“Maksiat yang dilakukan di waktu mulia atau di tempat mulia itu, nilai maksiat dan hukumannya lebih besar berbanding lurus dengan kemuliaan waktu dan tempat.” [Al-Adab asy-Syar’iyyah karya Ibnu Muflih al-Hanbali 4/77, Muassasah ar-Risalah]
• Amal saleh di waktu mulia pahalanya dilipatgandakan.
• Sebaliknya maksiat di waktu mulia semisal Ramadan, dosanya lebih besar dibandingkan di luar Ramadan.
• Aktivitas pacaran di bulan Ramadan dosanya lebih besar dibandingkan dosa pacaran di luar bulan Ramadan, tanpa bermaksud meremehkan dosa pacaran di luar bulan Ramadan.
Bedanya:
• Amal saleh di waktu mulia itu pahalanya lebih besar dari sisi kualitas dan kuantitas pahala.
• Sedangkan maksiat di waktu mulia, dosanya lebih besar dari sisi kualitas tanpa kuantitas.
• Artinya satu maksiat tetap dinilai satu maksiat. Hanya saja kadar dosanya lebih berat.
• Kadar berat dosa di waktu mulia bertingkat-tingkat, sebagaimana kemuliaan waktu tersebut.
• Maksiat di awal Ramadan, dosanya lebih besar dibandingkan maksiat di luar Ramadan.
• Maksiat di sepuluh hari terakhir Ramadan, dosanya lebih besar lagi.
• Maksiat saat Lailatul Qadar, dosanya lebih besar lagi.
• Ketentuan semisal juga berlaku untuk tempat mulia.
• Maksiat di masjid dosanya lebih besar dibandingkan jika dilakukan di selain masjid.
• Maksiat di Masjid Nabawi, dosanya lebih besar lagi.
• Maksiat di Masjidil Haram, dosanya lebih ngeri lagi.
Semoga Allah ﷻ ampuni dosa-dosa penulis dan semua pembaca tulisan ini dengan kasih sayang dan kemurahan-Nya.
Penulis: Ustadz Aris Munandar SS M.P.I حفظه الله تعالى (Pondok Pesantren Hamalatul Quran Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta)