Sifat Sholat Nabi

POSISI IMAM DAN MAKMUM DALAM SALAT JAMAAH

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
POSISI IMAM DAN MAKMUM DALAM SALAT JAMAAH
Mengenai posisi berdirinya imam dan makmum dalam salat berjamaah perlu dirinci menjadi beberapa keadaan:
> Jika Salat Berjamaah Hanya Dua Orang
Jika keduanya laki-laki maka posisinya sejajar dan makmum terletak di samping kanan imam. Sebagaimana hadis dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’ahuma, ia berkata:
بِتُّ فِي بَيْتِ خَالَتِي مَيْمُونَةَ فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ العِشَاءَ، ثُمَّ جَاءَ، فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، ثُمَّ نَامَ، ثُمَّ قَامَ، فَجِئْتُ، فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ فَجَعَلَنِي عَنْ يَمِينِهِ، فَصَلَّى خَمْسَ رَكَعَاتٍ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ نَامَ
“Saya pernah menginap di rumah bibiku, Maimunah (binti Al Harits, istri Rasulullah ﷺ). Aku melihat Rasulullah ﷺ Salat Isya (di masjid), kemudian beliau pulang dan salat empat rakaat. Lalu beliau tidur. Kemudian beliau bangun malam. Aku pun datang dan berdiri di sebelah kiri beliau. Lalu beliau memindahkanku ke sebelah kanannya. Beliau salat lima rakaat, kemudian salat dua rakaat, lalu tidur kembali.” [HR. Bukhari no. 117, 697]
Dalam riwayat lain:
أتيتُ رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – من آخر الليل فصلّيتُ خلفه، فأخَذ بيدي فجرّني فجعلني حذاءه
“Aku (Ibnu Abbas) mendatangi Rasulullah ﷺ ketika sedang salat di akhir malam. Maka aku pun salat di belakang beliau. Lalu beliau mengambil tanganku dan menarikku hingga sejajar dengan beliau.” [HR. Ahmad 1/330, dan disahihkan oleh Syuaib Al-Arnauth dalam Takhrij Musnad Ahmad]
Hal ini berlaku, baik pada laki-laki, maupun wanita yang salat berdua sesama wanita.
> Jika Makmum Lelaki Lebih Dari Satu
Maka posisi makmum berada di belakang imam membentuk barisan. Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu mengatakan:
قُمْتُ عَنْ يَسَارِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخَذَ بِيَدِي فَأَدَارَنِي حَتَّى أَقَامَنِي عَنْ يَمِينِهِ ثُمَّ جَاءَ جَبَّارُ بْنُ صَخْرٍ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ جَاءَ فَقَامَ عَنْ يَسَارِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدَيْنَا جَمِيعًا فَدَفَعَنَا حَتَّى أَقَامَنَا خَلْفَهُ
“Aku berdiri di sisi kiri Rasulullah ﷺ. Lalu beliau memegang tanganku dan menarikku hingga aku berdiri di sebelah kanan beliau. Kemudian datang Jabbaar bin Shakhr, lalu ia berwudhu, kemudian datang dan berdiri di sebelah kiri Rasulullah ﷺ. Lalu Rasulullah ﷺ memegang tangan kami semua dan mendorong kami hingga kami berdiri di belakang beliau.” [HR Muslim no. 5328]
> Makmum Wanita
Jika seorang lelaki mengimami wanita, maka perlu diketahui bahwa salatnya seorang lelaki bersama wanita perlu dirinci. Al Imam An Nawawi menjelaskan:
قال أصحابنا: إذا أمَّ الرجل بامرأته أو محرم له , وخلا بها: جاز بلا كراهة ; لأنه يباح له الخلوة بها في غير الصلاة . وإن أمَّ بأجنبية ، وخلا بها: حرم ذلك عليه وعليها , للأحاديث الصحيحة التي سأذكرها إن شاء الله تعالى . وإن أمَّ بأجنبيات وخلا بهن: فقطع الجمهور بالجواز
“Para ulama madzhab kami berkata, jika seorang lelaki mengimami istrinya atau mahramnya, dan hanya berdua, hukumnya boleh tanpa kemakruhan. Karena lelaki boleh berduaan dengan mereka (istri dan mahram) di luar salat. Adapun jika ia mengimami wanita yang bukan mahram, dan hanya berduaan, maka haram bagi si lelaki dan haram bagi si wanita. Karena hadis-hadis sahih yang akan saya sebutkan menunjukkan terlarangnya. Jika satu lelaki mengimami beberapa wanita dan mereka berkhalwat, maka Jumhur Ulama membolehkannya.” [Al Majmu’, 4/173]
Adapun posisi wanita jika bermakmum pada lelaki, baik wanitanya hanya seorang diri ataupun banyak, maka posisinya adalah di belakang imam. Berdasarkan keumuman hadis Anas bin Malik radhiallahu’anhu, ia berkata:
صَلَّيْتُ أَنَا وَيَتِيمٌ فِي بَيْتِنَا خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأُمِّي أُمُّ سُلَيْمٍ خَلْفَنَا
“Aku salat bersama seorang anak yatim di rumah kami di belakang Nabi ﷺ, dan ibuku Ummu Sulaim di belakang kami.” [HR. Bukhari no.727, Muslim no. 658]
> Wanita Mengimami Sesama Wanita
Jika seorang wanita mengimami para wanita, maka imam wanita berada di tengah. Dari Rabthah al Hanafiyah, ia berkata:
أَنَّ عَائِشَةَ أَمَّتْهُنَّ وَ قَامَتْ بَيْنَهُنَّ فِيْ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةِ
“‘Aisyah pernah mengimami para wanita, dan ia berdiri di antara mereka dalam salat wajib.” [HR. Abdurrazaq dalam Al Mushannaf 3/140, Al Baihaqi 3/131]
Dari Hubairah radhiyallahu ‘anhu ia mengatakan bahwa:
أَنَّ أُمَّ سَلَمَةَ أَمَّتْهُنَّ فَكَانَتْ وَسَطًا
“Ummu Salamah pernah mengimami para wanita, dan ia berada di tengah-tengah.” [HR Abdurrazaq dalam Al Mushannaf 3/140, Al Baihaqi 3/131]
> Dalam Kondisi Sempit
Dalam kondisi tempat yang sempit sehingga tidak bisa memosisikan imam dan makmum dalam posisi yang ideal, maka posisinya menyesuaikan keadaan. Sebagaimana hadis dari Al Aswad bin Yazid, ia berkata:
دخلتُ أنا وعَلقمةُ علَى عبدِ اللَّهِ بنِ مَسعودٍ فقالَ لَنا أصلَّى هؤلاءِ ؟ قُلنا: لا ! قالَ قوموا فَصلُّوا. فذَهَبنا لنقومَ خلفَهُ فجعلَ أحدَنا عن يمينِهِ والآخرَ عن شمالِهِ … وقالَ: هكَذا رأيتُ رسولَ اللَّهِ فعلَ
“Aku bersama Alqamah masuk ke rumah Ibnu Mas’ud. Lalu beliau berkata kepada kami, ‘Apakah kalian sudah salat?’
Kami berkata: ‘Belum’.
Beliau mengatakan: ‘Kalau begitu bangunlah dan salat.”
Maka kami pergi untuk salat bermakmum kepada beliau. Beliau memosisikan salah satu dari kami di sebelah kanan beliau, dan yang lain di kiri beliau. Beliau lalu berkata: ‘Demikianlah yang aku lihat dari perbuatan Rasulullah ﷺ.” [HR. Muslim no.534, An Nasa-i no.719 dan ini lafadz an Nasa-i]
Saf yang Paling Utama Bagi Makmum
Selain bersalat jamaah itu sendiri memiliki banyak keutamaan dibanding salat sendirian. Posisi seseorang dalam saf ketika salat berjamaah pun memiliki keutamaan yang bertingkat-tingkat. Tingkatan keutamaan posisi saf ini ditentukan oleh beberapa patokan. Namun ada patokan yang disepakati oleh para ulama dan ada yang diperselisihkan.
Saf Pertama Bagi Laki-Laki, Saf Terakhir Bagi Wanita
Dalilnya sabda Nabi ﷺ:
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاسْتَهَمُوا
“Seandainya manusia mengetahui keutamaan yang ada pada azan dan saf pertama, lalu mereka tidak akan mendapatkannya kecuali dengan mengundi, pastilah mereka akan mengundinya.” [HR. Bukhari 615, 652, 2689, Muslim 437]
Dalam riwayat lain:
لَوْ تَعْلَمُونَ أَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي الصَّفِّ الْمُقَدَّمِ لَكَانَتْ قُرْعَةً
“Seandainya kalian atau mereka mengetahui keutamaan yang terdapat pada saf yang terdepan, niscaya itu sudah jadi bahan undian.” [HR. Muslim 439]
Nabi ﷺ juga bersabda:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصُّفُوفِ الْمُتَقَدِّمَةِ
“Allah dan para malaikat-Nya berselawat pada orang-orang yang berada di saf pertama.” [HR. An Nasa-i, 810. Disahihkan Al Albani dalam Sahih An Nasa-i]
Dalam riwayat lain:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصَّفِّ الأَوَّلِ
“Allah dan para malaikat-Nya berselawat pada orang-orang yang berada di saf-saf terdepan.” [HR. Ahmad 18152, Ibnu Majah 825, disahihkan Al Albani dalam Sahih Ibni Majah]
Dalil-dalil mengenai hal ini sharih (jelas) penunjukkannya. Lalu terdapat dalil yang membedakan antara laki-laki dan wanita dalam hal ini. Nabi ﷺ bersabda:
خيرُ صفوفِ الرجالِ أولُها . وشرُّها آخرُها . وخيرُ صفوفِ النساءِ آخرُها . وشرُّها أولُها
“Saf yang terbaik bagi laki-laki adalah yang pertama, yang terburuk adalah yang terakhir. Sedangkan saf yang terbaik bagi wanita adalah yang terakhir, yang terburuk adalah yang pertama.” [HR. Muslim 440]
Posisi Yang Dekat Dengan Imam
Posisi saf yang semakin dengan imam, semakin besar keutamaannya. Nabi ﷺ bersabda:
ليلني منكم أولو الأحلامِ والنهى, ثم الذين يلونَهم ثم الذين يلونَهم
“Hendaknya yang di belakangku adalah orang yang bijaksana dan pandai. Baru setelahnya adalah yang di bawah dia dalam hal kepandaian, begitu seterusnya.” [HR. Muslim 432]
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
ما بين بيتي ومِنبري روضةٌ من رياضِ الجنةِ ، ومِنبري على حوضِي
“Antara mimbarku dan rumahku adalah taman di antara taman-taman Surga, dan mimbarku ada di dalam telagaku.” [HR. Bukhari, 1196, Muslim, 1391]
Para ulama berbeda pendapat dalam memahami hadis ini dalam dua qaul:
• Maksudnya adalah Ta’abbud Muthlaq, yaitu beribadah di tempat tersebut pahalanya berbeda dengan di tempat selainnya.
• Maksudnya Bukan Ta’abbud Muthlaq, melainkan bentuk anjuran Nabi ﷺ kepada para sahabat untuk mendapatkan tempat tersebut ketika beliau memberi pelajaran, lebih jelas mendengarnya, lebih dekat pada imam ketika salat dan Nabi ﷺ menjadi imam, sehingga para sahabat bisa mendapatkan lebih banyak ilmu, lebih banyak pemahaman, dan lebih meneladani Nabi ﷺ. Dan itu semua merupakan sebab-sebab seseorang masuk ke Surga.
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
احْضرُوا الذكرَ، وادْنُوا من الإمَام، فإن الرجل لا يَزالُ يَتَبَاعَدُ حتى يُؤَخرُ في الجنة، وإن دَخَلَهَا
“Hadirilah khotbah Jumat dan mendekatlah kepada imam. Karena seorang yang selalu jauh dari imam, menyebabkan ia terbelakang dalam memasuki Surga, andai ia memasukinya kelak.” [HR. Abu Daud 1198, Al Hakim 1/289, Ahmad 5/11]
Nabi ﷺ juga bersabda:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصُّفُوفِ الْمُتَقَدِّمَةِ
“Allah dan para malaikat-Nya berselawat pada orang-orang yang berada di saf pertama.” [HR. An Nasa-i, 810. Disahihkan Al Albani dalam Sahih An Nasa-i]
Dalam hadis ini digunakan kata الصُّفُوفِ dalam bentuk jamak, bukan الصَّفِّ bentuk tunggal. Hal ini menunjukkan, bahwa yang mendapat selawat dari Allah dan para malaikat itu tidak hanya saf pertama saja, namun saf-saf depan yang jaraknya dekat dengan imam. Semakin dekat, semakin besar peluang mendapatkan selawat dari Allah dan para malaikat.
Sebelah Kanan Imam
Sebagian ulama memandang bahwa posisi sebelah kanan imam itu lebih utama dari sebelah kiri. Berdasarkan hadis:
إنَّ اللهَ وملائكتَه يُصلُّون على مَيامِنِ الصُّفوفِ
“Allah dan para malaikat-Nya berselawat pada orang-orang yang berada di saf sebelah kanan.” [HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra 4784, Ibnu Majah 995, Ibnu Hibban 2199]
Namun hadis ini munkar, walaupun sebagian ulama muhaddits memang mensahihkannya. Kemudian jika berdalil dengan keumuman tayamum, yaitu hadis:
إن كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ يحبُّ التيمنَ في شأنهِ كلِّه . في نعلَيه، وترجُّلِه، وطهورِه
“Nabi ﷺ menyukai mendahulukan kanan dalam setiap urusannya, misalnya ketika memakai sandal, bersisir dan bersuci.” [HR. Bukhari 426, 5854, 5380, Muslim 268]
Ini adalah pendalilan yang tidak sharih.
Namun memang diriwayatkan dari sebagian sahabat, bahwa mereka menyukai posisi saf kanan. Abdullah bin ‘Amr bin Al Ash radhiallahu’anhu berkata:
خير المسجد المقام ثم ميمنة المسجد
“Posisi terbaik dalam Masjid Al Haram adalah Maqam Ibrahim, lalu saf sebelah kanan.” [HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf, 1/300]
Juga dari Bara’ bin ‘Adzib radhiallahu’anhu, ia berkata:
كنا إذا صلينا مع رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ أحببنا أن نكون عن يمينه يقبل علينا بوجهه
“Jika kami salat bersama Rasulullah ﷺ, kami senang berada di sebelah kanan, karena beliau akan menghadapkan wajahnya kepada kami.” [HR. Muslim 709]
Maksudnya Rasulullah ﷺ akan memandang yang di sebelah kanan setelah selesai salam. Semua ini juga tidak menunjukkan tasyri’. Ini hanya menunjukkan ijtihad para sahabat dan semangat mereka agar ketika Rasulullah ﷺ selesai salat, merekalah yang dilihat pertama kali. Tidak menunjukkan pensyariatan dari Nabi ﷺ.
Dengan demikian yang rajih insya Allah, tidak ada keutamaan khusus dari posisi saf sebelah kanan.
Kesimpulan
Dari paparan di atas kita simpulkan urutan keutamaan posisi saf salat dari yang paling besar adalah:
a) Di belakang imam persis pada saf pertama, karena saf pertama dan paling dekat imam
b) Posisi selain belakang imam, yang mendekati imam, di saf pertama.
c) Posisi di saf pertama yang jauh dari imam
d) Lurus di belakang imam pada saf kedua, karena itu posisi paling dekat imam di saf kedua
e) Posisi selain poin 3, yang paling dekat jaraknya dengan imam, di saf kedua.
f) Posisi di saf kedua yang jauh dari imam
Dst.
Adapun bagi wanita, semakin belakang semakin utama.
Demikian pemaparan yang singkat ini, semoga bermanfaat.
Wabillahi at taufiq was sadaad.
Penulis: Yulian Purnama
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: nasihatsahabatcom@gmail.com
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
POSISI IMAM DAN MAKMUM DALAM SALAT JAMAAH
Admin Nasihat Sahabat

Artikel Terbaru

DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN Dengan dalih toleransi, jangan sampai kita kebablasan.…

2 months lalu

BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN Boleh toleransi, tapi jangan kebablasan. Tidak sedikit orang…

2 months lalu

BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK) Agar toleransi tidak kebablasan, cobalah…

2 months lalu

LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK) Islam agama yang sempurna. Maka pasti ada…

3 months lalu

KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK) Oleh: Ustadz: Dr. Abu Hafizhah…

3 months lalu

SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH?

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH? Asalnya, Safar Wanita…

4 months lalu