بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
PERAYAAN TAHUN BARU DI BULAN MUHARRAM BUKAN AJARAN ISLAM
Sahabat yang Mulia Anas bin Malik radhiyallahu’anhu berkata:
قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ قَالُوا كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ
“Ketika Rasulullah ﷺ mendatangi kota Madinah, para sahabat memiliki dua hari raya yang padanya mereka bersenang-senang. Maka beliau ﷺ bersabda: Dua hari apa ini? Mereka menjawab: Dua hari yang sudah biasa kami bersenang-senang padanya di masa Jahiliyah. Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya Allah telah mengganti kedua hari tersebut dengan dua hari yang lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.” [HR. Abu Daud, Shahih Abi Daud: 1039]
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَهَذَا عِيدُنَا
“Sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya, dan ini adalah hari raya kita.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha]
Asy-Syaikhul ‘Allamah Ibnu Baz rahimahullah berkata:
وهكذا الاحتفال بليلة الإسراء والمعراج، وبليلة النصف من شعبان، والاحتفال بالهجرة النبوية، أو بفتح مكة أو بيوم بدر، كل ذلك من البدع، لأن هذه الأمور موجودة على عهد النبي صلى الله عليه وسلم، ولم يحتفل بها، ولو كانت قربة إلى الله لاحتفل بها عليه الصلاة والسلام، أو أمر بها الصحابة أو فعلها الصحابة بعده، فلما لم يكن شيء من هذا علمنا أنها بدعة وأنها غير مشروعة، وهذه الاحتفالات، لا يبرر فعلها أن فلانا وفلانا فعلها، أو فعلها البلد الفلاني كل ذلك لا يبرر، إنما الحجة ما قاله الله ورسوله، أو أجمع عليه سلف الأمة أو فعلها الخلفاء الراشدون، رضي الله عنهم
“Demikian pula perayaan malam Isra’ Mi’raj, malam Nisfu Sya’ban, perayaan tahun baru Hijriyyah (peringatan hijrah Rasulullah ﷺ), atau Fathu Makkah dan Perang Badar, semua itu termasuk bid’ah (mengada-ada dalam agama), karena perkara-perkara ini terjadi di masa Rasulullah ﷺ, namun beliau ﷺ tidak merayakannya.
Andaikan perayaan itu termasuk pendekatan diri kepada Allah ta’ala, tentunya Rasulullah ﷺ telah merayakannya. Atau memerintahkan para sahabat untuk merayakannya. Atau para sahabat sendiri yang merayakannya sepeninggal beliau ﷺ. Maka tatkala Rasulullah ﷺ dan sahabat tidak merayakannya, kita pun mengetahui, bahwa itu adalah bid’ah atau tidak disyariatkan.
Dan perayaan-perayaan ini tidaklah dibenarkan, walau tokoh-tokoh tertentu melakukannya, atau negeri tertentu melakukannya. Semua itu bukan dalil yang membolehkan. Dalil itu hanyalah ucapan Allah dan Rasul-Nya, atau atau ijma’ Salaf umat ini, atau amalan Al-Khulafa Ar-Rasyidin radhiyallahu’anhum.” [Fatawa Nuurun ‘alad Darbi, 3/101]
#Beberapa_Pelajaran:
1) Hari raya, yaitu hari yang selalu dirayakan berulang-ulang, dalam Islam telah ditentukan oleh syariat, tidak boleh ditambah dan dikurangi. Bahkan semua tradisi hari raya sebelum Islam tidak boleh dilestarikan.
2) Barang siapa menambah-nambah atau mengada-adakan hari raya atau hari peringatan selain yang ditentukan oleh syariat, maka ia telah melampaui batas dalam agama.
3) Hari-hari peringatan yang selalu dirayakan berulang-ulang seperti perayaan Maulid, Muharram, Isra’ Mi’raj, ulang tahun, Hari Kemerdekaan dan lain-lain termasuk menambah-nambah dalam syariat, karena syariat telah menentukan hari raya khusus, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Maka tidak boleh ditambah apa pun selainnya.
4) Mengada-adakan hari-hari raya lain, atau hari peringatan, juga termasuk bentuk Tasyabbuh (ikut-ikutan) kepada orang-orang kafir.
5) Keteladanan para sahabat dalam mengikuti bimbingan Rasulullah ﷺ, karena setelah larangan tersebut, para sahabat tidak memiliki hari perayaan dan peringatan lagi, selain Idul Adha dan Idul Fitri.
Para sahabat tidak pernah merayakan Maulid, padahal mereka yang paling cinta terhadap Rasulullah ﷺ. Karena mereka memahami arti cinta yang sebenarnya adalah, meneladani beliau ﷺ. Bukan malah melakukan yang beliau ﷺ benci, yaitu berbuat bid’ah dalam agama tanpa petunjuk beliau ﷺ.
Para sahabat tidak pernah merayakan tahun baru Islam, padahal mereka orang yang paling cinta terhadap Islam, dan paling kuat dan besar perjuangan mereka untuk Islam. Karena mereka lebih memahami arti mencintai Islam daripada kita.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Penulis: Al-Ustadz Sofyan Chalid Ruray hafizhahullah
Sumber:
https://www.facebook.com/sofyanruray.info/posts/677633769052775:0
http://sofyanruray.info/mengapa-perayaan-hari-besar-selain-idul-adha-dan-idul-fitri-termasuk-bidah/
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN Dengan dalih toleransi, jangan sampai kita kebablasan.…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN Boleh toleransi, tapi jangan kebablasan. Tidak sedikit orang…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK) Agar toleransi tidak kebablasan, cobalah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK) Islam agama yang sempurna. Maka pasti ada…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK) Oleh: Ustadz: Dr. Abu Hafizhah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH? Asalnya, Safar Wanita…