Ikhlas dari kata خلص – يخلص yang artinya: murni; bersih. Dalam istilah syari, ikhlas artinya memurnikan amalan hanya untuk Allah semata, menyembah Allah semata. Ikhlas semakna dengan tauhid. Maka lawan dari ikhlas adalah syirik dan riya.
Sebagian orang ketika marah mengatakan: ‘Saya tidak ikhlas!’ Ini perkara yang keliru dan perlu diluruskan. Karena ‘Saya tidak ikhlas’ sama artinya dengan ‘Saya riya’ atau ‘Saya berbuat syirik’. Menjadi fatal akibatnya.
Menurut saya, orang yang sudah belajar tauhid dan akidah dengan benar, tidak selayaknya menggunakan istilah ‘ikhlas’ secara keliru, karena ini masalah fundamental.
Adapun orang-orang awam mereka mengatakan ‘Saya tidak ikhlas’, ikhlas di sini maknanya adalah rida; rela; legowo. Sebagaimana kata ‘ikhlas’ ini memang bermakna demikian dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jadi ‘Saya tidak ikhlas’ artinya: ‘Saya tidak rida’ atau ‘Saya tidak rela’. Juga perkataan ‘Diikhlaskan saja kepergian suamimu’, maknanya ‘Direlakan saja kepergian suamimu’.
Namun sekali lagi, hemat saya, makna ini PERLU DILURUSKAN, dan kita mesti kembalikan makna ‘ikhlas’ sesuai makna syari, karena akan menimbulkan banyak kerancuan ketika mengajarkan masalah akidah. Perkara ikhlas adalah pokok agama. Jangan sampai dianggap remeh, karena orang memahami ikhlas = rela.