Saling menasihati merupakan salah satu warisan Nabi yang mulia ﷺ. Beliau ﷺ selalu mendekatkan para sahabat beliau dan umat manusia dengan nasihat dan wasiat. Beliau ﷺ senantiasa memberikan nasihat, wasiat, pangajaran, dan pengarahan kepada mereka dalam bentuk yang berbeda-beda.
Memberikan nasihat bisa menjadi hal yang sangat ditekankan, jika memang ada orang yang meminta nasihat kepada kita. Dan hal tersebut masuk ke dalam salah satu hak sesama Muslim yang harus kita tunaikan. Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu disebutkan, bahwa Nabi ﷺ bersabda:
حق المسلم على المسلم ست، قالوا: وما هن يا رسول الله ؟ قال: إذا لقيه سلم عليه، وإذا دعاه أجابه ، وإذا استنصحه له نصح له، وإذا عطس فحمد الله شمته، وإذا مرض عاده، وإذا مات صحب
“Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya ada enam. Para sahabat bertanya: “Apa saja keenam hal itu, wahai Rasulullah?” Beliau ﷺ menjawab:
• ‘Jika kamu bertemu dengannya, ucapkanlah salam kepadanya.
• Jika dia mengundangmu, penuhilah undangannya.
• Jika dia meminta nasihat maka nasihatilah dia.
• Jika dia bersin lalu memuji Allah, hendaklah kamu mengucapkan Tasymit (Yarhamukallah) untuknya.
• Jika dia sakit, maka jenguklah.
• Jika dia meninggal, maka iringilah (jenazahnya).’” [HR Muslim]
Sebelum menasihati orang lain, seorang Muslim dituntut agar menasihat dirinya sendiri dengan penuh kejujuran. Sebab orang yang tidak mampu berbuat demikian, telah menipu jiwanya. Orang seperti ini tidak mungkin bisa menasihati orang lain. Bahkan Allah ﷻ mengancamnya dalam ayat:
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” [QS Al-Baqarah 2: 44]