Rasulullah ﷺ pernah ditanya oleh seorang sahabat:”Wahai Rasulullah, sesungguhnya Fulanah rajin shalat malam, rajin pula shaum pada siang hari dan gemar bersedekah, tapi dia menyakiti tetangganya dengan lisannya! Maka beliau ﷺ menjawab:
Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk penghuni Neraka”. Lalu sahabat itu bertanya lagi:”Fulanah (wanita) yang lain rajin shalat fardhu, gemar bersedekah dengan sepotong keju dan tidak pernah menyakiti seorang pun. Maka beliau ﷺ menjawab:”Dia termasuk penduduk Surga. [HR Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad no: 119 dan dishahihkan oleh Al Albani. Lihat Min Adabil Islam hal. 32]
Lisan merupakan salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Lisan merupakan anggota badan manusia yang cukup kecil jika dibandingkan anggota badan yang lain. Akan tetapi ia dapat menyebabkan pemiliknya ditetapkan sebagai penduduk Surga, atau bahkan dapat menyebabkan pemiliknya dilemparkan ke dalam api Neraka.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya setiap Muslim memperhatikan apa yang dikatakan oleh lisannya, karena bisa jadi seseorang menganggap suatu perkataan hanyalah kata-kata yang ringan dan sepele, namun ternyata hal itu merupakan sesuatu yang mendatangkan murka Allah taala.
Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان الله , لا يلقي لها بالا , يرفعه الله بها درجات , و إن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الله , لا يلقي لها بالا يهوي بها في جهنم
“Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api Neraka.” [HR. Bukhari dan Muslim]