بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
SAMPAI MANAKAH BATAS TOLERANSI?
Oleh: Syaikh Shalih Fauzan al-Fauzan
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Taala. Selawat serta salam selalu tercurah untuk Rasulullah ﷺ, keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya sampai Hari Kiamat. Amma ba’du,
Sesungguhnya agama kita terbangun di atas rasa toleransi dan menghilangkan kesusahan. Nabi ﷺ bersabda:
بُعِثْتُ بِالْحَنِيْفِيَةَ السَّمْحَةِ
“Aku diutus dengan membawa agama yang lurus dan toleran.” [1]
Allah ﷻ berfirman:
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan suatu kesempitan untuk kamu dalam agama.” [QS. al-Hajj/22:78]
Sikap toleran dan menghilangkan kesempitan (kesusahan) merupakan ciri agama yang agung ini. Berbeda dengan syariat agama-agama terdahulu yang banyak terdapat kekangan dan belenggu yang menyusahkan, akibat dari penentangan dan penyelisihan mereka terhadap perintah-perintah Allah, serta sikap perlawanan mereka terhadap nabi-nabi yang diutus kepada mereka.
Sikap toleransi dan memermudah dalam syariat Islam terdapat pada perintah, larangan, dan pensyariatan Islam. Toleransi tidak bisa dimaknai dengan melepaskan atau meninggalkan hukum-hukum yang terkandung dalam syariat. Karena jika demikian, maka itu merupakan sikap lembek dalam urusan agama, bukan sikap toleransi yang diinginkan Islam. Allah ﷻ berfirman:
أَفَبِهَٰذَا الْحَدِيثِ أَنْتُمْ مُدْهِنُونَ
“Maka apakah kamu menganggap remeh dengan Alquran ini? [QS. al-Waqi’ah/56:81]
Dan firman-Nya:
وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ
“Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak, lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).” [QS. al-Qalam/68:9]
Dan musuh-musuh Islam tidak akan pernah rida (suka) terhadap kita, sampai kita melepaskan agama secara menyeluruh serta mengikuti mereka. Allah ﷻ berfirman:
وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu, hingga kamu mengikuti agama mereka.” [QS. al-Baqarah/2:120]
Dan firman-Nya:
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir, sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).” [QS. an-Nisa’/4:89]
Berdebat dengan mereka secara baik merupakan suatu keharusan syari untuk memuaskan mereka dengan kebenaran. Apabila perdebatan tidak mendatangkan hasil, atau melalui perdebatan itu mereka ingin kita melepas atau meninggalkan sebagian ajaran agama, maka pada saat itu kita tidak boleh bersikap lemah lembut dengan mereka, sehingga membuat mereka berharap terhadap keinginannya. Akan tetapi kita harus bersikap keras dan tegas terhadap mereka, agar pupus semua harapan mereka.
Allah ﷻ berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ ۚ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah Jahanam, dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.” [QS. at-Tahrim/66:9]
Dan firman-Nya:
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka.” [QS. al-Ankabut/29:46]
Sikap lemah lembut bersama mereka dalam kondisi di atas termasuk dalam kategori meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya.
Kita sering melihat, membaca, dan mendengar dari para khatib atau juru dakwah, anjuran untuk bersikap toleran dengan para musuh Islam, karena agama kita adalah agama toleran dan penuh dengan rasa cinta. Perkataan seperti ini tidak sepenuhnya benar, sehingga perlu perincian. Karena kalau tidak, maka bisa mendatangkan keburukan dan salah tafsir dari orang yang mendengarkan dan membacanya. Kewajiban kita adalah untuk berhati-hati dalam perkara ini, serta meletakkan hal seperti ini pada tempatnya. Alangkah sering kita mengulangi dan mendengungkan perkataan-perkataan seperti ini, akan tetapi itu semua tidak cukup untuk mengubah musuh-musuh Islam dari tabiat dan sikap mereka terhadap kita dan agama Islam. Ingatlah kejadian yang belum lama terjadi, yaitu peristiwa perobekan Mushaf (Alquran), kemudian dilemparkan ke dalam WC, dan tindakan mencela Nabi Muhammad ﷺ.
Allah ﷻ berfirman:
وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ
“Dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi.” [QS. Ali Imran/3:118]
Sungguh, perbuatan-perbuatan mereka terhadap kaum Muslimin lebih parah daripada perkataan mereka, sebagaimana yang terjadi di Afghanistan, Irak, Bosnia, dan Herzegovina.
Sungguh benar firman Allah ﷻ:
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا
“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu, sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.” [QS. al-Baqarah/2:217]
Dan firman-Nya:
إِنْ يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا لَكُمْ أَعْدَاءً وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوءِ وَوَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ
“Jika mereka menangkap kamu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakiti(mu); dan mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir.” [QS. al-Mumtahanah/60:2]
Ini yang bisa saya sampaikan. Kita mohon kepada Allah Taala agar menolong agama-Nya, dan meninggikan kalimat-Nya, dan menghinakan para musuh-Nya.
وصلى الله وسلم على نبينا محمد و اله وصحبه
(Diangkat dari kitab al-Bayan li Akhtha’i Ba’dil Kuttab, 3/325-326)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XVII/1435H/2014M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
Catatan Kaki
[1] HR Imam Ahmad (5/266) dari hadis Abu Umamah. Hadis ini dibawakan oleh Imam al-Bukhari secara Muallaq dalam Kitabul Iman, Bab ad-Diinu Yusrun dengan lafal
أَحَبُّ الدِّيْنِ إِلَى اللهِ الْحَنِيْفِيَةُ السَّمْحَةُ
Dan dibawakan dengan sanad yang bersambung dalam kitab Adabul Mufrad no. 287 dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu.
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
SAMPAI MANAKAH BATAS TOLERANSI?
Leave A Comment