SEANDAINYA DIBOLEHKAN MENYEMBAH MANUSIA, MAKA NABI ADAM LEBIH PANTAS UNTUK DISEMBAH
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
SEANDAINYA DIBOLEHKAN MENYEMBAH MANUSIA, MAKA NABI ADAM LEBIH PANTAS UNTUK DISEMBAH
Secara akal sehat, seorang manusia seperti Nabi ‘Isa ‘alaihissalaam yang orang Nasrani sebut Yesus tidaklah patut disembah, karena beliau hanya manusia biasa seperti kita juga, yang lahir dari rahim seorang ibu, dan kelak akan wafat. Bahkan kalian menyadari, ia adalah manusia yang dilahirkan, sehingga kalian merayakan hari kelahirannya, walau ia sendiri tidak pernah memerintahkan kalian untuk merayakannya. Andai beliau pantas disembah karena lahir tanpa ayah, maka sungguh Nabi Adam ‘alaihissalaam yang lebih patut disembah karena beliau lahir tanpa ayah dan ibu sekaligus.
Allah Maha Suci dari memiliki anak. Dialah pemilik semua apa yang ada di langit dan bumi ini, yang seluruhnya memberikan kesaksian akan keesaan-Nya, serta mengakui hal itu dengan bersikap taat kepada-Nya. Dialah yang menciptakan dan mengadakan semua itu tanpa adanya asal dan contoh sebelumnya. Yang demikian itu merupakan pemberitahuan yang disampaikan Allah ﷻ kepada hamba-hamba-Nya, bahwa di antara yang memberikan kesaksian semacam itu adalah Nabi Isa Al-Masih, yang mereka menisbatkan sebagai anak Allah ﷻ, sekaligus sebagai pemberitahuan kepada mereka, bahwa yang menciptakan langit dan bumi tanpa asal usul dan contoh adalah Rabb, yang juga menciptakan Isa Al-Masih tanpa seorang bapak, dengan kekuasaan-Nya.
”Allah Pencipta langit dan bumi. Dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia.” [QS. Al-Baqarah/2: 117].
Al-Khafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam menafsiri ayat ini, 1/175:
“Hal itu Allah menjelaskan kesempurnaan kekuasaan-Nya, keagungan kerajaan-Nya. Kalau sekiranya Allah ingin menakdirkan suatu perkara dan menginginkan sesuatu, (cukup) dengan mengatakan kun (jadilah) hanya sekali, maka jadilah. Yakni, maka akan ada sesuai dengan keinginan-Nya, sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.’” [QS. Yasin/36: 82]
Dengan ayat-ayat ini Allah ﷻ menjelaskan kesempurnaan, kemampuan, dan keagungan kekuasaan-Nya, di mana jika Dia menetapkan sesuatu hal dan menghendaki wujudnya, maka Dia hanya cukup mengatakan: ‘Jadilah,’ maka jadi dan terwujudlah sesuatu itu sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Melalui ayat ini pula Dia mengingatkan, bahwa penciptaan Isa ‘alaihi as-salam adalah dengan menggunakan satu kata, yaitu ‘Kun’ atau ‘Jadilah’, maka jadilah ia seperti yang diperintahkan-Nya, sebagaimana Allah ﷻ berfirman dalam Surat Ali Imraan:
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.” [QS. Ali Imran: 59]