>> Semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak
Mengapa diri ini selalu menyibukkan diri dengan membicarakan aib orang lain, sedangkan aib besar yang ada di depan mata tidak diperhatikan. Akhirnya diri ini pun sibuk menggunjing, membicarakan aib saudaranya, padahal ia tidak suka dibicarakan. Jika dibanding-bandingkan diri kita dan orang yang digunjing, boleh jadi dia lebih mulia di sisi Allah. Demikianlah hati ini seringkali tersibukkan dengan hal yang sia-sia. Semut di seberang lautan seakan nampak, namun gajah di pelupuk mata seakan-akan tak nampak. Artinya aib yang ada di diri kita sendiri jarang kita perhatikan.
Sebelum membicarakan jelek saudaramu, coba pikirkan hadis ini. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya, tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” [HR. Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no. 592, riwayat yang Shahih]
Maksud perkataan sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di atas adalah sama seperti pepatah dalam bahasa kita “Semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak.”
Artinya, aib orang lain sebenarnya kita tidak tahu seluruhnya. Selalu kita katakan mereka jelek, mereka sombong, mereka sok alim, dan cap jelek lainnya. Sedangkan aib kita, kita yang lebih tahu. Kalau aib orang lain kita hanya tahunya “kecil”, makanya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ungkapkan dengan istilah “kotoran kecil di mata”. Namun aib kita, kita yang lebih tahu akan “besarnya”, maka dipakai dalam hadis dengan kata “kayu besar”. Sebenarnya kita yang lebih tahu akan kekurangan kita yang begitu banyak.
Wejangan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di atas amatlah bagus. Yang seharusnya kita pikirkan adalah aib kita sendiri yang begitu banyak. Tidak perlu kita bercapek-capek memikirkan aib orang lain, atau bahkan menceritakan aib saudara kita di hadapan orang lain. Aib kita, kitalah yang lebih tahu. Adapun aib orang lain, sungguh kita tidak mengetahui seluk beluk hati mereka.
‘Abdullah Al Muzani mengatakan:
“Jika iblis memberikan was-was kepadamu, bahwa engkau lebih mulia dari muslim lainnya, maka perhatikanlah. Jika ada orang lain yang lebih tua darimu, maka seharusnya engkau katakan: “Orang tersebut telah lebih dahulu beriman dan beramal saleh dariku, maka ia lebih baik dariku.” Jika ada orang lainnya yang lebih muda darimu, maka seharusnya engkau katakan: “Aku telah lebih dulu bermaksiat dan berlumuran dosa, serta lebih pantas mendapatkan siksa dibanding dirinya. Maka ia sebenarnya lebih baik dariku.” Demikianlah sikap yang seharusnya engkau perhatikan ketika engkau melihat yang lebih tua atau yang lebih muda darimu.” [Hilyatul Awliya’, Abu Nu’aim Al Ashbahani, Mawqi’ Al Waroq, 1/310]
Silakan di-share, semoga bisa membuat kita lebih semangat dalam berbuat kebaikan.
Penulis: Al-Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc hafizhahullah