”Atau siapakah yang memerkenankan (doa) orang yang (sedang) dalam kesulitan, apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan, dan yang menjadikan kalian (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kalian mengingati-(Nya).” [QS. Ali Imran: 7]
”Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allah, dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke daratan, tiba-tiba mereka (kembali) memersekutukan (Allah).” [QS. Al-Ankabut: 65]
Rasulullah ﷺ pernah berpesan kepada sahabatnya Mu’adz, tatkala Mu’adz diutus untuk mendakwahkan Islam kepada orang-orang kafir di negeri Yaman:
“Berhati-hatilah dari doa orang yang terzalimi, karena sesungguhnya tidak ada penghalang antara ia dengan Allah taala.” [HR. Al-Bukhari no. (1496(, (2448), (4347), dan Muslim no. 19-(29). Dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu anhu]. Derajat Hadis: Sahih.
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam kitab “Al-Misykah” no. 177 menjelaskan, bahwa hadis ini “Muttafaqun ‘alaihi.” Artinya disepakati kesahihannya oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, serta dimasukkan ke dalam kitab ‘Sahih’ masing-masing.
”Berhati-hatilah dari doa orang yang terzalimi, walaupun ia orang kafir. Karena sesungguhnya tidak ada penghalang di hadapannya.” [HR. Ahmad no.12549, Ath-Thobaroni dalam kitab “Ad-Du’a”no. 1321. Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu]. Derajat Hadis: Hasan. Dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam kitab ‘Sahih Al-Jami” no. 119.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan:
“Sungguh Allah taala mengabulkan doa (permintaan) orang yang terdesak serta terzalimi, walaupun ia masih kafir.” [Lihat Majmu’ Fatawa (1/223)]
“Allah taala mengabulkan doa orang-orang kafir yang terzalimi, bukan karena cinta kepada kekafirannya, namun karena Allah ﷻ cinta kepada keadilan.” [Lihat ”Syarah Riyadhis Salihin”(4/616)]