بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
#SifatSholatNabi
PANDUAN RINGKAS SHALAT SUNNAH RAWATIB
Berikut ini adalah hadis-hadis yang menjelaskan jumlah shalat sunnah Rawatib beserta letak-letaknya:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلَّا بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
“Tidaklah seorang Muslim mendirikan shalat sunnah ikhlas karena Allah sebanyak dua belas rakaat selain shalat fardhu, melainkan Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di Surga.” (HR. Muslim no. 728)
Dan dalam riwayat At-Tirmizi dan An-Nasai, ditafsirkan ke-12 rakaat tersebut. Beliau ﷺ bersabda:
مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنْ السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ
“Barang siapa menjaga dalam mengerjakan shalat sunnah dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan rumah untuknya di Surga, yaitu empat rakaat sebelum Zuhur, dua rakaat setelah Zuhur, dua rakaat setelah Maghrib, dua rakaat setelah Isya` dan dua rakaat sebelum Subuh.” (HR. At-Tirmizi no. 379 dan An-Nasai no. 1772 dari AIsyah)
حَفِظْتُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ رَكَعَاتٍ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ فِي بَيْتِهِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ فِي بَيْتِهِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الصُّبْحِ
“Aku menghapal sesuatu dari Nabi ﷺ berupa shalat sunnat sepuluh rakaat, yaitu: dua rakaat sebelum shalat Zuhur, dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah shalat Maghrib di rumah beliau, dua rakaat sesudah shalat Isya’ di rumah beliau, dan dua rakaat sebelum shalat Subuh.” (HR. Al-Bukhari no. 937, 1165, 1173, 1180 dan Muslim no. 729)
Dalam sebuah riwayat keduanya: “Dua rakaat setelah Jumat.”
Dalam riwayat Muslim: “Adapun pada shalat Maghrib, Isya, dan Jumat, maka Nabi ﷺ mengerjakan shalat sunnahnya di rumah.”
رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا
“Semoga Allah merahmati seseorang yang mengerjakan shalat (sunnah) empat rakaat sebelum Ashar.” (HR. Abu Daud no. 1271 dan At-Tirmizi no. 430)
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa yang menjaga empat rakaat sebelum Zuhur dan empat rakaat setelahnya, maka Allah mengharamkannya dari Neraka”. [HR at-Tirmidzi, kitab ash-Shalat, no. 428; Ibnu Majah, kitab ash-Shalat, no. 428; Abu Dawud kitab ash-Shalat, Bab: al-Arba’ Qablal-Zhuhri wa Ba’daha, no. 1269; dan Ibnu Majah kitab ash-Shalat was-Sunnah fiha, Bab: Ma Ja`a fiman Shalla Qablal-Zhuhri Arba’an wa Ba’daha Arba’an, no. 1160. Dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah, 1/191]
أَرْبَعُ رَكَعَاتٍ قَبْل الظُّهْرِ يَعْدَلْنَ بِصَلاَةِ السَّجَرِ
Empat rakaat sebelum Zuhur menyamai shalat as-Sahar (menjelang terbit fajar). [HR Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya (2/15/2), dan dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Silsilah Ahadits ash-Shahihah no. 1431. Lihat Silsilah (3/416)]
Dengan demikian, siapa saja yang menunaikan seluruh shalat sunnah Rawatib Zuhur, baik empat rakaat sebelum Zuhur maupun empat rakaat sesudahnya, maka ia telah melaksanakan sunnah. Namun yang muakkad (yang ditekankan), ialah empat rakaat sebelum Zuhur dan dua rakaat setelahnya, sebagaimana telah dirajihkan oleh Ibnul-Qayyim rahimahullah dan Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin. [Lihat pembahasan Majalah As-Sunnah, Edisi 05/Tahun XI/1428H/2007M, Rubrik Fiqh, halaman 49-52]
Maka dari sini kita bisa mengetahui, bahwa shalat sunnah Rawatib adalah:
Apakah shalat Rawatib empat rakaat dikerjakan dengan sekali salam atau dua kali salam?
As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sunnah Rawatib terdapat di dalamnya salam. Seseorang yang shalat rawatib empat rakaat, maka dengan dua salam, bukan satu salam, karena sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda: “Shalat (sunnah) di waktu malam dan siang dikerjakan dua rakaat salam, dua rakaat salam”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Al-Utsaimin 14/288)
Lalu apa hukum shalat sunnah setelah Subuh, sebelum Jumat, setelah Ashar, sebelum Maghrib, dan sebelum Isya?
Jawab:
Adapun dua rakaat sebelum Maghrib dan sebelum Isya, maka dia tetap disunnahkan dengan dalil umum:
Dari Abdullah bin Mughaffal Al Muzani dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ قَالَهَا ثَلَاثًا قَالَ فِي الثَّالِثَةِ لِمَنْ شَاءَ
“Di antara setiap dua azan (azan dan iqamah) itu ada shalat (sunnah).” Beliau ﷺ mengulanginya hingga tiga kali. Dan pada kali yang ketiga beliau ﷺ bersabda: “Bagi siapa saja yang mau mengerjakannya.” (HR. Al-Bukhari no. 588 dan Muslim no. 1384)
Adapun setelah Subuh dan Ashar, maka TIDAK ADA shalat sunnah Rawatib saat itu. Bahkan TERLARANG untuk shalat sunnah mutlak pada waktu itu, karena kedua waktu itu termasuk dari lima waktu terlarang.
Dari Ibnu ‘Abbas dia berkata:
شَهِدَ عِنْدِي رِجَالٌ مَرْضِيُّونَ وَأَرْضَاهُمْ عِنْدِي عُمَرُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَشْرُقَ الشَّمْسُ وَبَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ
“Orang-orang yang diridai memersaksikan kepadaku, dan di antara mereka yang paling aku ridai adalah ‘Umar, (mereka semua mengatakan) bahwa Nabi ﷺ melarang shalat setelah Subuh hingga matahari terbit, dan setelah ‘Ashar sampai matahari terbenam.” (HR. Al-Bukhari no. 547 dan Muslim no. 1367)
Adapun shalat sunnah sebelum Jumat, maka pendapat yang rajih adalah TIDAK DISUNNAHKAN.
Wallahu Ta’ala a’lam.
Sumber:
http://al-atsariyyah.com/pembahasan-lengkap-shalat-sunnah-Rawatib.html
https://almanhaj.or.id/3506-shalat-sunah-rawatib-zhuhur.html
Tautan kajian video:
Berapa Jumlah Bilangan Shalat Sunnah Rawatib? – Ustadz Dr. Khalid Basalamah, MA: https://youtu.be/-NFMKRMXFQU
Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib – Ustadz Khalid Basalamah: https://youtu.be/asFV38G-CwY
Sholat Rawatib – Ustadz Firanda Andirja, MA: https://youtu.be/OejZ41XFFuw
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN Dengan dalih toleransi, jangan sampai kita kebablasan.…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN Boleh toleransi, tapi jangan kebablasan. Tidak sedikit orang…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK) Agar toleransi tidak kebablasan, cobalah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK) Islam agama yang sempurna. Maka pasti ada…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK) Oleh: Ustadz: Dr. Abu Hafizhah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH? Asalnya, Safar Wanita…
Lihat Komentar