Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Pada suatu hari aku pernah berada di belakang Nabi ﷺ, lalu beliau bersabda:
‘Wahai anak muda! Sesungguhnya aku akan mengajarkan beberapa kalimat kepadamu:
• Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.
• Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu.
• Jika engkau mau meminta, mintalah kepada Allah.
• Jika engkau mau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah.
Ketahuilah, apabila semua umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak bisa memberikan manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka pun berkumpul untuk menimpakan bahaya kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak dapat membahayakanmu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah kering.’” [HR. Tirmidzi, dan ia berkata bahwa hadis ini Hasan Sahih]
Dalam riwayat selain riwayat Tirmidzi:
“Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah di saat senang, niscaya Allah mengenalmu di saat susah. Ketahuilah, bahwa apa saja yang luput darimu, maka tidak akan pernah menimpamu. Dan apa yang menimpamu, maka tidak akan pernah luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran, kelapangan itu bersama kesulitan, dan bersama kesulitan itu ada kemudahan.” [HR. Tirmidzi, no. 2516; Ahmad, 1:293; Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 14:408. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dalam tahqiqnya terhadap Musnad Imam Ahmad menyatakan bahwa hadis ini sanadnya kuat]
Penjelasan Hadis
Yang dimaksud menjaga hak Allah di sini adalah menjaga batasan-batasan, hak-hak, perintah, dan larangan-larangan Allah.
Bentuk menjaga hak Allah seperti:
a) Menjalankan salat. Bahkan ini adalah bentuk perkara yang paling penting untuk dijaga.
b) Menjaga bersuci, karena bersuci adalah pembuka salat.
c) Menjaga kepala dan perut. Bentuk menjaga kepala adalah menjaga pendengaran, penglihatan, dan lisan dari berbagai keharaman. Sedangkan bentuk menjaga perut adalah menjaga apa yang ada di dalamnya, yaitu menjaga hati dari perkara haram, serta menjaga perut dari dimasuki makanan dan minuman yang haram.
d) Menjaga lisan dan kemaluan.
e) Belajar ilmu agama, sehingga bisa menjalankan ibadah dan muamalah dengan baik, serta berdakwah dengan ilmu untuk diajarkan pada yang lain.
Balasan dari menjaga hak Allah adalah akan mendapatkan penjagaan dari Allah, di antara bentuknya:
a) Allah akan menjaga untuk urusan dunianya, akan diberi penjagaan pada badan, anak, keluarga, dan harta.
b) Jika ia menjaga hak Allah pada waktu muda dan kuat, Allah akan menjaganya pada waktu tua dan lemah.
c) Keturunannya akan dijaga.
d) Akan dijaga dari gangguan jahat.
e) Allah akan menjaga agama dan iman, serta diselamatkan dari syubhat dan syahwat.
Kalimat hadis “Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu”, maksudnya adalah siapa yang menjaga aturan Allah dan memerhatikan hak-Nya, ia akan mendapati Allah dalam setiap keadaan, di mana Allah akan menolong, menjaga, dan memberi taufik padanya.
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa, dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” [QS. An-Nahl: 128]
Yang dimaksud di sini adalah ma’iyah khashshah, yaitu kebersamaan yang khusus. Konsekuensinya Allah beri pertolongan dan penjagaan.
Adapun bagian hadis “Kenalilah Allah di saat senang, niscaya Allah mengenalmu di saat susah”, maka ada bentuk mengenal Allah terbagi dua:
a) Mengenal Allah secara umum, yaitu membenarkan dan beriman sebagaimana yang dilakukan umumnya orang beriman.
b) Mengenal Allah secara khusus, yaitu segala kecondongan hati hanya kepada Allah.
Adapun balasannya dengan Allah mengenal kita ada dua macam:
a) Allah mengenal secara umum dengan mengilmui dan mengetahui kita secara lahir dan batin.
b) Allah mengenal secara khusus dengan mencintai, mengabulkan doa, menyelamatkan kita kala mengalami kesulitan.
Adapun bagian hadis “Jika engkau mau meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau mau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah”, ini sama maknanya dengan ayat:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” [QS. Al-Fatihah: 5]
Kalimat ini “Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah kering” menunjukkan, bahwa takdir sudah dicatat seluruhnya.
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah menerangkan ada dua tingkatan seorang Mukmin dalam menghadapi musibah:
a) Rida pada takdir,
b) Sabar dalam menghadapi musibah.
Bedanya, sabar itu menahan diri dari murka, namun tetap masih merasakan sakit. Sedangkan rida itu hatinya lapang dalam menerima takdir, dan rasa yakinnya begitu besar hingga mengalahkan rasa sakitnya.” [Lihat Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:488]
Faidah Hadis
Pertama: Siapa yang menjaga batasan Allah, maka Allah akan menjaga dunia dan agamanya.
Kedua: Siapa saja yang tidak memerhatikan batasan dan aturan Allah, maka ia tidak mendapatkan penjagaan dari Allah, sebagaimana dalam ayat disebutkan:
نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ
“Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan (artinya: meninggalkan) mereka.” [QS. At-Taubah: 67]
Ketiga: Al-jazaa’ min jinsil ‘amal, balasan itu sesuai dengan amal perbuatan. Artinya, amalan menjaga hak Allah, dibalas pula dengan penjagaan dari Allah.
Keempat: Hamba hendaklah mengkhususkan ibadah dan istianah (meminta pertolongan) hanya kepada Allah.
Kelima: Hadis ini mengajarkan bagaimanakah mengimani takdir.
Keenam: Hamba atau makhluk tidak bisa memberi manfaat, dan tidak bisa mendatangkan mudarat kecuali manfaat dan mudarat tadi ditetapkan oleh Allah.
Ketujuh: Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi. Yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi. Maa sya-a Allah kaana, wa maa lam yasya’ lam yakun.
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [QS. Al-Insan: 30]
Kedelapan: Akibat dari sabar adalah datang kemenangan.
Kesembilan: Di balik kesulitan ada kelapangan dan kemudahan.
“Seandainya kesulitan itu datang dan masuk dalam lubang ini, maka akan datang kemudahan, dan ia turut masuk ke dalam lubang tersebut, sampai ia mengeluarkan kesulitan tadi.” [Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:597]
Kesepuluh: Hadis ini menunjukkan, bagaimanakah tawadhu’ (rendah hati) Rasulullah ﷺ karena mau bergaul dengan anak muda. Juga hadis ini menunjukkan sikap baik beliau pada Ibnu ‘Abbas yang masih muda.
Kesebelas: Yang disampaikan adalah suatu yang penting. Karenanya di awal hadis disebutkan kepada Ibnu ‘Abbas: “Sesungguhnya aku akan mengajarkan beberapa kalimat kepadamu”.
Referensi:
• Fath Al-Qawi Al-Matin fi Syarh Al-Arba’in wa Tatimmah Al-Khamsin li An-Nawawi wa Ibni Rajab rahimahumallah. Cetakan kedua, Tahun 1430 H. Syaikh ‘Abdul Muhsin bin Hamad Al-‘Abbad Al-Badr. Penerbit Dar Ibnul Qayyim dan Dar Ibnu ‘Affan.
• Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam. Cetakan kesepuluh, Tahun 1432 H. Ibnu Rajab Al-Hambali. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
• Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya.
• Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim.Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.