Di antara hal yang menambah ketegangan kehidupan rumah tangga sepasang suami istri ketika dalam keadaan berselisih adalah masing-masing angkat bicara dalam keadaan emosi dan marah. Ketika istrinya angkat suara dalam keadaan marah, sang suami merasa istrinya melawannya, sehingga keadaan menjadi bertambah keruh.
Maka langkah yang cerdik dan jitu yang seharusnya dilakukan oleh seorang istri salehah adalah dengan diam sejenak menunggu waktu yang pas setelah meredanya amarah suaminya. Baru setelah itu ia mengutarakan apa yang ia ingin katakan dengan baik, atau sekadar untuk minta maaf, dan memerlihatkan kebutuhan dan kecintaan dirinya kepada suaminya.
Maka insyaAllah kita akan melihat hasil yang menakjubkan dari suami kita, jika kita selalu berusaha bersabar dan melakukan tindakan di atas. Berbeda halnya jika kita menumpahkan apa yang ingin kita tumpahkan bersamaan dengan luapan emosi dan amarah. Maka penyesalan sajalah yang kita dapatkan setelahnya.
Diriwayatkan dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
وَإِذَا غَضِبْتَ فَاسْكُتْ ، مَرَّتَيْنِ
“… Jika engkau sedang marah, maka diamlah. (Diucapkan dua kali).” [HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad : 1320, dan disahihkan oleh Syaikh Al-Albani]
Yang diinginkan di sini adalah diamnya istri ketika suami sedang marah, sampai suami reda amarahnya. Lalu setelah itu perlihatkan rasa cinta kita kepada suami dan permintaan maaf kepadanya. Lalu jika ada yang ingin kita utarakan, maka utarakan dengan baik, disertai dengan kesabaran. Dengan demikian semoga kita akan mendapati hasil yang menakjubkan dari sang suami dengan izin Allah ﷻ.
Sungguh indah perkataan Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu kepada istrinya:
“Jika kamu melihatku sedang marah, maka maafkanlah aku.
Begitu pun jika aku melihatmu sedang marah, maka aku akan memaafkanmu.
Jika tidak demikian, mustahil kita akan bisa beriringan (dalam rumah tangga).”
روضة العقلاء و نزهة الفضلاء (ص: 24، بترقيم الشاملة آليا)
أنبأنا الحسن بن سفيان، حدثنا إبراهيم الحواراني، حدثنا أبو مسهر، حدثنا سهل بن هاشم عن إبراهيم بن أدهم قال:
قال أبو الدرداء لأم الدرداء إذا غضبتُ فرضَّيني، وإذا غضبتِ رضَّيتك، فإذا لم نكن هكذا ما أسرعَ ما نفترق
Abu Darda juga berkata:
“Jika aku sedang marah, maka redakanlah amarahku.
Jika engkau lagi marah, maka aku berupaya untuk meredakan amarahmu.
Jika kita tidak melakukan hal ini, maka bahtera rumah tangga kita akan cepat karam.” [Raudhatul Uqala karya Ibnu Hibban al Busti hal 24]
Semoga Allah menjaga rumah tangga-rumah tangga kita dan kaum Muslimin, dan menjadikan kita bisa bermuamalah dengan sebaik-baiknya kepada pasangan hidup kita. Aamiin.