بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
PENJELASAN MENARIK MENGENAI KHASYAH, INABAH, ISTI’ANAH, ISTI’ADZAH (TSALATSATUL USHUL)
Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahullah berkata:
Dalil KHASYAH adalah firman Allah ﷻ:
﴿فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي﴾
“Maka janganlah engkau takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku.” [QS. Al-Baqarah 2 : 150]
Dalil INABAH adalah firman Allah ﷻ:
﴿وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ﴾
“Dan bertobatlah kepada Tuhanmu, dan serahkanlah dirimu kepada-Nya.” [QS. Az-Zumar 39 : 54]
Dalil ISTI’ANAH adalah firman Allah ﷻ:
﴿إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ﴾
“Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” [QS. Al-Fatihah 1: 4]
Dalam sebuah hadis Nabi ﷺ disebutkan:
«وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ»
“Apabila engkau meminta pertolongan, maka mintalah kepada Allah.” [HR. Tirmidzi, no. 2516]
Dalil ISTI’ADZAH adalah firman Allah ﷻ:
﴿قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ﴾
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabbnya Falaq (waktu Subuh).” [QS. Al-Falaq 113 : 1]
﴿قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ﴾
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabbnya manusia.” [QS. An-Naas 114 : 1]
Penjelasan dari beberapa ibadah di atas.
Khasyah
Khasyah berarti takut yang dibangun di atas ilmu, karena merasakan keagungan dan kesempurnaan kekuasaan dari yang diikuti.
Allah ﷻ berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” [QS. Fathir 35 : 28). Yang dimaksud ulama atau orang yang berilmu di sini adalah, yang mengetahui keagungan dan kesempurnaan kuasa Allah. Khasyah ini lebih istimewa dibanding khauf.
Perbedaan khauf dan khasyah berarti jelas. Jika kita takut pada sesuatu yang kita tidak tahu bahwa ia bisa menaklukkan kita, itu berarti khauf. Sedangkan jika kita takut pada sesuatu yang kita tahu bahwa ia bisa menaklukkan kita, itu berarti khasyah.
Macam-macam khasyah sama dengan macam-macam khauf yang telah diterangkan sebelumnya. [Lihat penjelasan dalam Syarh Tsalatsah Al-Ushul, hlm. 60-61]
Inabah
Inabah berarti kembali kepada Allah dengan menjalankan ketaatan dan menjauhi maksiat. Inabah itu hampir sama dengan makna tobat. Namun di dalam inabah ini ada penyandaran kepada Allah. Inabah hanya boleh dilakukan kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah ﷻ:
﴿وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ﴾
“Dan bertobatlah kepada Rabbmu, dan serahkanlah dirimu kepada-Nya.” [QS. Az-Zumar 39 : 54]
“Wa aslimuu lahu” artinya berserah diri, yaitu ada berserah diri pada hukum syari (dikenal: Istislam Syari). Dan berserah diri pada ketetapan kauni, ini berlaku pada seluruh penduduk langit dan bumi, Muslim dan kafir, ahli kebaikan dan ahli maksiat (dikenal: Istislam Kauni). [Lihat Syarh Tsalatsah Al-Ushul, hlm. 61]
Isti’anah
Isti’anah berarti meminta tolong.
Isti’anah ada beberapa macam.
Pertama: Isti’anah kepada Allah yang di dalamnya ada ketundukkan dari seorang hamba kepada Allah, penyerahan segala urusan kepada Allah, dan kecukupan hanyalah Allah yang memberikan. Isti’anah semacam ini hanya boleh ditujukan kepada Allah. Inilah konsekuensi dari ayat:
﴿إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ﴾
“Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” [QS. Al-Fatihah 1 : 4]
Kedua: Isti’anah kepada makhluk pada perkara yang makhluk mampu.
Jika tolong menolongnya dalam kebaikan, disyariatkan untuk memberikan pertolongan.
Jika tolong menolongnya dalam dosa, haram untuk memberikan pertolongan.
Allah ﷻ berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” [QS. Al-Maidah 5 : 2]
Jika tolong menolong dalam perkara mubah, dibolehkan memberikan pertolongan, akan mendapatkan pahala ihsan (berbuat baik) kepada yang lain.
Allah ﷻ berfirman:
وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” [QS. Al-Baqarah 2 : 195]
Ketiga: Isti’anah kepada makhluk yang hidup dan hadir tetapi ia tidak mampu, ini adalah kesia-siaan. Misalnya: Meminta tolong pada anak kecil untuk membawa beban berat di luar kemampuannya.
Keempat: Isti’anah kepada mayat atau kepada yang masih hidup tetapi dalam perkara gaib, yang dimintai tolong tidak mampu memenuhinya secara langsung, ini termasuk syirik. Yang meminta tolong pasti melakukannya karena meyakini, bahwa yang dimintai pertolongan itu mampu mengatur alam ini secara tidak kasatmata.
Kelima: Isti’anah dengan amalan, keadaan yang dicintai kepada Allah, ini disyariatkan. Allah ﷻ berfirman:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
“Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” [QS. Al-Baqarah 2 : 45]
Hudzaifah bin Al-Yaman berkata, bahwa Rasulullah ﷺ ketika mendapati kesulitan dalam suatu urusan, beliau segera mengerjakan salat. [HR. Ibnu Jarir dalam kitab tafsirnya, disahihkan oleh Ahmad Syakir dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir]
Isti’adzah
Isti’adzah berarti meminta perlindungan dari sesuatu yang dibenci (tidak disukai). Isti’adzah ini ada beberapa macam.
Pertama: Isti’adzah kepada Allah ﷻ dengan benar-benar bergantung, bersandar, meyakini Allah yang memberikan kecukupan dan perlindungan dari segala sesuatu. Dalam ayat disebutkan:
﴿قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ﴾
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabbnya Falaq (waktu Subuh).” [QS. Al-Falaq 113: 1]
﴿قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ﴾
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabbnya manusia.” [QS. An-Naas 114: 1]
Kedua: Isti’adzah dengan salah satu sifat Allah seperti kesempurnaan dan keagungan Allah. Hal ini disyariatkan. Seperti dalam bacaan zikir:
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
“Artinya: Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya.” [HR. Muslim, no. 2708]
Ada dalam bacaan zikir pagi petang:
وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
“Artinya: Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain yang membuat aku jatuh).” [HR. Abu Daud, no. 5074 dan Ibnu Majah, no. 3871. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih).
Ada doa ketika meruqyah diri sendiri:
بِاسْمِ اللَّهِ (3×)
أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
(7×)
“Bismillah (3 x)
A’udzu billahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. (7 x)”
Artinya:
Dengan menyebut nama Allah, dengan menyebut nama Allah, aku berlindung kepada Allah dan kuasa-Nya, dari kejelekan yang aku dapatkan dan aku waspadai. [HR. Muslim no. 2202]
Ada juga dalam doa bakda Witir, atau bacaan saat rukuk dan sujud:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Allahumma inni a’udzu bi ridhoka min sakhotik wa bi mu’afaatika min ‘uqubatik, wa a’udzu bika minka laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik.
Artinya:
Ya Allah, aku berlindung dengan keridaan-Mu dari kemarahan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dari hukuman-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu. Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diri-Mu sendiri. [HR. Abu Daud no. 1427, Tirmidzi no. 3566, An-Nasa’i no. 1748 dan Ibnu Majah no. 1179. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadis ini Sahih]
Ketiga: Isti’adzah kepada mayat atau kepada yang masih hidup tetapi tidak hadir, tidak mampu memberikan perlindungan, ini termasuk syirik.
Allah ﷻ berfirman:
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin. Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” [QS. Al-Jin 72 : 6]
Abul ‘Aliyah, Robi’ dan Zaid bin Aslam berkata, bahwa makna “rohaqo” adalah takut.
Ini berarti setan malah membuat manusia menjadi takut, bukan malah bertambah tenang.
Keempat: Isti’adzah kepada makhluk yang mampu memberikan perlindungan. Namun kalau ada yang meminta perlindungan agar diselamatkan dari kejelekan orang zalim, wajib ditolong.
Referensi:
• Syarh Tsalatsah Al-Ushul. Cetakan kedua, Tahun 1426 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Dar Tsurayya.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Sumber https://rumaysho.com/29318-tsalatsatul-ushul-penjelasan-menarik-mengenai-khasyah-inabah-istianah-istiadzah.html
══════
Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: nasihatsahabatcom@gmail.com
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN Dengan dalih toleransi, jangan sampai kita kebablasan.…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN Boleh toleransi, tapi jangan kebablasan. Tidak sedikit orang…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK) Agar toleransi tidak kebablasan, cobalah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK) Islam agama yang sempurna. Maka pasti ada…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK) Oleh: Ustadz: Dr. Abu Hafizhah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH? Asalnya, Safar Wanita…