Suatu hari, Ibrahim bin Adham rahimahullah berlalu melewati pasar Bashrah, kota terbesar kedua di Irak, terletak sekitar 545 km dari Baghdad. Manusia pun berkumpul kepadanya seraya berkata:
“Wahai Abu Ishaq, sesungguhnya Allah berfirman dalam kitab-Nya:
‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-kabulkan bagi kalian’. Sudah sekian lama kami berdoa tapi tidak dikabulkan.”
“Wahai penduduk Bashrah, hati kalian telah mati pada sepuluh perkara:
Pertama, kalian mengenal Allah, tapi tidak menunaikan hak-Nya.
Kedua, kalian membaca Alquran, tapi kalian tidak mengamalkannya.
Ketiga, kalian mengaku mencintai Rasulullah ﷺ, tapi kalian meninggalkan Sunnahnya.
Keempat, kalian mengaku memusuhi setan, tapi kalian malah mematuhinya dan tidak menentangnya.
Kelima, mengakui bahwa Surga itu benar adanya, tapi kalian tidak beramal untuk (memasuki)nya. Keenam, kalian mengatakan bahwa kami takut dari Neraka, tapi kalian menggadai diri-diri kalian untuk Neraka.
Ketujuh, kalian mengatakan bahwa kematian adalah benar adanya, tapi kalian tidak bersiap untuknya. Kedelapan, kalian sibuk membicarakan aib-aib saudara-saudara kalian, sedang kalian mencampakkan aib-aib kalian sendiri.
Kesembilan, kalian memakan nikmat-nikmat Rabb kalian, tapi kalian tidak menunaikan kesyukuran kepada-Nya.
Kesepuluh, kalian telah mengubur orang-orang mati kalian, tapi kalian tidak mengambil pelajaran darinya.”
[Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilayatul Auliya’ 8/15-16. Disebutkan juga oleh Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayan Al-‘Ilm no. 1220, Asy-Syathibi dalam Al-I’tisham 1/149 (Tahqiq Masyhur Hasan), dan Al-Absyihy dalam Al-Mustathraf 2/329.]
Penulis: Al-Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi hafizhahullah
———-
Dari riwayat tersebut nampak, bahwa hati yang mati rupanya akan menyebabkan doa kita tak dikabulkan oleh Allah ﷻ. Padahal kepada siapa lagi kita akan memohon doa kecuali kepada Sang Pemilik Hati, Allah, Rabbul aalamiin. Maka sepantasnya kita menginstrospeksi diri terhadap hati-hati kita. Adakah kita memiliki hati yang telah mati? Inginkah doa kita tidak dikabulkan oleh Allah? Tentu jawabnya tidak.
Hati yang mati pula akan menjadi sebab sulitnya seseorang untuk menerima kebenaran. Hidayah akan sulit untuk masuk ke dalam hatinya. Akan sulit baginya untuk melaksanakan perintah Allah ﷻ. Bahkan kemaksiatan yang ia lakukan menjadi sesuatu yang tak meresahkan hatinya. Dan masih banyak lagi keburukan dari perkara matinya hati seorang hamba.
Nasihat ini diperuntukkan bagi seluruh kaum Muslimin. Semoga Allah ﷻ menjauhkan kita dari hati yang mati, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibrahim bin Adham terhadap penduduk kota Bashrah. Semoga Allah memberikan kepada kita hati yang muthmainnah, hati yang tenang dan rida menerima perintah Allah dan senang untuk menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya.