Perbuatan rasisme tentu tidak sesuai dengan fitrah manusia manapun. Meremehkan, merendahkan, dan menghina orang lain hanya karena berbeda suku, berbeda warna kulit, berbeda bangsa, atau negara. Kita dapati rasisme ini masih ada di beberapa tempat di dunia, dan ini memang yang sangat tidak kita harapkan. Ketahuilah, Islam agama yang mulia telah menghapus dan mengharamkan rasisme tersebut di muka bumi ini. Semua orang pada asalnya sama kedudukannya, dan memiliki hak-hak dasar kemanusiaan yang sama, serta tidak boleh dibedakan. Satu di istimewakan dan satu lagi dihinakan, hanya karena alasan perbedaan suku, ras, bangsa semata.
Lihatlah bagaimana Bilal bin Rabah, seorang sahabat yang mulia. Beliau adalah mantan budak dan berkulit hitam legam, tetapi kedudukan beliau tinggi di antara para sahabat. Beliau telah dipersaksikan masuk Surga secara khusus, yang belum tentu ada pada semua sahabat lainnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
“Rasulullah ﷺ bersabda kepada Bilal setelah menunaikan salat Subuh: ‘Wahai Bilal, beritahukanlah kepadaku tentang perbuatan-perbuatanmu yang paling engkau harapkan manfaatnya dalam Islam! Karena sesungguhnya tadi malam aku mendengar suara terompahmu di depanku di Surga.’
Bilal radhiyallahu ‘anhu menjawab: ‘Tidak ada satu perbuatan pun yang pernah aku lakukan, yang lebih kuharapkan manfaatnya dalam Islam dibandingkan dengan (harapanku terhadap) perbuatanku yang senantiasa melakukan salat (sunat) yang mampu aku lakukan setiap selesai bersuci (wudhu) dengan sempurna, di waktu siang ataupun malam.” [HR. Muslim]
Beliau juga adalah sayyid para muazzin dan pengumandang azan pertama umat Islam. Nabi ﷺ bersabda:
“Iya, orang itu adalah Bilal, pemuka para muazin. Dan tidaklah mengikutinya, kecuali para muazin. Para muazin adalah orang-orang yang panjang lehernya di Hari Kiamat.” [HR. Thabrani]
“Lihatlah, engkau tidaklah akan baik dari orang yang berkulit merah atau berkulit hitam, sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa.” [HR. Ahmad, 5: 158. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadis ini Sahih dilihat dari sanad lain]
Allah menciptakan kita berbeda-beda, agar kita saling mengenal satu sama lainnya. Yang membedakan di sisi Allah hanyalah KETAKWAANNYA. Perhatikan ayat berikut:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. [QS. Al-Hujurat: 13]
Jadi kita diciptakan berbeda-beda suku, ras ,dan bangsa, agar kita saling mengenal. Allah menegaskan setelah ayat ini, bahwa yang paling mulia adalah yang paling takwa. Ath-Thabari menafsirkan:
“Yang paling mulia di sisi Rabb kalian adalah yang paling bertakwa dalam melaksanakan perintah dan menjauhi maksiat. Bukan yang paling besar rumah atau yang paling banyak keluarganya.” [Lihat Tafsir Ath-Thabari]
Bahkan Islam melarang keras bentuk ta’assub, yaitu membela serta membabi buta, hanya berdasarkan suku, ras, atau bangsa tertentu. Tidak peduli apakah salah atau benar, zalim atau terzalimi.
Perkatikan hadis berikut, Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu ‘anhu, ia berkata:
”Dahulu kami pernah bersama Nabi ﷺ di Gaza. Lalu ada seorang laki-laki dari kaum Muhajirin yang memukul pantat seorang lelaki dari kaum Anshar.
Maka orang Anshar tadi pun berteriak: ‘Wahai orang Anshar (tolong aku).’
Orang Muhajirin tersebut pun berteriak: ‘Wahai orang Muhajirin (tolong aku).’
Maka Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Seruan Jahiliyyah macam apa ini?!’
Mereka berkata: ‘Wahai Rasulullah, seorang Muhajirin telah memukul pantat seorang dari kaum Anshar.’
Beliau ﷺ bersabda: ‘Tinggalkan hal itu, karena hal itu adalah buruk.” [HR. Al Bukhari dan yang lainnya]
Bagaimana Menyikapi Isu Rasisme?
Alhamdulillah kita diberi anugrah Islam. Walaupun berbeda-beda suku, ras, dan bangsa, kita semua bersaudara dan disatukan dalam agama Islam. Allah ﷻ berfirman:
“Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan. Maka Allah memersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.” [QS. Ali Imran: 103]