بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ
Mari kita “sambut” Natal tahun ini dengan kritikan dan petuah serta nasihat bagi kaum Muslimin, agar TIDAK terpengaruh merayakannya bersama dengan kaum Nashara alias Kristen.
Sebab ada fenomena bergampangan yang muncul ke permukaan, dengan adanya sebagian manusia lemah iman, hadir dalam Natal, bahkan kadang ikut jadi panitia hari raya mereka.
Fenomena seperti ini timbul dengan berbagai macam faktor dan sebab, mulai dari sebab kejahilan, duniawi, politik, bisnis, dan sebagainya. Padahal kebiasaan seperti ini AMATLAH BURUK di sisi Allah Azza wa Jalla.
Merayakan Natal adalah kebiasaan kaum Nasrani alias Kristen. Mereka merayakannya pada hari yang mereka klaim sebagai hari kelahiran Isa bin Maryam, yaitu 25 Desember pada setiap tahunnya.
Walaupun penanggalan Natal itu sendiri sebuah polemik di kalangan para sejarawan. Bahkan banyak di antara mereka menyatakan bahwa kelahiran Isa bukanlah pada 25 Desember.
Dalam menghadapi Natal mereka banyak menyalakan lilin di mana-mana dan menghiasi gereja-gereja, rumah, jalanan, toko dan lainnya.
Mereka menggunakan berbagai macam warna lilin dan perhiasan yang tak pernah dilakukan oleh para pendahulu mereka: Nabi Isa alaihis salam dan pengikutnya yang setia.
Itu hanyalah buatan dan inovasi mereka, BUKAN ajaran Nabi Isa!!!
Mereka merayakan Natal ini secara bersama dan resmi, serta menganggapnya hari libur resmi di semua negara-negara yang beragama Kristen. Bahkan lebih aneh lagi, di sebagian negeri-negeri Islam dianggap hari itu adalah hari libur nasional!!
Perayaan hari lahir (dies Natalis) Al-Masih Isa bin Maryam merupakan perkara yang diada-ada lagi bid’ah dalam agama mereka sendiri. Sebab,perayaan ini nanti muncul setelah kaum Hawariyyin (pengikut dan penolong setia Nabi Isa) meninggal dunia. Jadi perayaan Natal TIDAK DIKENAL di zaman Nabi Isa dan para Hawariyyin. [Lihat Al-Jawab Ash-Shohih (2/230) dan Al-Majmu’ (28/611) karya Ibnu Taimiyyah]
Namun aneh sungguh aneh, masih ada saja di antara kaum Muslimin yang ikut memeringati Natal. Padahal sudah menjadi prinsip kokoh dalam Islam, bahwa seorang Muslim dilarang keras ikut bergembira dengan hari raya kaum kafir!!!! Karena kegembiraan saat terjadinya kekafiran, merupakan perkara yang TIDAK DIRIDAI oleh Azza wa Jalla.
Satu di antara syiar kekafiran adalah merayakan Natal Isa alaihis salam. Di dalamnya dihidupkan syiar kekafiran, pengultusan Nabi Isa dan menghidupkan segala paham kafir yang diyakini oleh kaum Nasrani alias Kristen. Walapun Nabi mereka sendiri sebenarnya TIDAK PERNAH mencontohkan semua itu!!!
Allah taala berfirman:
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ [الزمر/7]
“Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridai kekafiran bagi hamba-Nya. Dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu, kesyukuranmu itu”. [QS. Az-Zumar: 07]
Di dalam acara Natal, banyak dihiasi kemungkaran dan hawa nafsu berupa campur baurnya kaum lelaki dan wanita. Dan hal itu memang biasa bagi mereka. Meminum khomer, makan babi atau anjing, joget (disko) dan berbagai macam perkara yang mungkin malu kita sebutkan!!!
Di zaman ini ada sebuah virus yang menjangkiti sebagian kaum Muslimin yang lemah iman. Virus ini disebut dengan “taklid buta”. Virus taklid ini menyeret mereka untuk mengikuti langkah setan dan pengikutnya dari kalangan kaum kafir. Akhirnya, Muslim yang terjangkiti dengan virus berbahaya ini ikut-ikutan merayakan Natal dengan sangkaan batil, bahwa itu, katanya, gaya hidup modern dan gaya hidup maju.
Ikut Natalan dianggapnya kemajuan dan perkembangan. Subhanallah, aneh betul!!! Anggaplah kemajuan dan perkembangan!!!! Akan tetapi kemajuan dan perkembangan dalam kekafiran!!!!!
Di sana ada virus lain yang tak kalah bahayanya dari virus taklid, yaitu virus kedua yang kita kenal dengan “Toleransi”. Virus Toleransi ini banyak menyeret bani Adam ke dalam kubang kekafiran dengan beralasan, “Itu kan toleransi”. Ketika ikut Natalan, maka ia berdalih dengan “Toleransi”.
Padahal seorang Muslim TIDAK BOLEH bertoleransi dalam hal agama, termasuk di antaranya ikut Natalan. Allah tabaroka wa taala- menegaskan dalam firman-Nya:
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لاَ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلاَ أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلاَ أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلاَ أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6) [الكافرون/1-6]
“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah. Dan kalian bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kalian sembah. Dan kalian tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” [QS. Al-Kafirun: 1-6]
Ahli Tafsir Negeri Yaman, Al-Imam Muhammad bin Ali Asy-Syaukaniy rahimahullah berkata:
وَسَبَبُ نُزُولِ هَذِهِ السُّورَةِ أَنَّ الْكُفَّارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَعْبُدَ آلِهَتَهُمْ سَنَةً وَيَعْبُدُوا إِلَهَهُ سَنَةً، فَأَمَرَهُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ أَنْ يَقُولَ لَهُمْ: لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ أَيْ: لَا أَفْعَلُ مَا تَطْلُبُونَ مِنِّي مِنْ عِبَادَةِ مَا تَعْبُدُونَ مِنَ الأصنام، اهـ من فتح القدير للشوكاني – (5 / 619)
“Sebab turunnya ayat ini, bahwa orang-orang kafir meminta kepada Rasulullah ﷺ agar beliau ﷺ menyembah sesembahan mereka selama setahun dan sebaliknya mereka akan menyembah sembahan beliau (yakni, Allah) selama setahun. Lantaran itu Allah memerintahkan beliau ﷺ untuk menyatakan kepada mereka: “Aku tak akan menyembah apa yang kalian sembah”. Maksudnya, aku tak akan melakukan sesuatu yang kalian tuntut dariku berupa penyembahan kepada sesuatu yang kalian sembah berupa arca-arca”. [Lihat Faidhul Qodir (5/619)]
Dari sini kita mengetahui kesalahan sikap para pejuang toleransi yang amat keterlaluan dalam bertoleransi, sampai dalam urusan prinsip agama pun mereka tetap menyuarakan toleransi!! SUNGGUH KEJI TOLERANSI SEPERTI INI!!!
Orang-orang dangkal agama seperti ini amat terpukau dengan kaum kafir, sehingga ia pun taklid buta kepada mereka, dan menganggapnya sebagai bentuk kemajuan dan modernisasi. Mereka memandang, bahwa keikutsertaan bersama orang-orang Kristen dalam Natal merupakan sikap maju dan moderen. Lantaran itu, kita akan melihatnya bergegas mendatangi acara Natal, seraya memberikan ucapan selamat kepada kaum Nasrani-Kristen.
Ini semua timbul karena lemahnya benteng agama. Mereka Muslim dalam KTP, tapi perbuatan dan sikapnya bukan Islam!! Karena di dalam perbuatan mereka tersebut terdapat penyelisihan, secara khusus, terhadap larangan Nabi ﷺ dari menyerupai orang-orang kafir, dan menyalahi larangan beliau ﷺ secara umum, dari maksiat-maksiat yang dilakukan pada acara Natal!! [Lihat Al-Bida’ Al-Hawliyyah (hal. 384)]
Adanya Natal, seorang Muslim harusnya marah, karena di dalamnya Allah dipersekutukan dengan Isa bin Maryam alaihis salam, dan agama Islam yang dibawa oleh Nabiﷺ diingkari oleh mereka, serta berbagai maksiat yang mereka lakukan di sana, berupa kekafiran, bid’ah, dosa (besar, maupun kecil).
Dengarkanlah ayat di bawah ini!! Ayat yang menggambarkan betapa besarnya kemarahan Allah terhadap orang-orang Kristen yang menyatakan, bahwa Allah menjadikan Isa (Yesus) sebagai anak-Nya!!
Allah taala berfirman:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا (88) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (89) تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (90) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا (91) وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (92) إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا (93) [مريم: 88 – 93]
“Dan mereka berkata: “Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (memunyai) anak”. Sesungguhnya kalian telah mendatangkan suatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh. Karena mereka mendakwakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah, selaku seorang hamba”. [QS. Maryam: 88-93]
Ulama Negeri Syam, Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
“لما قرر تعالى في هذه السورة الشريفة عبودية عيسى، عليه السلام، وذكر خلقه من مريم بلا أب، شرع في مقام الإنكار على من زعم أن له ولدا -تعالى وتقدّس وتنزه عن ذلك علوًّا كبيرًا-” اهـ من تفسير ابن كثير / دار طيبة – (5 / 265)
“Tatkala Allah sudah menetapkan status Isa alaihis salam sebagai HAMBA, dan menyebutkan penciptaan Isa dari Maryam tanpa bapak, maka Allah mulai pengingkaran-Nya atas orang-orang yang meng-klaim, bahwa Allah memiliki anak. Maha Tinggi Allah lagi Maha Suci dari semua itu, dengan ketinggian yang besar”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (5/265), cet. Dar Thoybah, 1420 H]
Allah Azza wa Jalla berfirman:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا (1) قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا (2) مَاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا (3) وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا (4) مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا (5) [الكهف:1-5]
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Alquran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya sebagai bimbingan yang lurus, untuk memeringatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah, dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik. Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. Dan untuk memeringatkan kepada orang-orang yang berkata: “Allah mengambil seorang anak.” Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Mereka tidak mengatakan (sesuatu), kecuali dusta”. [QS. Al-Kahfi: 1-5]
Allah Azza wa Jalla menjelaskan, bahwa segala sesuatu di alam semesta adalah milik dan ciptaan-Nya (termasuk di antaranya Nabi Isa yang dipertuhankan kaum Nasrani-Kristen).
Allah tabaroka wa tala berfirman:
وَقَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ (116) بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُون [البقرة: 116 ، 117]
“Mereka (orang-orang kafir) berkata: “Allah mempunyai anak”. Maha Suci Allah. Bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah. Semua tunduk kepada-Nya. Allah Pencipta langit dan bumi. Dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!”, lalu jadilah ia”. [QS. Al-Baqoroh: 116-117]
Allah tabaroka wa taala berfirman:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ (26) لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ (27) يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ (28) وَمَنْ يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِنْ دُونِهِ فَذَلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ (29) [الأنبياء: 26 – 29]
Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak”. Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat, melainkan kepada orang yang diridhai Allah. Dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. Dan barang siapa di antara mereka, mengatakan: “Sesungguhnya Aku adalah Tuhan selain daripada Allah”, maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam. Demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim”. [QS. Al-Anbiyaa’: 26-29]
Perhatikanlah betapa besar kemurkaan Allah terhadap kaum Nasrani, Kristen dan semisalnya yang menyatakan, bahwa Allah memiliki seorang anak!! Lantas kenapa kita berani mendekati orang-orang seperti ini dan selalu berlemah lembut dengan mereka dalam perkara agama?
Kenapa kita tak pernah tegas dan gamblang menyatakan agama kita, agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammadﷺ, agama yang membenci dan memberantas semua bentuk kesyirikan, termasuk di antaranya mengangkat makhluk sebagai anak Allah. SEMUA INI HARUS DIBERANTAS.
Kenapakah kita terlalu menampakkan kemesraan dan kecintaan kepada kaum Nasrani-Kristen yang menentang Allah dan Nabi Muhammad ﷺ!!
Padahal Allah secara tegas mengajari kita agar JANGAN mencintai mereka, apalagi menjadikan mereka orang-orang kepercayaan kita. Allah taala berfirman:
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ [المجادلة: 22]
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan Hari Akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka”. [QS. Al-Mujadilah: 22]
Tak diragukan lagi, bahwa kehadiran seseorang dalam acara Natal dan memberikan hadiah kepada mereka di hari itu termasuk BENTUK KECINTAAN KEPADA MUSUH-MUSUH Allah dan Rasul-Nya Muhammadﷺ.
Pertanyaan besar akan muncul ke permukaan: “Mungkinkah Nabi Isa alaihis salam menyatakan, bahwa dirinya adalah anak Allah atau Tuhan itu sendiri?”
Jawabnya, TIDAK MUNGKIN. Sebab, tak mungkin beliau menyalahi ayat di atas yang berisi ancaman bagi orang yang mengaku dirinya sebagai “Tuhan” dan sekutu dari selain Allah. Oleh karena itu, Nabi Isa alaihis salam di Hari Kiamat nanti akan MENYATAKAN PENGINGKARANNYA atas orang-orang Kristen yang telah memertuhankannya.
Allah taala berfirman dalam mengabadikannya dalam Al-Kitab Al-Aziz:
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ (116) مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (117) [المائدة: 116 ، 117]
“Dan (Ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah Aku dan ibuku sebagai dua orang Tuhan selain Allah?”. Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku, dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib”. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka, kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang Mengawasi mereka dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu”. (QS. Al-Maa’idah: 116-117)
Al-Imam Al-Hafizh Abul Fidaa’ Isma’il bin Umar bin Katsir Al-Qurosyiy Ad-Dimasyqiy rahimahullah berkata:
“هذا أيضًا مما يخاطب الله تعالى به عبده ورسوله عيسى ابن مريم، عليه السلام، قائلا له يوم القيامة بحضرة من اتخذه وأمه إلهين من دون الله: { وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ } ؟ وهذا تهديد للنصارى وتوبيخ وتقريع على رؤوس الأشهاد.” اهـ من تفسير ابن كثير / دار طيبة – (3 / 232)
“Ini juga merupakan perkara yang Allah bicarakan bersama hamba dan Rasul-Nya, Isa bin Maryam alaihis salam, seraya berkata kepadanya pada Hari Kiamat di depan orang-orang yang menjadikan beliau dan ibunya sebagai dua Tuhan dari selain Allah: “Dan (Ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah Aku dan ibuku sebagai dua orang Tuhan dari selain Allah?”. Ini merupakan ancaman, kecaman dan teguran bagi kaum Nasrani (Kristen) di depan makhluk-makhluk” [Lihat Tafsir Ibni Katsir (3/232)].
Para pemimpin agama kaum Nasrani telah mengutak-atik Injil. Dahulu Injil mengajak kepada tauhid dan memberantas syirik, dan kini berubah total. Akhirnya mereka mengajak kepada kesyirikan (menduakan Allah) bersama Nabi Isa alaihis salam.
Para pemuka agama Kristen, khususnya Paulus, telah mengubah Injil dengan segala macam silat lidahnya. Tidak mungkin Nabi Isa akan mengajak kepada kesyirikan yang bertentangan dengan prinsip ajaran Islam (yakni, tauhid: mengesakan Allah). Islamlah yang Nabi Isa bawa dan dakwahkan di tengah manusia.
Ketahuilah bahwa para nabi dan rasul itu satu di atas sebuah agama, yaitu Islam. Yang membedakan mereka adalah syariat dan metode mereka dalam beribadah.
Adapun kaum Yahudi dan Nasrani-Kristen, maka mereka telah MURTAD dari Islam yang dibawa oleh Nabi Isa alaihis salam, dengan sebab mereka mengangkat Tuhan selain Allah, yaitu Uzair dan Isa bin Maryam atau yang lainnya.
Agama yang mereka anut sepeninggal Nabi Isa adalah agama kekafiran yang mengajak manusia menduakan Allah Azza wa Jalla; BUKAN agama Nabi Isa!! Agama yang dibawa dan diserukan oleh Isa alaihis salam adalah Islam. Allah Azza wa Jalla menjelaskan hal itu dalam firman-Nya:
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (132) أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (133) [البقرة: 132 ، 133]
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub (berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kalian. Maka janganlah kalian mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.
Adakah kamu hadir ketika Yaqub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu: Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. [QS. Al-Baqoroh: 132-133]
Perhatikan ucapan Ibrahim dan Ya’qub (Israel): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu. Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.
Sebuah pertanyaan: “Siapakah di antara anak cucu Ibrahim dan Yaqub yang diwasiati agar jangan mati, kecuali dalam keadaan beragama Islam?”
Jawabnya, Nabi Isa termasuk di antara anak cucu Ibrahim dan Yaqub, yang diajak dan diingatkan agar ber-Islam dan mati di atasnya.
Nabi Ibrahim, Yaqub serta anak cucunya semua berada di atas Islam!! Bukan berada di atas agama Yahudi dan Nasrani-Kristen.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (67) إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ (68) [آل عمران: 67 – 68]
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah), dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad). Dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman”. [QS. Ali Imraan: 67-68]
Allah Azza wa Jalla berfirman:
أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطَ كَانُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهُ مِنَ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ [البقرة: 140]
“Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan, bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Yaqub dan asbath (anak cucunya), adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?” Katakanlah: “Apakah kalian lebih mengetahui ataukah Allah. Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan Syahadah dari Allah yang ada padanya?” Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kalian kerjakan”. [QS. Al-Baqoroh: 140]
“Syahadah dari Allah” ialah persaksian Allah yang tersebut dalam Taurat dan Injil, bahwa Nabi Ibrahim dan anak cucunya BUKAN penganut agama Yahudi atau Nasrani. Dan bahwa Allah akan mengutus Muhammad ﷺ sebagai rasul yang akan MEMBENARKAN risalah sebelumnya, dan MENGHAPUS semua syariat yang ada!!
Seorang ulama tabi’in, Al-Imam Al-Hasan Al-Bashriy rahimahullah berkata saat menafsirkan ayat ini:
كَانَتْ شَهَادَةُ اللَّهِ الَّذِي كَتَمُوا أَنَّهُمْ كَانُوا يَقْرَءُونَ فِي كِتَابِ اللَّهِ الَّذِي أَتَاهُمْ إنَّ الدِّينَ الإِسْلامُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَأَنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطَ كَانُوا بُرَّاءً مِنَ الْيَهُودِيَّةِ وَالنَّصْرَانِيَّةِ. فَشَهِدُوا لِلَّهِ بِذَلِكَ، وَأَقَرُّوا بِهِ عَلَى أَنْفُسِهِمْ لِلَّهِ فَكَتَمُوا شَهَادَةَ اللَّهِ: عِنْدَهُمْ مِنْ ذَلِكَ. فَذَلِكَ مَا كَتَمُوا مِنْ شَهَادَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ.” اهـ من تفسير ابن أبي حاتم – محققا – (1 / 246)
“Syahadah (persaksian) Allah yang mereka sembunyikan adalah bahwasanya mereka dulu telah membaca dalam Kitab-kitab Allah yang datang (turun) kepada mereka: “Sesungguhnya agama (yang ada di sisi Allah) adalah Islam, dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, serta bahwasanya Nabi Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Yaqub dan asbath (anak keturunan Ya’qub) berlepas diri dari agama Yahudi dan Nasrani (Kristen)”.
Mereka (Ahlul Kitab) pun memersaksikan hal itu dan mengakui hal itu kepada Allah atas diri mereka. Tapi mereka menyembunyikan persaksian Allah tersebut atas hal tadi di sisi mereka!! Itulah yang mereka sembunyikan di antara persaksian Allah. Namun Allah tidak akan lalai dari apa yang kalian kerjakan”. [Lihat Tafsir Ibnu Abi Hatim (1/246), Tafsir Ath-Thobariy (2134) dan Tafsir Ibnu Katsir (1/451)]
Para pemuka agama Kristen seperti Paulus tahu, bahwa Ibrahim, Ishaq, Yqub, Musa, Isa dan asbath (anak cucu Yaqub) adalah manusia-manusia yang beragama Islam!!
Tapi kebencian terhadap agama Nabi Isa (yaitu Islam) membuat Paulus beserta pengikutnya dan kerajaan Konstantinopel berusaha keras untuk mengubur Islam.
Pasalnya, Paulus itu beragama Yahudi yang jelas-jelas mengajak kepada kesyirikan (menduakan Allah). Apalagi kerajaan Konstantinopel waktu itu juga berlatar belakang agama penyembah berhala (Paganis).
Walaupun keduanya sudah masuk dalam agama Nabi Isa, menurut mereka, hanya saja kebiasaan syirik Paulus dan Raja Konstantinopel belum bisa ia tinggalkan.
Akhirnya mereka berdua membuat format agama baru yang mempertuhankan Nabi Isa!! Na’udzu billahi min dzalika!!!
Padahal mereka tahu dengan jelas dan pasti, bahwa Nabi Isa TIDAK PERNAH mengangkat dirinya sebagai Tuhan!!!
Mereka telah memutarbalikkan fakta dan realita dengan silat lidah mereka yang lihai, sampai banyak di antara manusia menjadi domba-domba yang disesatkan oleh Paulus dan para pengekornya.
Mereka inilah yang disinggung oleh Allah tabaroka wa taala dalam firman-Nya:
وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (78) مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ (79) وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلَائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (80) [آل عمران: 78 – 80]
“Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab. Padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui. Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kalian menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah”. Akan tetapi hendaknya (ia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani (sempurna ilmu dan takwanya), karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap memelajarinya. Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai Tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran, di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?”.
Kita katakan kepada Paulus dan pengekornya: “Apakah mungkin Nabi Isa mengajarkan manusia untuk mempertuhankan diri beliau??!”
Jawabnya, TIDAK MUNGKIN beliau melakukan hal itu, sebab itu adalah kekafiran yang menyalahi ajaran Islam yang beliau bawa.
Semoga penjelasan ini menyadarkan kita tentang KEBATILAN AGAMA YAHUDI DAN KRISTEN sehingga kita pun tidak kebablasan dalam bertoleransi dan mencintai mereka.
Semoga kaum Muslimin tidak lagi turut dan larut dalam acara batil mereka!! Amiin ya Robbal alamin…
Sumber: https://abufaizah75.blogspot.co.id/2016/12/petuah-bermakna-agar-tidak-ikut-ikutan.html?m=1
#DakwahTauhid
#mutiarasunnah #motivasiIslami #petuahulama #hadist #hadits #nasihatulama #fatwaulama #akhlak #akhlaq #sunnah #aqidah #akidah #salafiyah #Muslimah #adabIslami #DakwahSalaf # #ManhajSalaf #Alhaq #Kajiansalaf #dakwahsunnah #Islam #ahlussunnah #sunnah #tauhid #dakwahtauhid #alquran #kajiansunnah #HariNatal #Natalan #Hukummengucapkan #selamatNatal #PrinsipToleransidalamIslam #HukummerayakanNatal #merrychristmas #artitoleransisebenarnya
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN Dengan dalih toleransi, jangan sampai kita kebablasan.…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN Boleh toleransi, tapi jangan kebablasan. Tidak sedikit orang…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK) Agar toleransi tidak kebablasan, cobalah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK) Islam agama yang sempurna. Maka pasti ada…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK) Oleh: Ustadz: Dr. Abu Hafizhah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH? Asalnya, Safar Wanita…