MAKNA AR-RABB DAN PEMBAGIAN SIFAT RUBBUBIYAH ALLAH
Makna Ar-Rabb Secara Bahasa
Ibnu Faris rahimahullah berkata, “Kata Rabb menunjukkan beberapa arti pokok, yang pertama: memperbaiki dan mengurus sesuatu. Maka Rabb berarti yang menguasai, menciptakan dan memiliki, juga berarti dzat yang memperbaiki (mengurus) sesuatu [Mu’jamu Maqayisil Lughah 2/313].
Sementara Ibnul Atsir rahimahullah menyatakan, “Kata Rabb secara bahasa diartikan pemilik, penguasa, pengatur, pembina, pengurus dan pemberi nikmat. Kata ini tidak boleh digunakan dengan tanpa digandengkan (dengan kata yang lain) kecuali untuk Allah Azza wa Jalla (semata). Dan kalau digunakan untuk selain-Nya maka (harus) diiringi (dengan kata lain). Misalnya: Rabbu Kadza (Pemilik barang ini)[ An-Nihayah fi Gharibil Hadis wal Atsar 2/450].
Lebih lanjut, Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah memaparkan: “(Kata) Rabb dalam bahasa Arab memliki beberapa (pemakaian) arti. Penguasa yang ditaati di kalangan orang-orang Arab disebut rabb …, orang yang memperbaiki sesuatu dinamakan rabb …, (demikian) juga orang yang memiliki sesuatu dinamakan rabb. Terkadang kata ini juga digunakan untuk beberapa arti selain arti di atas, akan tetapi semuanya kembali pada tiga arti tersebut. Maka Rabb kita (Allah Azza wa Jalla) yang maha agung pujian-Nya adalah penguasa yang tidak ada satu pun yang menyamai dan menandingi kekuasaan-Nya, dan Dialah yang memperbaiki (mengatur semua) urusan makhluk-Nya dengan berbagai nikmat yang dilimpahkan-Nya kepada mereka, serta Dialah pemilik (alam semesta beserta isinya) yang memiliki (kekuasan mutlak dalam) menciptakan dan memerintahkan (mengatur)” [Tafsir ath-Thabari 1/89] .
Penjabaran Makna Nama Allah Ar-Rabb
Rabb adalah Murabbi (Yang Maha Memelihara dan Mengurus) seluruh makhluk-Nya dengan mengatur urusan dan (melimpahkan) berbagai macam nikmat (kepada mereka) [Ucapan Syaikh ‘Abdurrahman as-Sa’di dalam Tafsiirul Asma-Illahil Husna hlm. 47]. Maka Rabb adalah Yang Maha Pencipta sekaligus Penguasa dan Pengatur alam semesta beserta isinya [Lihat keterangan syaikh al-‘Utsaimin dalam kitab “Syarhul arba’iin an-Nawaawiyyah” (hal.43)].
Makna Rabb adalah yang memiliki sifat Rububiyah terhadap seluruh makhluk-Nya dalam hal menciptakan, menguasai, berbuat sekehendak-Nya dan mengatur mereka.
Nama Allah Azza wa Jalla yang mulia ini termasuk nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengandung beberapa arti, bukan hanya satu arti. Bahkan nama ini jika disebutkan sendirian tanpa nama Allah Jalla Jalaluhu lainnya, kandungannya mencakup semua nama Allah yang maha indah dan sifat-Nya yang maha sempurna [Fiqhul Asma-il Husna hlm. 79].
Dalam hal ini, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata: “Sesungguhnya pengertian -Rabb adalah (Dzat) Yang Maha Kuasa, yang mengadakan, pencipta, pembentuk rupa, yang maha hidup lagi berdiri sendiri dan menegakkan urusan makhluk-Nya, maha mengetahui, mendengar, melihat, luas kebaikan-Nya, pemberi nikmat, pemurah, Maha Memberi dan Menghalangi, yang memberi manfaat dan celaka, yang mendahulukan dan mengakhirkan, yang memberi petunjuk dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya (sesuai dengan hikmah-Nya yang agung), yang menganugerahkan kebahagiaan dan menyengsarakan siapa yang dikehendaki-Nya, yang memuliakan dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya, dan semua makna Rububiyah lainnya yang berhak dimiliki-Nya dari (kandungan) nama-nama-Nya Yang Maha Indah” [Bada-i’ul fawa-id 2/473].
Sifat Rububiyah Allah Azza wa Jalla ini meliputi seluruh alam semesta beserta isinya, karena Dialah yang memelihara dan mengatur semua makhluk dengan berbagai macam nikmat yang dilimpahkan-Nya kepada mereka, Dialah yang menciptakan mereka dengan kehendak dan kekuasaan-Nya, Dialah yang menyediakan semua kebutuhan makhluk-Nya, dan Dialah yang memberikan kepada semua makhluk penciptaan yang sesuai dengan keadaan mereka kemuadian memberi petunjuk kepada mereka untuk kebaikan dalam hidup mereka [Fiqhul Asma-il Husna hlm. 80].
PEMBAGIAN SIFAT RUBUBIYAH ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA
Sifat Rububiyah Allah Subhanahu wa Ta’ala ada dua macam:
1. Rububiyah umum yang mencakup semua makhluk, baik yang taat maupun yang selalu berbuat maksiat, yang beriman maupun kafir, yang berbahagia maupun celaka, yang mendapat petunjuk maupun yang sesat. Rububiyah ini berarti menciptakan, memberi rezeki, mengatur, melimpahkan berbagai macam nikmat, memberi dan menghalangi, meninggikan dan merendahkan, menghidupkan dan mematikan, mamberi kekuasaan dan menghilangkannya, melapangkan dan menyempitkan, melapangkan semua penderitaan, menolong orang yang kesusahan dan memenuhi permohonan orang yang ditimpa kesulitan. Ini semua berlaku umum untuk selauruh makhluk-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ
Semua yang ada di langit di bumi selalu meminta kepada-Nya, setiap hari Dia (memenuhi) semua kebutuhan (makhluk-Nya) [ar-Rahman/55:29]
2. Rububiyah yang khusus bagi para kekasih dan orang-orang yang dicintai-Nya, yaitu dengan menjaga dan memberi taufik kepada mereka untuk beriman dan melaksanakan ketaatan kepada-Nya, serta melimpahkan kepada mereka ilmu ma’rifatullah (mengenal Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya) dan (memberi taufik) kepada mereka untuk selalu kembali/bertobat kepada-Nya, mengeluarkan mereka dari berbagai macam kegelapan (kesesatan) menuju cahaya (petunjuk-Nya), dan memudahkan mereka untuk melakukan semua kebaikan serta menjaga mereka dari semua keburukan [Lihat kitab “Fiqhul asma-il husna” (hal. 80-81)].
Syaikh ‘Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata: “(Rubuubiyah) yang bersifat lebih khusus dari itu bermakna penjagaan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya yang shaleh dengan memperbaiki hati, jiwa dan akhlak mereka [Kitab “Tafsiirul asma-illahil husna” (hal. 47)].”
Inilah rahasia mengapa mayoritas doa yang diucapkan hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang shaleh, yang disebutkan dalam al-Qur’an selalu diawali dengan nama Rabb (misalnya: Wahai Rabb kami, atau wahai Rabbku). Karena mereka sangat mengharapkan makna yang khusus dari sifat Rububiyah ini, sehingga isi doa mereka pun tidak lepas dari makna yang dijelaskan di atas [Lihat kitab “Tafsiirul asma-illahil husna” (hal. 47) dan “Fiqhul asma-il husna” (hal. 81)].
Leave A Comment