Wahai Rasulullah, jika aku menjumpai satu malam yang merupakan Lailatul Qadar, apa yang harus aku ucapkan di malam itu? Beliau ﷺ menjawab: Ucapkanlah: ALLAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ‘ANNII.” [HR. Ahmad 25384, At-Turmudzi 3513, Ibn Majah 3850, An-Nasai dalam Amal Al-yaum wa lailah, dan Al-Baihaqi dalam Syua’bul Iman 3426. Hadis ini dinilai Sahih oleh Al-Albani]
Ibnu Rajab rahimahullah juga memberi penjelasan menarik:
و إنما أمر بسؤال العفو في ليلة القدر بعد الإجتهاد في الأعمال فيها و في ليالي العشر لأن العارفين يجتهدون في الأعمال ثم لا يرون لأنفسهم عملا صالحا و لا حالا و لا مقالا فيرجعون إلى سؤال العفو كحال المذنب المقصر
“Dianjurkan banyak meminta maaf atau ampunan pada Allah di malam Lailatul Qadar, setelah sebelumnya giat beramal di malam-malam Ramadan, dan juga di sepuluh malam terakhir. Karena orang yang arif adalah yang bersungguh-sungguh dalam beramal, namun dia masih menganggap bahwa amalan yang ia lakukan bukanlah amalan, keadaan, atau ucapan yang baik (saleh). Oleh karenanya ia banyak meminta ampun pada Allah, seperti orang yang penuh kekurangan karena dosa.”
Yahya bin Mu’adz pernah berkata:
ليس بعارف من لم يكن غاية أمله من الله العفو
“Bukanlah orang yang arif jika ia tidak pernah mengharap ampunan Allah.” [Lathoiful Ma’arif, hal. 362-363]
Hadis ‘Aisyah di atas juga menunjukkan bahwa doa di malam Lailatul Qadar adalah doa yang mustajab, sehingga dia bertanya pada Rasulullah ﷺ mengenai doa apa yang mesti dipanjatkan di malam tersebut.