“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” [QS. An-Nuur 24: 22]
“Seandainya seseorang itu mencaci makiku di telingaku ini, dan dia pun meminta maaf di telingaku yang lain, maka pasti kuterima alasannya.” [Al-Adab asy-Syar’iyyah I/302]
(3). Suatu hari sebongkah batu dilemparkan seseorang tanpa sengaja, menimpa ar-Rabi’ bin Haitsam رحمه الله. Dan lemparan tersebut membuat kepala beliau mengalami luka yang cukup serius. Sambil mengusap darah dari wajahnya dia berdoa: “Ya Allah maafkanlah dia. Dia tidak sengaja melempariku dengan batu.” [Shifatush Shafwah II/654]
(4). Suatu malam al-Hasan al-Bashri رحمه الله memanjatkan doa seraya berkata: “Ya Allah, ampunilah (hamba-Mu) siapa pun yang pernah menzalimiku.”
Begitu banyak beliau mengulang-ulang doa itu hingga terdengar oleh seseorang dan ia bertanya: “Wahai Abu Sa’id, malam ini sungguh aku mendengarmu mendoakan kebaikan (memohon ampunan kepada Allah Taala) bagi siapa pun yg telah menzalimimu, sehingga aku pun (sempat) berharap termasuk orang yang pernah berbuat zalim kepadamu. Apa yang sesungguhnya yang mendorong engkau melakukan hal tersebut?”
Al-Hasan pun menjawab: “(Yang mendorongku itu tidak lain adalah) firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Barang siapa memaafkan dan berbuat kebajikan, maka Allah pun akan melimpahkan pahala baginya.” [QS. Asy-Syuura 26: 40] [Syarah al-Bukhari VI/575 oleh Ibnu Baththal]
Oleh: Ustadz Najmi Umar Bakkar (@najmiumar_official)