بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
SIFAT DAN GAMBARAN SHIRATH
>> Mengimani Shirath, jembatan di atas Neraka
 
Di Akhirat kelak akan banyak sekali peristiwa yang sangat menakjubkan sekaligus menakutkan. Kita sebagai seorang Mukmin wajib memercayai segala hal yang akan terjadi pada Hari Kiamat, baik yang disebutkan dalam Alquran, maupun yang terdapat dalam Hadis yang sahih. Kita tidak boleh membeda-bedakan dalam urusan beriman dengan segala peristiwa tersebut, baik itu sesuai dengan logika ataupun tidak. Segala hal yang akan terjadi di Akhirat tidak bisa kita qiyaskan dengan peristiwa di dunia ini. Karena semua peristiwa di Akhirat adalah peristiwa yang penuh dengan keluarbiasaan dan kedahsyatan.
 
Di antara peristiwa yang akan menakjubkan sekaligus menakutkan di alam Akhirat kelak adalah peristiwa melewati Shirath (jembatan), yang terbentang di atas Neraka menuju ke Surga. Semoga Allah ﷻ memberikan kemudahan kepada kita untuk melewatinya kelak di Akhirat.
 
Pengertian Shirath
 
Shirath secara etimologi bermakna jalan lurus yang terang. [Al-Qamus al-Muhith hlm. 872]. Adapun menurut istilah, yaitu jembatan terbentang di atas Neraka Jahannam yang akan dilewati oleh manusia ketika menuju Surga [Lawami’ul Anwar 2/189].
 
Dalil-Dalil Tentang Keberadaan Shirath
 
Landasan keyakinan tentang adanya Shirath pada Hari Kiamat adalah berdasarkan kepada Ijmak para ulama Ahlus Sunnah, yang bersumberkan kepada dalil-dalil yang akurat dari Alquran dan Sunnah. Berikut ini kita sebutkan beberapa dalil yang menerangkan tentang adanya Shirath.
 
Di antara ulama berhujjah dengan firman Allah ﷻ berikut:
 
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا
 
“Dan tidak ada seorang pun dari kalian melainkan akan mendatangi Neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.“ [QS. Maryam/19:71]
 
Diriwayatkan dari kalangan para sahabat, di antaranya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhuma, Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, dan Ka’ab bin Ahbar, bahwa yang dimaksud dengan mendatangi Neraka dalam ayat tersebut adalah melewati Shirath [Lihat Tafsir Ibnu Katsir 5/254].
 
Sementara itu banyak sekali riwayat dari Rasulullah ﷺ tentang ini, di antaranya:
 
Sabda Rasulullah ﷺ yang berbunyi:
 
ثُمَّ يُؤْتَى بِالْجَسْرِ فَيُجْعَلُ بَيْنَ ظَهْرَيْ جَهَنَّمَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْجَسْرُ قَالَ مَدْحَضَةٌ مَزِلَّةٌ عَلَيْهِ خَطَاطِيفُ وَكَلَالِيبُ وَحَسَكَةٌ مُفَلْطَحَةٌ لَهَا شَوْكَةٌ عُقَيْفَاءُ تَكُونُ بِنَجْدٍ يُقَالُ لَهَا السَّعْدَانُ
 
“Kemudian didatangkan jembatan, lalu dibentangkan di atas permukaan Neraka Jahannam.
Kami (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana (bentuk) jembatan itu?”
Jawab beliau ﷺ: “Licin (lagi) mengelincirkan. Di atasnya terdapat besi-besi pengait dan kawat berduri, yang ujungnya bengkok. Ia bagaikan pohon berduri di Nejd, dikenal dengan pohon Sa’dan.” [Muttafaqun ‘alaih]
 
Bentuk dan Kondisi Shirath
 
Dalam hadis yang sudah disebutkan di atas terdapat beberapa ciri atau sifat dan bentuk Shirath, yaitu: “Licin (lagi) mengelincirkan. Di atasnya ada besi-besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok. Ia bagaikan pohon berduri di Nejd, dikenal dengan pohon Sa’dan.”
 
Dan disebutkan lagi dalam hadis, bahwa Shirath tersebut memiliki kait-kait besar, yang mengait siapa yang melewatinya, sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut ini:
 
وَيُضْرَبُ جِسْرُ جَهَنَّمَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُجِيزُ وَدُعَاءُ الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ وَبِهِ كَلَالِيبُ مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ أَمَا رَأَيْتُمْ شَوْكَ السَّعْدَانِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّهَا مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ غَيْرَ أَنَّهَا لَا يَعْلَمُ قَدْرَ عِظَمِهَا إِلَّا اللَّهُ فَتَخْطَفُ النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ رواه البخاري
 
“Dan dibentangkanlah Jembatan Jahannam. Akulah orang pertama yang melewatinya. Doa para rasul pada saat itu: “Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah”. Pada Shirath itu terdapat pengait-pengait seperti duri pohon Sa’dan. Pernahkah kalian melihatnya?”
 
Para sahabat menjawab, “Pernah wahai Rasulullah.”
 
Rasulullah ﷺ bersabda: “Maka ia seperti duri pohon Sa’dan. Tiada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah. Maka ia mencangkok manusia sesuai dengan amalan mereka.” [HR. al-Bukhari]
 
Di samping itu para ulama menyebutkan pula, bahwa Shirath tersebut lebih halus daripada rambut, lebih tajam dari pada pedang, dan lebih panas daripada bara api, licin dan mengelincirkan. Hal ini berdasarkan pada beberapa riwayat, baik yang disandarkan langsung kepada Nabi ﷺ, ataupun kepada para sahabat tetapi dihukumi marfu’. Sebab para sahabat tidak mungkin mengatakannya dengan dasar ijtihad pribadi mereka tentang suatu perkara gaib, melainkan hal tersebut telah mereka dengar dari Nabi ﷺ.
 
Abu Sa’id Al-Khudhri radhiyallahu ‘anhu berkata:
 
بَلَغَنِي أَنَّ الْجِسْرَ أَدَقُّ مِنَ الشَّعْرَةِ، وَأَحَدُّ مِنَ السَّيْفِ
 
“Telah sampai (berita) kepadaku, bahwa Shirath itu lebih halus dari rambut, dan lebih tajam dari pedang.” [HR. Muslim no. 183]
 
Setelah kita amati dalil-dalil tersebut di atas, dapat kita ikhtisarkan di sini sifat dan bentuk Shirath tersebut sebagaimana berikut ini:
 
1. Shirath tersebut amat licin, sehingga sangat mengkhawatirkan siapa saja yang lewat, di mana ia mungkin saja terpeleset dan terperosok jatuh.
 
2. Shirath tersebut menggelincirkan. Para ulama telah menerangkan maksud dari ‘menggelincirkan,’ yaitu ia bergerak ke kanan dan ke kiri, sehingga membuat orang yang melewatinya takut akan tergelincir dan tersungkur jatuh.
 
3. Shirath tersebut memiliki besi pengait yang besar, penuh dengan duri, ujungnya bengkok. Ini menunjukkan, siapa yang terkena besi pengait ini tidak akan lepas dari cengkeramannya.
 
4. Terpeleset atau tidak, tergelincir atau tidak, dan tersambar oleh pengait besi atau tidak, semua itu ditentukan oleh amal ibadah dan keimanan masing-masing orang.
 
5. Shirath tersebut terbentang membujur di atas Neraka Jahannam. Barang siapa terpeleset dan tergelincir, atau terkena sambaran besi pengait, maka ia akan terjatuh ke dalam Neraka Jahannam.
 
6. Shirath tersebut sangat halus, sehingga sulit untuk meletakkan kaki di atasnya.
 
7. Shirath tersebut juga tajam, yang dapat membelah telapak kaki orang yang melewatinya. Karena sesuatu yang begitu halus namun tidak bisa putus, maka akan menjadi tajam.
 
8. Sekalipun Shirath tersebut halus dan tajam, manusia tetap dapat melewatinya. Karena Allah ﷻ Maha Kuasa untuk menjadikan manusia mampu berjalan di atas apapun.
 
9. Kesulitan untuk melihat Shirath karena kehalusannya, atau terluka karena ketajamannya, semua itu bergantung kepada kualitas keimanan setiap orang yang melewatinya.
 
 
Dinukil dari tulisan berjudul ‘MENGIMANI SHIRATH, JEMBATAN DI ATAS NERAKA,’ yang ditulis oleh: ustadz DR. Ali Musri Semjan Putra
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
SIFAT DAN GAMBARAN SHIRATH
SIFAT DAN GAMBARAN SHIRATH