Bakr bin Abdillah Al-Muzani (wafat 108 H) berkata:
إذا رأيت من هو أكبر منك فقل: هذا سبقني بالإيمان والعمل الصالح فهو خير مني
“Apabila engkau melihat orang yang lebih tua umurnya darimu, maka ucapkanlah: “Orang ini telah mendahuluiku dengan keimanan dan amal saleh. Maka dia orang yang lebih baik dariku.”
وإذا رأيت من هو أصغر منك فقل: سبقته إلى الذنوب والمعاصي فهو خير مني
Apabila engkau melihat orang yang lebih muda umurnya darimu, maka ucapkanlah: “Aku telah mendahuluinya dalam dosa dan kemaksiatan. Maka dia orang yang lebih baik dariku.”
وإذا رأيت إخوانك يكرمونك ويعظمونك فقل: هذا فضل أخذوا به
Apabila engkau melihat saudara-saudaramu memuliakanmu dan mengagungkanmu, maka ucapkanlah: “Ini adalah keutamaan yang mereka punya.”
وإذا رأيت منهم تقصيرا فقل: هذا ذنب أحدثته
Apabila engkau melihat mereka merendahkanmu, maka ucapkanlah: “Ini adalah balasan dosa yang pernah aku perbuat.” [Shifatus Shofwah 3/248]
Ungkapan semisal ini sering dijumpai dari para Salaf yang menunjukkan ketawadhuan (rendah hati), buruk sangka terhadap diri sendiri, dan baik sangka terhadap orang lain.
Para Salaf adalah orang-orang yang mulia, tetapi mereka juga menyadari bagaimana kadar diri mereka sendiri, sehingga mereka takut kepada Allah, merasa amalannya belum diterima, bahkan merasa tidak aman dari kemunafikan.
Mengapa perlu berburuk sangka terhadap diri? Jawabannya sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah:
“Karena baik sangka terhadap diri sendiri akan menghalangi seseorang dari koreksi serta mengaburkan banyak permasalahan. Dia akan melihat keburukan-keburukannya sebagai kebaikan, begitu pula aib-aib dirinya nampak seolah sebagai kesempurnaan.”
Oleh: Al-Ustadz Abdul Malik Al Buthony hafizhahullah