بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
#Dakwah_Tauhid
#Faidah_Tafsir
SIAPAKAH ORANG YANG BERIMAN DAN APA KEISTIMEWAANNYA?
Allah ﷻ berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan hidayah.” [Al-An’am: 82]
Siapakah Orang Yang Beriman?
Allah tabaraka wa ta’ala menjelaskan di dalam ayat yang mulia ini, bahwa orang yang beriman adalah yang benar-benar menauhidkan Allah ﷻ, yaitu tidak melakukan kezaliman sedikit pun, dan kezaliman yang dimaksud dalam ayat ini adalah kesyirikan, sebagaimana ditafsirkan sendiri oleh Rasulullah ﷺ dalam riwayat berikut:
Sahabat yang Mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata:
لَمَّا نَزَلَتْ {الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ}، قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّنَا لاَ يَظْلِمُ نَفْسَهُ؟ قَالَ: ” لَيْسَ كَمَا تَقُولُونَ {لَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ} بِشِرْكٍ، أَوَلَمْ تَسْمَعُوا إِلَى قَوْلِ لُقْمَانَ لِابْنِهِ يَا بُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Ketika turun ayat: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman”, kami pun berkata: Wahai Rasulullah, siapakah di antara kami yang tidak menzalimi dirinya sendiri? Beliau ﷺ bersabda: Tidak seperti yang kalian katakan, tetapi maksud “Tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman” adalah dengan kesyirikan. Tidakkah kalian mendengar ucapan Luqman kepada anaknya:
يَا بُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Wahai Anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, karena menyekutukan Allah itu adalah kezaliman yang besar.” (Luqman: 13).” [HR. Al-Bukhari dan Muslim, dan ini lafaz Al-Bukhari]
Al-Imam Al-Mufassir Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ} أَيْ: هَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَخْلَصُوا الْعِبَادَةَ لِلَّهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ، لَهُ، وَلَمْ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا هُمُ الْآمِنُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الْمُهْتَدُونَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Firman Allah ta’ala: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman” maknanya: Mereka adalah orang-orang yang memurnikan ibadah hanya kepada Allah yang satu saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan mereka tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Merekalah yang akan mendapatkan keamanan di Hari Kiamat dan hidayah di dunia dan Akhirat.” [Tafsir Ibnu Katsir, 3/294, Fathul Majid, hal. 32]
Keistimewaan Orang Yang Beriman
Ayat yang mulia ini juga menerangkan tentang keutamaan terbesar yang akan diraih oleh orang yang menauhidkan Allah dan menjauhi kesyirikan, yaitu keamanan dan hidayah, yang mencakup di dunia dan Akhirat (lihat Al-Qoulul Mufid, 1/63).
Keamanan di dunia dan Akhirat: Yaitu keamanan dari azab Allah ta’ala, baik di dunia, di kubur, di Hari Kebangkitan dan keamanan dari azab Neraka, namun dengan syarat istiqomah di atas tauhid dan sunnah sampai akhir hayat.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata:
أن الله أثبت الأمن لمن لم يشرك، والذي لم يشرك يكون موحدا، فدل على أن من فضائل التوحيد استقرار الأمن.
“Bahwa Allah menetapkan keamanan bagi orang yang tidak berbuat syirik. Dan orang yang tidak berbuat syirik adalah orang yang bertauhid. Maka ayat yang mulia ini menunjukkan, bahwa di antara keutamaan tauhid adalah anugerah nikmat keamanan.” [Al-Qoulul Mufid, 1/63]
Hidayah mencakup dua macam hidayah:
- Hidayah kepada ilmu dan
- Hidayah kepada amalan,
Yaitu taufik dari Allah ta’ala untuk senantiasa menuntut ilmu dan mengamalkannya. Dan tidak diragukan lagi, ilmu dan amal adalah syarat meraih kebahagiaan dunia dan Akhirat.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata:
وقوله: ” وهم مهتدون “: أي: في الدنيا إلى شرع الله بالعلم والعمل، فالاهتداء بالعلم هداية إرشاد. والاهتداء بالعمل: هداية توفيق، وهم مهتدون في الآخرة إلى الجنة.
“Dan firman Allah: “Mereka itulah orang-orang yang mendapat hidayah” maknanya: Hidayah di dunia kepada syariat Allah dengan ilmu dan amal. Hidayah dengan ilmu adalah hidayah berupa bimbingan. Adapun hidayah dengan amal adalah hidayah taufi (kemampuan untuk beramal). Dan mereka juga akan mendapat hidayah di Akhirat menuju Surga.” [Al-Qoulul Mufid, 1/62]
Penulis: Al-Ustadz Sofyan Chalid Ruray hafizhahullah
Dipetik dari Buku “Tauhid, Pilar utama Membangun Negeri” hal. 3-6 (Cetakan Kedua 1437 H) karya Ustadz Sofyan Chalid Ruray hafizhahullah
Sumber:
? SIAPAKAH ORANG YANG BERIMAN DAN APA KEISTIMEWAANNYA?✅ Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ…
Posted by Sofyan Chalid bin Idham Ruray on Tuesday, November 29, 2016
Leave A Comment