Haid adalah darah yang dialirkan oleh rahim apabila seorang perempuan telah baligh. Haid keluar dari kemaluan perempuan pada saat tertentu. Waktu paling sebentar untuk haid yaitu sehari semalam, dan paling lama 15 hari.
Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan perempuan karena melahirkan. Tidak ada batasan paling sebentar. Kapan pun wanita melihat sucinya, maka harus mandi dan salat.
Istihadhah adalah darah yang tidak berhenti mengalir lebih dari 15 hari.
Sebagian hukum-hukum haid dan nifas.
a) Haramnya mengumpuli istri yang sedang haid atau nifas.
Allah ﷻ berfirman yang artinya:
“Janganlah kalian para suami mendekati mereka, sampai mereka suci.” [QS. Baqarah: 222]
b) Haramnya salat dan puasa bagi yang sedang haid atau nifas.
Puasa wajib diganti ketika suci, sedangkan salat tidak diganti.
c) Haramnya thawaf di Kakbah bagi yang sedang haid atau nifas sampai suci dan mandi besar.
d) Tidak boleh baginya untuk menyentuh Mushaf (Alquran) kecuali dengan sarung tangan atau sejenisnya.
Keadaan wanita yang istihadhah.
Ada tiga keadaan wanita istihadhah
a) Seorang wanita mengetahui saat-saat haid.
Maka dia duduk (tidak salat) pada saat itu, kemudian mandi dan salat.
b) Waktu haid tidak tertentu dan dia tidak dapat membedakan.
Maka dia duduk (tidak salat) seperti wanita-wanita saudaranya. Jika tidak memiliki saudara perempuan, maka sesuai wanita pada umumnya, 6 atau 7 hari.
c) Tidak mempunyai kebiasaan waktu haid, tetapi dia mampu membedakan darah haid hitam dengan selainnya.
Apabila darah haidnya terputus, maka mandi kemudian salat.
Wanita yang istihadhah maka mandi, salat dan puasa, tetapi dia harus wudhu setiap kali akan salat. Dan boleh bagi suaminya untuk menjimakinya.
Kesimpulannya: Boleh bagi wanita yang istihadhah melakukan semua yang terlarang ketika haidnya.
Disadur dari Kitab Khulashotul Kalam Fi Arkanil Islam (Penjelasan Ringkas Seputar Rukun Islam)