“Kiamat tidaklah terjadi, hingga manusia berbangga-bangga dalam membangun masjid [HR. Abu Daud. Lihat, Shahîh Abi Daud, no. 432]
Inilah yang sedang kita saksikan dan lihat saat ini. Banyak kaum Muslimin yang membangga-banggakan dan berlomba-lomba dalam menghiasi dan memercantik masjid-masjid mereka. Padahal keutamaan membangun masjid akan didapatkan oleh siapapun juga, selama dia ikhlas karena Allah ﷻ, sekalipun masjid yang dibangunnya kecil.
Anas Radhiyallahu anhu mengatakan, “Mereka merasa bangga dengan masjid-masjid, namun mereka tidak memakmurkan, kecuali sedikit saja.”
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah. Maka merekalah yang termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat petunjuk (dari Allah taala).” [QS At-Taubah: 18]
Ayat yang mulia ini menunjukkan besarnya keutamaan memakmurkan masjid yang didirikan karena Allah taala, dalam semua bentuk pemakmuran masjid. Bahkan perbuatan terpuji ini merupakan bukti benarnya iman dalam hati seorang hamba.
Apakah Hakikat Memakmurkan Masjid?
Makna memakmurkan masjid adalah menetapinya untuk melaksanakan ibadah di dalamnya, dalam rangka mencari keridaan-Nya. Misalnya salat, berzikir kepada Allah ﷻ dan memelajari ilmu agama. Juga termasuk maknanya adalah membangun masjid, menjaga dan memeliharanya [Lihat kitab “Aisarut Tafaasiir” (2/66)]
Dua makna inilah yang diungkapkan oleh para ulama ahli tafsir ketika menafsirkan ayat dia atas.
Imam Ibnul Jauzi berkata:
“Yang dimaksud dengan memakmurkan masjid (dalam ayat di atas) ada dua pendapat:
a. Selalu mendatangi masjid dan berdiam di dalamnya (untuk beribadah kepada Allah taala)
b. Membangun masjid dan memerbaikinya” [Kitab “Zaadul Masiir” (3/408)]
Maka hakikat memakmurkan masjid adalah mencakup semua amal ibadah dan ketaatan kepada Allah taala yang diperintahkan atau dianjurkan dalam Islam, untuk dilaksanakan di masjid.