PAHALA TANPA BATAS, JANJI ALLAH BAGI MEREKA YANG BERSABAR
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
PAHALA TANPA BATAS, JANJI ALLAH BAGI MEREKA YANG BERSABAR
Sebagian manusia berkata: ”Sabar kan ada batasnya.”
Sebagian lagi berkata: ”Sampai kapan kita harus sabar?”
Sungguh, itulah kata-kata yang terlontar dari sebagian manusia yang merasa sabar itu tiada manfaatnya, baik dunia maupun Akhirat. Padahal harus kita ketahui, bahwa Allah ﷻ berfirman:
INNAA LILLAHI WA INNAA ILAIHI ROOJI’UN. ALLOHUMMA’JURNII FII MUSHIBATII WA AKHLIF LII KHOIRON MINHAA
Artinya:
“Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya.
Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku, dan berilah ganti dengan yang lebih baik.” [Lihat HR. Muslim, no. 918]
Setiap musibah yang menimpa kita, jika kita bersabar, maka Allah akan menyiapkan gantinya. Sebagaimana hadis dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah berfirman: “Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan dua kekasihnya (kedua matanya) kemudian ia bersabar, niscaya Aku menggantikan keduanya (kedua matanya) dengan Surga.” [HR. Bukhari no. 5653]
Prof. DR. Musthofa Al Bugho berkata mengenai hadis di atas:
“Dalam hadis di atas Nabi ﷺ mengkhususkan dengan kedua mata, karena mata sangatlah dicintai. Lihatlah jika seseorang kondisinya seperti itu dan ia mau bersabar, balasannya adalah Surga.
Kenikmatan dunia tentu kalah jauhnya dengan kenikmatan Akhirat yang kelak. Allah menguji hamba-Nya pada penglihatannya bukan karena kurangnya ilmu Allah, namun Allah ingin menampakkan, bagaimanakah kesabaran hamba tersebut. Pahala tentu saja tergantung pada besarnya kesulitan yang diderita.” [Nuzhatul Muttaqin Syarh Riyadhis Sholihin, hal. 36]
Syaikh Mutawwali Assyarawi mengatakan:
اذا اخذ الله منك ما لم تتوقع ضياعه .. فسوف يعطيك ما لم تتوقع ان تملكه
”Jika Allah mengambil darimu sesuatu yang tidak pernah engkau sangka kehilangannya, maka Allah akan memberikanmu sesuatu yang tidak pernah engkau sangka memilikinya.”
2. Sabar itu pada benturan/ goncangan pertama
Jika terjadi musibah hari ini, ya sabarnya hari ini, bukan besok, apalagi minggu depan. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis berikut ini:
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau berkata:
مَرَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِامْرَأَةٍ تَبْكِى عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ « اتَّقِى اللَّهَ وَاصْبِرِى » . قَالَتْ إِلَيْكَ عَنِّى ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيبَتِى ، وَلَمْ تَعْرِفْهُ . فَقِيلَ لَهَا إِنَّهُ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – . فَأَتَتْ بَابَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ لَمْ أَعْرِفْكَ . فَقَالَ « إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى»
“Nabi ﷺ pernah melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kuburan. Lalu beliau ﷺ bersabda: “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah.”
Kemudian wanita itu berkata: “Menjauhlah dariku. Sesungguhnya engkau belum pernah merasakan musibahku dan belum mengetahuinya.”
Kemudian ada yang mengatakan pada wanita itu, bahwa orang yang berkata tadi adalah Nabi ﷺ. Kemudian wanita tersebut mendatangi pintu (rumah) Nabi ﷺ. Kemudian dia tidak mendapati seorang yang menghalangi dia masuk pada rumah Nabi ﷺ.
Kemudian wanita ini berkata: “Maaf, sebelumnya aku tidak mengenalmu.”
Lalu Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya yang namanya sabar itu pada benturan/ goncangan pertama (ketika di awal musibah).” [HR. Bukhari, no. 1283]
Jadi yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah. Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah.
Manusia ketika diminta untuk bersabar atas cobaan yang menimpa dirinya, biasanya ia akan berkata: ”Kamu tidak merasakan sih, sehingga dengan enaknya menyuruh saya sabar. Coba kalau kamu sendiri yang merasakannya.”
Jika orang yang memerintahkan bersabar harus merasakan dahulu, lalu siapakah yang meminta kita untuk bersabar? Bukankah kita diwasiatkan untuk saling menasihati dalam kesabaran?
3. Sabar itu menyembunyikan musibah
Pamer musibah itu tidak mengembalikan apa yang luput, tetapi membuat senang mereka yang suka mencibir.
Saat ini adalah waktu di mana banyak di antara kita bangga dengan pamer musibah di media-media sosial. Simpanlah rapat-rapat musibah yang menimpamu. Adukan kepada Allah di akhir-akhir malam. Ataupun jika ingin bercerita, sampaikanlah kepada mereka yang bisa memberikan solusi.
4. Mendiamkan lisan dan anggota tubuh
Nabi ﷺ bersabda ketika ada wanita yang ditinggal mati oleh orang yang dikasihinya:
“Bukan termasuk golongan kami, siapa saja yang menampar pipinya (wajahnya), merobek saku, dan menyeru dengan seruan Jahiliyah.” [HR. Bukhari no. 1294 dan Muslim no. 103]
Kalau memang engkau sabar, diam, dan renungkanlah hikmah di baliknya. Semakin engkau menyebut bahwa engkau penyabar, itu pertanda bahwa engkau tidak sabar. Sebagaimana ikhlas. Semakin mengaku paling ikhlas, itu tanda tak ikhlas. Perhatikanlah Surat al Ikhlas, bukankah tidak ada kata kata ikhlas di dalamnya?