Akidah & Tauhid

MENYINGKAP RAHASIA MANAKIB SYEIKH ABDUL QADIR JAELANI

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ 

MENYINGKAP RAHASIA MANAKIB SYEIKH ABDUL QADIR JAELANI
Pertanyaan:
Apa sebenarnya kitab Manaqib Syeikh Abdul Qadir Jaelani?
Benarkah kandungan buku ini dan khasiat yang diyakini bagi yang membacanya?
Jawaban:
Menilai sebuah keyakinan harus di atas timbangan syari, Al-Kitab dan As-Sunnah dengan pemahaman Salaful Ummah (pendahulu umat ini, para sahabat, tabi’in dan atbaut tabi’in).
Acara manakiban di negeri ini bukan satu hal yang asing, demikian pula nama Syeikh Abdul Qadir Jaelani. Banyak pertanyaan mengenai beliau. Beliau diklaim sebagai tokoh pelopor tarekat Al-Qadiriyah. Siapa sesungguhnya Syeikh Abdul Qadir Jaelani, dan bagaimanakah keyakinan tentang beliau yang banyak merebak di tengah umat??
Beliau salah seorang ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Namun sebagian manusia mengultuskan beliau hingga keluarlah dari al-haq (kebenaran).
Inilah salah satu sebab kesesatan, melampaui batas dalam menghormati seorang saleh. Seperti apa yang menimpa kaum Nasrani mereka sesat, karena melampaui batas dalam menyanjung dan mengagungkan Isa bin Maryam.
Ghuluw (sikap melampaui batas) terhadap Syeikh Abdul Qadir Jaelani bukan hal baru. Fenomena ghuluw terhadap syaikh telah terjadi di masa lalu.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:
“Di antara ghuluw terhadap syaikh Abdul Qadir adalah ucapan dan keyakinan: barang siapa membaca Ayat Kursi menghadap ke arah (kuburan) Syaikh Abdul Qadir dan mengucapkan salam padanya, kemudian melangkahkan kaki tujuh langkah menuju arah makamnya, niscaya kebutuhannya akan dipenuhi. Ucapan ini termasuk ucapan KESYIRIKAN [lihat Majmu Fatawa 27/126-127]
Ghuluw terhadap Syaikh Abdul Qadir bisa kita saksikan pula dalam buku Lubabul Ma’ani. Buku ini terkenal dengan sebutan Manaqib Syeikh Abdul Qadir Jaelani. Di dalamnya kisah perjalanan hidup Syaikh Abdul Qadir dan karomah-karomahnya.
Buku ini sampai ke tangan para pemujanya tanpa sandaran periwayatan, dan tidak dapat dibuktikan secara ilmiyyah. Sebaliknya, buku ini dipenuhi khurafat.
Ghuluw (sikap melampaui batas) terhadap buku ini demikian kental di banyak kalangan. Sebagian mereka membacanya dengan semangat lebih dari membaca Alquran.
Mereka meyakini keutamaan buku manakib dengan keyakinan-keyakinan yang TIDAK dilandasi syariat, Al-Kitab dan As-Sunnah. Lalu dengan apa dia memertanggungjawabkan keyakinan (akidahnya) di hadapan Allah?
Di antara bentuk ghuluw kepada buku manakib dan syaikh adalah keyakinan, bahwa membaca manakib Abdul Qadir jailani memiliki banyak keutamaan, di antaranya:
Pertama: Barang siapa merutinkan membaca manakib setiap tanggal sebelas dengan niat menghormati Syeikh Abdul Qadir Jaelani diiringi keikhlasan dan hati yang lapang, Allah Taala akan melapangkan rezekinya dan tercapai tujuannya di dunia dan Akhirat.
Kedua: Barang siapa memiliki hajat kebaikan di dunia kemudian dia bernadzar membaca manakib, maka hajatnya akan terwujud. Nadzar ini harus dipenuhi. Kalau tidak dia akan mendapati ujian (musibah) besar dan dosa kepada Allah. Dan dalam memenuhi nadzarnya, membaca manakib harus dibaca dalam keadaan suci (baik hadats besar atau kecil) . (Keutamaan ini disebutkan dalam lampiran Manakib Abdul Qadir Jailani dengan judul Lubabul Ma’ani terbitan salah satu penerbit di Indonesia hal..102 dalam bahasa Jawa)
Beberapa Khurafat Dan Kisah-Kisah Ghuluw Dalam Manakib
Buku ini sering digelar dalam acara “Manakiban,” acara yang sangat sakral bagi sebagian kalangan. Para pembacanya dengan sangat khusyu membaca manakib. Acara digelar dengan harapan terkabulnya hajat, Jannah dan keselamatan dari Neraka, mengharapkan bantuan Syaikh Abdul Qadir, dan sekian pengharapan.
Tahukah mereka apa kandungan kitab ini?
Dalam manakib penuh dengan ghuluw, melampaui batas dalam memuji dan menyebut keutamaan-keutamaan Syaikh Abdul Qadir, kisah-kisah disebut tanpa sanad (sandaran) yang bisa dipertanggungjawabkan. Bahkan dipastikan kisah-kisah tersebut adalah kedustaan dan keluar dari syariat Rasulullah ﷺ.
Sejenak mari kita simak di antara kisah khurafat dalam buku manakib:
Khurafat Pertama: “Di antara karamah Syaikh Abdul Qadir disebutkan, bahwa dua murid syaikh, yaitu Abu ‘Umar ‘Utsman Ash-Shairafi dan Abu Muhammad Abdul Haq Al-Harimi berkata: “Suatu saat kami berdua bersama Syaikh di madrasahnya pada ahad 3 safar tahun 555 H. Kami lihat syaikh berwudhu dengan menggunakan dua terompah kayunya (bakiak), kemudian syaikh salat dua rakaat. Selepas salam tiba-tiba syaikh berteriak dengan teriakan yang sangat keras, melengking seraya melemparkan satu terompah kayunya yang basah terkena air wudhu ke atas, hingga terompah itu terus ke atas dan hilang. Kemudian syaikh lempar lagi terompah berikutnya ke atas juga, tiba-tiba hilang. Lalu duduklah syaikh. Saat itu tidak ada seorang pun dari kami berani menanyakan perbuatan syaikh. Beberapa hari kemudian, tepatnya dua puluh tiga hari setelah kejadian (salat dan menjeritnya syaikh), datanglah satu kafilah dari negeri ‘ajam (berkunjung ke madrasah syaikh). Mereka berkata: “Kami membawa untuk syaikh apa yang kami nadzarkan. Izinkanlah kami” Maka Syaikh Abdul Qadir berkata pada (kami berdua): “Ambilah nadzar itu dari mereka.” Mereka pun menyerahkan emas, baju sutera dan kain serta dua terompah kayu (yang ternyata terompah tersebut milik syaikh yang kita lihat dahulu dilemparkan syaikh dan hilang). Kita pun menanyakan kepada mereka tentang hal ini (yang tentunya sangat mengherankan). Rombongan kafilah berkata: “Ketika kami sedang melakukan perjalanan, tepatnya ahad 3 safar, tiba-tiba sekawanan Arab Badui yang dipimpin dua orang menghadang kami, mereka rampok harta-harta kami. Kami pun akhirnya hanya mampu berhenti di tepi wadi (sungai). Kami saling berujar: “Mari kita minta tolong dan bernadzar untuk syaikh abdul Qadir. Kita bernadzar memberikan kepadanya harta-harta kita.” Belum lagi kami beranjak, tiba-tiba terdengar dua teriakan yang sangat keras memenuhi wadi, dan kami lihat para perampok Badui dalam keadaan bersedih dan berkata: Kemari kalian, ambilah harta-harta kalian, dan saksikanlah apa yang terjadi pada kami. Kami pun mendapati dua pimpinan mereka mati terkena dua terompah yang basah dengan air.” [Lubabul Ma’ani Hal. 51-55]
Khurafat Kedua: Alkisah, suatu saat ada tiga orang syaikh dari Jailan mengunjungi Syaikh Abdul Qadir. Ketika masuk, mereka terheran melihat cerek (kendi tempat air) tidak menghadap Kiblat. Juga terheran melihat pelayan Syaikh (berani) berdiri di depan Syaikh Abdul Qadir. Seketika itu Syaikh abdul Qadir meletakkan buku yang sedang dibacanya, lalu memandang tiga syaikh tamunya, lalu memandang pelayannya. Seketika itu matilah pelayannya. Kemudian Syaikh tatap ceret, tiba-tiba berputar menghadap Kiblat. [Lubabul Ma’ani hal.58-59]
Dua dongeng di atas mewakili isi buku Manaqib Syeikh Abdul Qadir Jaelani. Kisah-kisah yang ada di dalamnya disebutkan tanpa sanad dan sandaran yang jelas. Jangankan agama dan keyakinan, berita dalam urusan dunia saja tidak ada seorang yang berakal mau menerima begitu saja, kecuali dengan sumber yang jelas.
Berita tanpa sanad (sandaran) di mata ulama adalah BERITA DUSTA. Kelemahan sandaran sebenarnya sudah cukup untuk menolak berita-berita dusta tentang syaikh Abdul Qadir, sebelum lebih jauh menelusuri kesyirikan, dan kedustaan di dalamnya….
Allahul Musta’an.
Penulis: Abu Ismail Rijal
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: nasihatsahabatcom@gmail.com
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
#rahasiaManakibSyeikhAbdulQadirJaelani #ManakibSyeikhAbdulQadirJaelani #manaqib  #SyeikhAbdulQadirJaelani #AbdulQodirJaelani
Admin Nasihat Sahabat

Artikel Terbaru

30 KIAT AGAR HAWA NAFSU BISA TERKENDALI DAN JAUH DARI DOSA

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   30 KIAT AGAR HAWA NAFSU BISA TERKENDALI DAN JAUH DARI DOSA   Di…

7 hours lalu

KANG CEPI DI ANTARA KEBODOHAN DAN KEKUFURAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   KANG CEPI DI ANTARA KEBODOHAN DAN KEKUFURAN   Banyaknya para dai penyesat umat…

7 hours lalu

JANGAN SEDIH JIKA DOA-DOAMU BELUM KUNJUNG TERKABUL

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   JANGAN SEDIH JIKA DOA-DOAMU BELUM KUNJUNG TERKABUL   Jangan sedih jika doa-doamu belum…

8 hours lalu

PILIH GURU TAK BISA BURU-BURU

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   PILIH GURU TAK BISA BURU-BURU Saat awal berhijrah, begitu semangat mencari ilmu agama.…

8 hours lalu

UNTAIAN MUTIARA DARI PARA SALAF TENTANG ILMU

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   UNTAIAN MUTIARA DARI PARA SALAF TENTANG ILMU Di antara perkataan dari para Salaf…

9 hours lalu

KRITIKAN UNTUK USTADZ ADI HIDAYAT

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ   KRITIKAN UNTUK USTADZ ADI HIDAYAT   Dalam ceramah yang disampaikan oleh ustadz Adi…

9 hours lalu