“Rasulullah ﷺ menikahiku di bulan Syawal, dan membina biduk rumah tangga denganku juga di bulan Syawal. Adakah istri-istri Rasulullah ﷺ yang lebih beruntung dariku?”
Ya, Syawal sebagaimana kata Imam Nawawi, berdalil dengan riwayat di atas adalah bulan yang dianjurkan untuk menikah, menikahkan, dan membangun rumah tangga.
Wahai pemuda, datangilah ayahnya. Jadilah pria gentleman, sekalipun kau ditolak oleh ayahnya (bukan putrinya). Perjalanan masih belum usai. Ini ujian pembuktian, apakah kau layak atau tidak membawa seorang putri untuk bisa hidup mendampingimu.
Wahai wanita, janganlah mudah terbujuk rayu gombal pria penakut, yang hanya pandai merayu di belakang ayahmu, namun nyali ciut jika diminta bersua.
Jika di langkah awal saja dia tampak tak berani, apa yang mau diharapkan berikutnya?
Ingatlah, dia tak layak kau cintai sebelum akad berkumandang dan restu wali diberi, sehingga cinta pun halal indah bersemi.
Tak ada guna mencinta seseorang yang belum dimiliki, yang ada hanya siksa batin dan hati.
Sebagaimana dikeluhkan seorang penyair:
أصعب الشعور أنك تتعلق بشخص،
لا أنت قادر على تملكه،
ولا أنت قادر تبتعد عنه.
“Pelik rasanya ketika hatimu bertaut dengan seseorang, yang kau tak mampu memilikinya, namun kau juga tak bisa jauh darinya.”
Karena itu berdoalah, pintalah kepada Rabb yang menggenggam hati hamba:
يا رب لا تعلق قلبي بما ليس لي
“Ya Rabb, janganlah kau kaitkan hatiku dengan orang yang tidak (halal) kumiliki.”
Karena itu, cintakan hatimu kepada Sang Pencipta Hati, niscaya Dia kan menempatkan hatimu pada “belahannya” yang layak dicintai lagi Dia cintai.
Tak usah gusar, karena belahan hatimu telah Dia tentukan 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.
Teruskan patutkan dirimu. Jadilah seorang yang saleh/ah, kelak Dia akan datangkan sosok yang saleh/ah untukmu.
Saat itu, ketika ia datang, kau kan bergumam:
أتىٰ وكأنه روحٌ من روحي و بعد أن أتىٰ كأنه ألقى على قلبي السلام
“Dia datang, seakan ia adalah belahan dari jiwaku. Dan setelah ia datang, seakan ia mengisi hatiku dengan kesejahteraan.”