Barang siapa membaca istighfar berikut ini: Astaghfirullaah Alladzii Laa Ilaaha Illaa HuwalHayyal Qoyyum wa Atuubu Ilaihi, maka akan diampuni dosanya, walaupun ia pernah lari dari medan perang.
Sumber Doa
Al-Hakim mengeluarkannya dalam Mustadraknya dari hadis Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:
Astaghfirullaah Alladzii Laa Ilaaha Illaa HuwalHayyal Qoyyum wa Atuubu Ilaihi
Artinya:
Aku memohon ampun kepada Allah, Yang tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia Yang Maha Hidup lagi senantiasa mengurus makhluk-Nya. Aku bertobat kepada-Nya.
Maka diampuni dosa-dosanya, meskipun ia pernah lari dari medan perang.” [HR Abu Dawud dan At-Turmuzi dan Al-Hakim. HR.
Dikatakan sebagai hadis Shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim. Hadis ini juga dikeluarkan oleh Al-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, no. 8541. Abu Nu’aim meriwayatkan yang serupa dalam Akhbar Ashbahan dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Adakah Waktu Khusus Membacanya?
Telah datang beberapa riwayat yang menerangkan tempat khusus untuk membaca doa istighfar ini, seperti sesudah salat, bangun tidur, dan Jumat pagi. Namun tak satu pun dari keterangan-keterangan tersebut yang sahih, sehingga tidak bisa diamalkan dengan kekhususannya tersebut.
Ada hadis yang berstatus maqbul, sebagian ulama menghasankannya, dan sebagian lain mensahihkannya, menyebutkan istighfar tersebut tanpa mengaitkannya dengan waktu-waktu tertentu. Bisa dibaca pada waktu yang bebas tanpa mengkhususkannya dengan waktu dan tempat.
Keutamaannya
Keutamaan doa ini mengandung istighfar (permohonan ampunan) yang begitu agung, serta memakai wasilah (sarana) yang begitu mulia dengan menyebut nama-nama Allah yang Maha Indah: Allah, Al-Adzim, Al-Hayyu, serta Al-Qayyum, ikrar bakal uluhiyah Allah serta kemauan bertobat waktu itu juga.
Astaghfirullah memiliki makna meminta ampunan pada Allah, memohon agar Allah menutupi dosa-dosanya, serta tidak menghukumnya atas dosa-dosa itu.
Disebut kalimat tauhid setelah kalimat “Aku meminta ampun kepada Allah” memberikan makna, bahwa hamba tersebut mengakui kewajibannya untuk beribadah kepada Allah semata, yang itu menjadi hak Allah subhanahu wa taala. Ini menuntut agar orang yang beristighfar untuk membuktikan ubudiyahnya kepada Allah dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Al-Hayyul Qayyum: Dua nama Allah yang agung ini disebut sesudahnya. Hal ini memiliki kaitan dengan permintaan ampunan, karena semua nama Allah dan sifat-Nya yang Maha Tinggi, yang Zatiyah dan Fi’liyah kembali kepada keduanya. Sifat Zatiyah merujuk kepada nama Al-Hayyu (Maha Hidup Kekal). Sedangkan sifat Fi’liyah kembali kepada nama Al-Qayyum (Tegak Berdiri Sendiri dan Mengurusi Semua Makhluk-Nya)
Ditutup doa tersebut dengan Waatubu Ilaihi (Aku bertobat kepada-Nya) mengandung keinginan kuat dari hamba untuk bertobat (kembali) kepada Allah tabaraka wa taala. Karenanya, jika hamba mengucapkan kalimat ini, hendaknya ia jujur dalam melafalkannya pada lahir dan batinnya. Jika ia dusta, dikhawatirkan ia tertimpa kemurkaan Allah. [Lihat al-Fuuthaat al-Rabbaniyah: 3/701]
Dosa yang akan diampuni dengan doa istighfar ini BUKAN hanya sekadar dosa-dosa kecil, tapi juga DOSA BESAR. Bahkan dosa yang termasuk dalam kategori Min Akbaril Dzunub (Dosa Paling Besar), yaitu lari dari medan perang.
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, lari dari medan perang termasuk tujuh dosa yang membinasakan, seperti disebutkan di dalam hadis:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!” Mereka (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasululaah, apakah itu?”
Beliau ﷺ menjawab:
• “Syirik kepada Allah;
• Sihir;
• Membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali dengan haq;
• Memakan riba;
• Memakan harta anak yatim;
• Berpaling dari perang yang berkecamuk;
• Menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang bersih dari zina”. [Hadis Sahih Riwayat al-Bukhari, no: 3456; Muslim, no: 2669]
Lari dari medan perang adalah lari meninggalkan medan jihad fi sabilillah saat berkecamuk peperangan melawan orang kafir. Ini menunjukkan, bahwa melalui doa istighfar yang agung ini Allah akan mengampuni dosa-dosa terbesar yang tidak memiliki konsekuensi hukuman jiwa dan harta, seperti lari dari medan perang dan dosa-dosa semisalnya. Jika hamba mengucapkan doa di atas dengan ikhlas, jujur, memahami makna-maknanya, niscaya ia akan mendapatkan kabar gembira maghfirah yang agung ini.
Sudah jelas, lari dari medan perang merupakan salah satu dosa besar yang membinasakan. Namun dengan membaca doa ini Allah ﷻ masih mengampuni kita. Ini menunjukan akan luasnya ampunan dan maghfirah Allah ﷻ kepada para hamba-Nya.
Penutup
Setiap diri kita dipenuhi dosa dan kesalahan. Hal ini bisa berupa tidak menunaikan kesyukuran, tidak menunaikan perintah-Nya, tidak meninggalkan larangan-Nya, menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan-Nya, lalai dari mengingat-Nya, dan sebagainya.
Dosa-dosa tersebut akan membuat sesak dada, menghilangkan keberkahan hidup, menyempitkan rezeki, membuat berat menjalankan ketaatan, menjadi sebab datangnya berbagai kesulitan, dan di Akhirat menjadi sebab kegelapan dan kesengsaraan. Karenanya setiap kita membutuhkan ampunan Allah setiap saat. Doa istighfar ini menjadi salah satu alternatif dan saranan meraih ampunan-Nya.
Marilah kita memerbanyak doa ini, agar dosa-dosa kita diampuni Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Menerima Tobat hamba-Nya.