MERASA SENANG KARENA ORANG LAIN TAHU AMAL BAIK KITA, APAKAH TERMASUK RIYA?
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
MERASA SENANG KARENA ORANG LAIN TAHU AMAL BAIK KITA, APAKAH TERMASUK RIYA?
Bismillahirrahmanirrahim.
Anda sudah berusaha menyembunyikan amal saleh, namun Allah buka, sehingga orang lain tahu. Lalu hati Anda bahagia dengan kenyataan tersebut. Apakah seperti ini termasuk riya?
Termasuk atau tidaknya, tergantung pada motivasi bahagianya.
• Jika bahagia karena kemampuan dirinya yang bisa melakukan amal-amal kebaikan yang diketahui orang-orang, maka ini berbahaya, karena bisa terjatuh ke dalam dosa ujub yang berdampak pada gugurnya pahala.
• Jika bahagianya karena kuasa dan rahmat Allah yang telah menampakkan kebaikan dan menutupi aib-aibnya, maka ini bukan ujub dan bukan riya. Bahkan ini adalah nikmat dari Allah ﷻ dan membuahkan pahala, karena ada unsur syukur di dalamnya. Di antara bentuk syukur adalah bahagia atas nikmat yang telah Allah berikan.
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ:
“Kamu mendapatkan dua pahala. Pahala amalan yang dilakukan saat tak seorang pun yang melihat, dan ketika ditampakkan.” [HR. Ibnu Majah]
Di dalam hadis yang lain, riwayat Imam Muslim dari Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu:
يا رسول الله، أرأيت الرجل يعمل العمل من الخير ويحمده الناس عليه؟
“Ya Rasulullah, seorang telah melakukan amal baik, lalu orang-orang memujinya?”
Rasulullah ﷺ menjawab:
تلك عاجل بشرى المؤمن
“Itu adalah kabar gembira yang disegerakan untuk orang Mukmin.”
Di dalam kitab Mukhtasar Minhaj Al-Qosidin (hal. 213 – 214), Ibnu Qudamah rahimahullah menerangkan:
أن السرور ينقسم إلى محمود ومذموم، فالمحمود: أن يكون قصده إخفاء الطاعة، والإخلاص لله، ولكن لما اطلع عليه الخلق، علم أن الله أطلعهم، وأظهر الجميل من أحواله، فيُسَرُّ بحسن صنع الله، ونظره له، ولطفه به، حيث كان يستر الطاعة والمعصية, فأظهر الله عليه الطاعة، وستر عليه المعصية، ولا لطف أعظم من ستر القبيح، وإظهار الجميل، فيكون فرحه بذلك، لا بحمد الناس وقيام المنزلة في قلوبهم، أو يستدل بإظهار الله الجميل، وستر القبيح في الدنيا، أنه كذلك يفعل به في الآخرة. فَأَمَّا إن كان فرحه باطلاع الناس عليه؛ لقيام منزلته عندهم حتى يمدحوه، ويعظموه، ويقضوا حوائجه، فهذا مكروه مذموم
“Bahagia karena amalan dilihat orang, hukumnya terbagi menjadi dua:
1. Terpuji
2. Tercela
Terpuji, jika tujuan awalnya menyembunyikan amal dan niatnya ikhlas. Akan tetapi ketika kebaikannya itu dilihat orang lain, dia menyadari bahwa Allah yang telah menampakkan amal baiknya, Allah yang menampakkan keindahannya, dia pun bahagia atas kebaikan Allah, perhatian, dan kelembutan-Nya kepada dirinya. Dia berusaha menutupi amalan baik dan dosa, namun Allah tampakkan amalan baiknya, dan Allah tutup dosa-dosanya. Tak ada kelembutan yang lebih berkesan dari kelembutan berupa ditutupi semua aib, kemudian ditampakkan keindahan.
Sehingga bahagianya karena itu, BUKAN karena pujian manusia, atau kedudukan yang dia dapatkan di hati mereka.
Atau ia bahagia, karena di saat Allah menampakkan kebaikannya di dunia dan Allah tutupi dosa-dosanya, itu isyarat bahwa Allah akan bersikap demikian pula di Akhirat kelak.
Adapun jika bahagianya semata karena orang-orang tahu amal salehnya, penghormatan orang-orang kepadanya sampai mereka menyanjung kebaikannya, memuliakan, dan menuju kebutuhan-kebutuhannya, maka bahagia yang seperti ini dibenci Allah dan tercela.”