بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

RASA SAKIT RASULULLAH ﷺ DUA KALI LIPAT

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dia berkata, Aku pernah menjenguk Nabi ﷺ ketika sakit. Sepertinya beliau sedang merasakan rasa sakit yang parah. Maka aku berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا؟ قَالَ: «أَجَلْ، إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلاَنِ مِنْكُمْ» قُلْتُ: ذَلِكَ أَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ؟ قَالَ: «أَجَلْ، ذَلِكَ كَذَلِك

“Sepertinya Anda sedang merasakan rasa sakit yang amat berat.”
Nabi ﷺ menjawab: “Iya benar, aku sakit sebagimana rasa sakit dua orang kalian (dua kali lipat).”
Aku berkata: “Oleh karena itukah Anda mendapatkan pahala dua kali lipat?”
Beliau ﷺ menjawab: “Benar, karena hal itu.” [HR. Al-Bukhari no. 5648 dan Muslim no. 2571]

Rasulullah ﷺ adalah yang paling berat ujiannya dan yang paling sabar.

عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: «الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ البَلَاءُ بِالعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

Dari Mus’ab dari Sa’ad dari bapaknya berkata, aku berkata: “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya?”
Kata beliau: “Para Nabi, kemudian yang semisal mereka dan yang semisal mereka. Dan seseorang diuji sesuai dengan kadar dien (keimanannya). Apabila diennya kokoh, maka berat pula ujian yang dirasakannya. Kalau diennya lemah, dia diuji sesuai dengan kadar diennya. Dan seseorang akan senantiasa ditimpa ujian demi ujian hingga dia dilepaskan berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak mempunyai dosa.” [HR. At-Tirmidzi no.2398, disahihkan oleh Syaikh Al-Albani]

Bahkan diriwayatkan pula demam beliau juga dua kali lipat. Sungguh menjadi pelajaran bagi kita yang mudah berkeluh kesah. Baru demam sedikit saja sudah mencela dan mengeluh. Padahal mencela demam ada larangannya. Dari Jabir radiyallahu ‘anhu:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم دَخَلَ عَلَى أُمِّ السَّائِبِ (أَوْ: أُمِّ الْمُسَيَّبِ)، فَقَالَ: مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ (أَوْ: يَا أُمَّ الْمُسَيَّبِ) تُزَفْزِفِيْنَ؟ قَالَتْ: اَلْحُمَّى، لاَ بَارَكَ اللهُ فِيْهَا. فَقَالَ: لاَ تَسُبِّي الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِيْ آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ.

“Bahwasanya Rasulullah ﷺ menjenguk Ummu as-Saib (atau Ummu al-Musayyib). Kemudian beliau bertanya: ‘Apa yang terjadi denganmu wahai Ummu al-Sa’ib (atau wahai Ummu al-Musayyib), kenapa kamu bergetar?’ Dia menjawab: ‘Sakit demam yang tidak ada keberkahan Allah padanya.’ Maka beliau ﷺ bersabda: ‘Janganlah kamu mencela demam, karena ia menghilangkan dosa anak Adam, sebagaimana alat pemanas besi mampu menghilangkan karat.’“ [HR. Muslim 4/1993, no. 2575]

Kita hanya mau masuk Surga, tetapi tidak mau diuji dulu dengan musibah atau ujian. Padahal Allah ﷻ berfirman:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَْ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka belum diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka. Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar, dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” [QS. Al-Ankabut: 2-3]

Kemudian sebagai perbandingan, inilah gambaran cobaan para nabi dan orang saleh sebelum kita. Bantuan baru datang ketika dada-dada mereka hampir sesak dan sangat lama menanti. Allah ﷻ berfirman:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْاْ مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاء وَالضَّرَّاء وَزُلْزِلُواْ حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللّهِ قَرِيبٌ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan). Sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Kapankah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” [QS. Al-Baqarah: 214]

Semoga Allah ﷻ senantiasa memberikan kekuatan kepada kita agar selalu lapang menerima takdir dan tidak mudah mengeluh. Amin.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.

 

Penyusun: dr.Raehanul Bahraen
Sumber: https://muslimafiyah.com/rasa-sakit-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam-dua-kali-lipat.html

 

══════

 

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat