yang belum pernah ada pada generasi sebelumnya.
(2) Dan tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan diazab dengan kelaparan, kerasnya kehidupan dan kezaliman penguasa atas mereka.
(3) Dan tidaklah mereka menahan zakat harta-harta mereka, kecuali akan dihalangi hujan dari langit. Andaikan bukan karena hewan-hewan, niscaya mereka tidak akan mendapatkan hujan selamanya.
(4) Dan tidaklah mereka memutuskan perjanjian Allah dan perjanjian Rasul-Nya, kecuali Allah akan menguasakan atas mereka musuh dari kalangan selain mereka, yang merampas sebagian milik mereka.
(5) Dan tidaklah para penguasa mereka tidak berhukum dengan kitab Allah, dan hanya memilih-milih dari hukum yang Allah turunkan, kecuali Allah akan menjadikan kebinasaan mereka berada di antara mereka.”
[HR. Ibnu Hibban, dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma, Ash-Shahihah: 106]
5) Mubazir, Membelanjakan Harta Untuk Kesia-Siaan Bahkan Kemaksiatan

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا, إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا.

“Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Rabb-nya.” [QS. Al-Isra: 26-27]

Sahabat yang mulia Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata:

التَّبْذِيرُ: الْإِنْفَاقُ فِي غَيْرِ حَقٍّ.

“Pemborosan adalah membelanjakan harta pada jalan yang tidak benar.” [Tafsir Ibnu Katsir, 5/69]
Al-Imam Qotadah rahimahullah berkata:

التَّبْذِيرُ: النَّفَقَةُ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ تَعَالَى، وَفِي غَيْرِ الْحَقِّ وَفِي الْفَسَادِ.

“Pemborosan adalah pengeluaran harta dalam bermaksiat kepada Allah ta’ala, pada jalan yang tidak benar dan pada kerusakan.” [Tafsir Ibnu Katsir, 5/69]

Oleh karena itu, walau tidak ikut merayakannya, tidak boleh turut membantu orang-orang yang merayakannya dengan menyediakan atau menjual pernak perniknya, pakaiannya, makanannya seperti coklat yang dihiasi logo-logonya, menerima hadiah yang terkait dengannya, dan semua bentuk bantuan apa pun, sebagaimana telah diperingatkan para ulama besar yang tergabung dalam

Lembaga Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah:

يحرم على المسلم الإعانة على هذا العيد أو غيره من الأعياد المحرمة بأي شيء من أكل أو شرب أو بيع أو شراء أو صناعة أو هدية أو مراسلة أو إعلان أو غير ذلك ؛ لأن ذلك كله من التعاون على الإثم والعدوان ومعصية الله ورسوله ، والله جل وعلا يقول: وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Diharamkan atas seorang Muslim untuk membantu perayaan Valentine Day dan perayaan-perayaan lainnya yang diharamkan, apakah membantunya dalam bentuk makanan, minuman, penjualan, pembelian, pembuatan, hadiah, pengiriman, pengumuman, atau bantuan apapun juga diharamkan, sebab hal itu termasuk tolong menolong dalam dosa dan permusuhan, serta maksiat kepada Allah ta’ala dan Rasul-Nya ﷺ. Allah jalla wa ‘ala telah berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Maidah: 2).” [Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 2/263 no. 21203]

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

 

Penulis: Al-Ustadz Sofyan Chalid Ruray hafizhahullah
Sumber:

⛔ AWAS KAMPANYE ZINA VALENTINE DAY, HARI “KASIH SAYANG” YANG MEMBUAT ALLAH MURKAبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ…

Posted by Sofyan Chalid bin Idham Ruray on Saturday, February 11, 2017

 

#saynotoValetinesDay #ValentinesDaybidah #janganrayakanValentinesDay #ValentinesDaydalamIslam #harikasihsayang #Valentinezamannow