Seorang Muslim wajib mendengar dan taat kepada pemerintahnya dalam rangka beribadah kepada Allah ﷻ. Termasuk bentuk mendengar dan taat kepada pemerintah adalah mendoakan kebaikan untuk mereka.
“Doa untuk penguasa yang merupakan kewajiban dan ketaatan, disyariatkan pada segala keadaaan.” [Al-Intishaf fima Tadhammanahu al-Kasysyaf minal I’tizal 4/106]
“Sesungguhnya aku benar-benar berdoa untuk penguasa, di setiap malam dan siang, agar diberi kekokohan serta taufik. Dan aku memandang yang demikian itu adalah wajib bagiku.” [As-Sunnah karya al-Khallal hlm. 82]
Ketika rumah Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dikepung oleh pasukan Khalifah al-Mutawakkil (akibat provokasi dari Ahli Bidah), Imam Ahmad pun mengatakan:
“Sungguh aku berpendapat wajibnya menaati Amirul Mukminin (Pemimpin Negara) saat sendirian maupun di depan khalayak umum, pada waktu susahku maupun lapangku, saat aku suka ataupun benci, demikian pula ketika pemimpin tidak menunaikan hakku. Sungguh aku senantiasa mendoakannya (pemimpin), setiap siang dan malam, untuk diluruskan dan mendapat taufik.” [Al-Bidayah wa an-Nihayah 10/372]
Dalam ucapan al-Imam Ahmad: “Sungguh aku senantiasa mendoakannya,” terdapat penegasan dan pengikraran akidah dan prinsip (Ahlussunnah Wal Jamaah) untuk mendengar dan taat kepada pemerintah (dalam perkara selain maksiat). [Ad-Du’aa` Li Wulatil Amr, Kementerian Urusan Agama Islam, Wakaf, Dakwah, dan Bimbingan—Kerajaan Arab Saudi hlm. 11]