Al Muflis adalah orang rugi dalam keadaan bangkrut di Akhirat. Bisa jadi dia di dunia adalah orang yang memiliki banyak amalan-amalan saleh, tetapi tiada guna amalan itu baginya, karena sebab ulahnya di dunia.
“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab: “Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki Dirham dan tidak pula memiliki harta/barang.” Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada Hari Kiamat dengan membawa pahala salat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kezaliman:
• Ia pernah mencela saudaranya,
• Menuduh tanpa bukti (memfitnah),
• Memakan harta,
• Menumpahkan darah orang,
• Memukul orang lain (tanpa hak).
Maka sebagai tebusan atas kezalimannya tersebut, diberikanlah kebaikannya kepada orang-orang itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang dizaliminya, sementara belum semua kezalimannya tertebus, diambillah kejelekan/ kesalahan yang dimiliki oleh orang yang dizaliminya, lalu ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam Neraka.” [HR. Muslim 6522]
Oleh karenanya dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Siapa yang pernah berbuat kezaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatan saudaranya atau perkara-perkara lainnya, maka hendaklah ia meminta kehalalan dari saudaranya tersebut pada hari ini (di dunia), sebelum tidak ada lagi Dinar dan tidak pula Dirham (untuk menebus kesalahan yang dilakukan, yakni pada Hari Kiamat). Bila ia memiliki amal saleh, diambillah amal tersebut darinya sesuai kadar kezalimannya (untuk diberikan kepada orang yang dizaliminya sebagai tebusan/pengganti kezaliman yang pernah dilakukannya). Namun bila ia tidak memiliki kebaikan, maka diambillah kejelekan orang yang pernah dizaliminya, lalu dipikulkan kepadanya.” [HR. Bukhari 2449]
Subhanallah! Sungguh sangat merugi orang yang demikian ini. Ruginya kenapa? Apa-apa yang ditabungnya selama di dunianya sirna, karena sebab apa yang dilakukannya, lisannya, tangannya. Dia hanya melampiaskan apa yang ingin dilampiaskan, tanpa mampu mengendalikan, bahwa ini berbahaya atau tidak, terlebih bagi Akhiratnya.