Landasan Agama

MUSLIM BELUM TENTU MUKMIN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

MUSLIM BELUM TENTU MUKMIN

Pertanyaan:

Allah ﷻ berfirman dalam Alquran:

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman.” Katakanlah: “Kalian belum beriman. Tapi katakanlah: ‘Kami telah berislam (tunduk)’, karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian. Dan jika kalian taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun pahala amalanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Al-Hujurat/49:14]

Apa makna ayat ini? Apakah ada beda antara iman dan Islam?

Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah menjawab [Majmu’ Fatawa syaikh Shalih Fauzan, hlm. 10-12]:

Agama Islam mempunyai tiga tingkatan:
• Pertama: Islam, kemudian
• Kedua: Yang lebih tinggi dari Islam yaitu iman, dan tingkatan
• Ketiga: Yang paling tinggi, yaitu ihsan.

Tentang tiga tingkatan ini telah diterangkan dalam hadis Jibril ‘alaihis salam. Dalam hadis itu disebutkan, bahwa Jibril ‘alaihis salam bertanya kepada Nabi ﷺ tentang masing-masing tingkatan ini, dan dijawab oleh Nabi ﷺ. Kemudian di akhir hadis, Nabi ﷺ bersabda kepada para sahabatnya setelah orang asing yang bertanya itu pergi:

Dialah Jibril ‘alaihis salam yang datang kepada kalian untuk mengajari kalian urusan agama kalian. [HR.Al-Bukhari, no. 50 dan Muslim, no.7]

Dalam hadis ini Nabi ﷺ menyebutkannya secara berurutan, mulai dari urutan yang paling rendah lalu yang lebih tinggi, kemudian yang paling tinggi.

Terkait ayat di atas, ketika orang-orang Arab Badui (pedalaman) itu datang kepada Nabi ﷺ di awal-awal keIslaman mereka, dan mengklaim diri mereka telah sampai pada martabat yang sebenarnya belum mereka capai. Mereka baru berada pada tingkatan Islam (berislam), namun mengklaim telah berada pada tingkatan iman (beriman). Padahal mereka belum sampai pada tingkatan itu. Oleh karena itu Allah ﷻ menjawab pernyataan mereka ini dengan firman-Nya:

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman.” Katakanlah: “Kalian belum beriman. Tapi katakanlah: ‘Kami telah berislam (tunduk)’, karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian. Dan jika kalian taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun pahala amalanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Al-Hujurat/49:14]

Jadi, mereka di awal-awal keIslaman mereka belum tertanam keimanan yang mantap dalam hati mereka. Meski mereka telah memiliki keimanan, namun keimanan mereka masih sangat rapuh atau kadar keimanannya masih sedikit.

Dan dari firman Allah ﷻ, yang artinya, “karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian,” bisa dipahami, bahwa keimanan itu akan masuk dalam hati mereka di belakang hari. Mereka ini bukan orang-orang kafir atau munafik. Mereka ini kaum Muslimin. Mereka sudah memiliki iman, akan tetapi kadarnya masih sedikit, sehingga belum berhak disebut sebagai kaum Mukminin. Kelak, keimanan akan tertanam kuat dalam hati mereka, berdasarkan firman Allah ﷻ yang artinya: ”karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian.”

Adakah beda antara Islam dan iman? Kata Islam dan iman jika disebutkan secara bersamaan (dalam satu kalimat atau konteks-red), maka masing-masing memiliki makna yang berbeda. Maksudnya, Islam memiliki makna sendiri, begitu juga kata iman memiliki arti tersendiri, sebagaimana dalam hadis Jibril ‘alaihis salam. Dia bertanya kepada Nabi ﷺ tentang Islam, Nabi ﷺ menjawab:

الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَأَنْ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً

“Islam adalah engkau bersaksi, bahwa tidak ada Sesembahan yang berhak untuk diibadahi (dengan benar) kecuali Allah, dan engkau bersaksi bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah, engkau mendirikan salat, menunaikan zakat, dan engkau berpuasa di bulan Ramadan, serta berhaji ke Baitullah, jika engkau mampu melakukan perjalanan ke sana.”

Jibril juga bertanya kepada Nabi ﷺ tentang iman, maka Nabi ﷺ menjawab:

الإِيْمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

“Iman adalah engkau beriman kepada Allah, beriman kepada para Malaikat-Nya, Kitab–kitab-Nya, beriman kepada para rasul-Nya, mengimani Hari Akhir, dan engkau beriman dengan takdir, baik yang bagus maupun yang buruk. [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Berdasarkan penjelasan ini bisa disimpulkan, bahwa Islam itu merupakan gambaran dari ketundukan secara zahir atau fisik, sementara iman merupakan ketundukan hati kepada Allah.

Ini jika kedua kata itu disebutkan dalam konteks yang sama.

Adapun jika kedua kata itu disebutkan dalam konteks yang berbeda, maksudnya kata “Islam” saja yang disebutkan, atau kata iman saja, maka makna masing-masing kata masuk ke kata yang satu itu. Misalnya, jika kata Islam saja yang disebutkan, maka makna kata “iman” masuk dalam satu kata Islam itu. Begitu juga jika yang disebutkan hanya kata iman, maka makna Islam masuk dalam kata iman tersebut. Oleh karena itu, para ahli ilmu mengatakan, bahwa kedua kata itu, jika disebutkan bersama, maka maknanya berbeda. Dan jika disebutkan terpisah, maka maknanya menyatu.

Jadi, iman menurut Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan.

Dengan pengertian ini, maka makna Islam masuk di situ. Karena pengertian Islam adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan. Demikian juga iman.

 

Sumber: https://almanhaj.or.id/11408-Muslim-belum-tentu-Mukmin.html

 

══════

 

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: nasihatsahabatcom@gmail.com
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat

Admin Nasihat Sahabat

Artikel Terbaru

DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN Dengan dalih toleransi, jangan sampai kita kebablasan.…

2 months lalu

BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN Boleh toleransi, tapi jangan kebablasan. Tidak sedikit orang…

2 months lalu

BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK) Agar toleransi tidak kebablasan, cobalah…

2 months lalu

LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK) Islam agama yang sempurna. Maka pasti ada…

3 months lalu

KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK) Oleh: Ustadz: Dr. Abu Hafizhah…

3 months lalu

SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH?

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH? Asalnya, Safar Wanita…

4 months lalu