Dinukil dari Fathul Qowi, Ibnu Rojab Al Hambali berkata dalam Jami’ul Ulum wal Hikam:
“Sebagian orang mungkin ada yang mengatakan, bahwa hadis ini bertentangan dengan hadis ‘Iyadh bin Himar di mana Nabi ﷺ bersabda, Allah taala berfirman: “Aku menciptakan hamba-Ku dalam keadaan berada di jalan yang lurus.” [HR. Muslim]. Dalam riwayat lainnya dikatakan: “Dalam keadaan Muslim, lalu setan mengalihkannya dari jalan yang lurus.”
Hal ini tidaklah demikian. Tetapi yang dimaksudkan adalah, bahwa Allah menciptakan Bani Adam (keturunan Adam) dalam keadaan menerima Islam dan condong kepadanya, bukan pada yang lainnya. Namun setiap orang tidaklah bisa tetap dalam fitrah ini kecuali dengan adanya kekuatan, yaitu seseorang harus mempelajari Islam. Karena seseorang sebelum belajar, dia berada dalam keadaan jahil (bodoh), tidak mengetahui apa-apa, sebagaimana Allah taala berfirman: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun.” [QS. An Nahl (16) : 78]
Allah juga mengatakan kepada Nabi-Nya ﷺ: “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang sesat , lalu Dia memberikan petunjuk.” [QS. Adh Dhuha (93) : 7]. Dan yang dimaksudkan adalah ‘Dia mendapatimu dalam keadaan tidak mengetahui apa yang dia ajarkan dari Al Kitab dan Al Hikmah (kecuali dengan petunjuk-Nya, pen).
Oleh karena itu, manusia pada asalnya dilahirkan dalam keadaan fitrah, yaitu menerima kebenaran. Jika Allah memberi petunjuk pada seseorang, Allah akan memberinya sebab dengan diajarkan mengenai petunjuk. Jadilah dia orang yang mendapatkan petunjuk dengan perbuatan, setelah sebelumnya dia menjadi orang yang mendapatkan petunjuk dengan kekuatan pada dirinya (usahanya). Namun jika Allah ingin menelantarkan seseorang, Allah akan menakdirkan baginya dengan diajarkan berbagai hal yang menyebabkan seseorang keluar dari fitrah. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ: “Setiap bayi yang lahir berada di atas fitrahnya. Lalu ayahnyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi.” [HR. Bukhari]