بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
KISAH PEMUJA LGBT YANG BERAKHIR TRAGIS
Penulis: Abu Ubaidillah Al-Atsariy
Maraknya isu-isu LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender) akhir-akhir ini membuat kaum Muslimin terheran-heran. Mereka heran dengan para pengidap, pendukung, dan pemuja penyakit aneh ini. Seakan mereka lupa, bahwa mereka adalah manusia dan bukan hewan. Yang lebih aneh lagi adalah, ketika sebagian orang yang mengklaim dirinya atau diklaim sebagai tokoh cendekiawan, malah dengan ringan mengatakan, bahwa Islam tidak melarang LGBT. Maka berikut kami sajikan sebuah kisah nyata Nasib Tragis Pemuja Homoseksual (baca LGBT)
Pemuja LGBT Di Negeri Sodom
Kaum Nabi Luth adalah kaum yang tinggal di kota Sodom -di laut tengah- dan kota-kota sekitarnya di Yordania. Kota tersebut terletak di jalan menuju Syam, yang dikenal pada zaman sekarang dengan daerah Laut Mati atau Danau Luth. Mereka adalah orang-orang yang memiliki niat yang jahat, paling kafir dan manusia terburuk. Batin mereka dan jalan kehidupan mereka paling hina dan rendah. Mereka meninggalkan jalan yang benar, lalu menempuh jalan yang belum pernah diketahui ada manusia yang melakukan sebelumnya. Mereka melakukan perbuatan kemungkaran di tempat pertemuan mereka. Lebih dari itu, mereka tidak saling melarang dari apa yang mereka lakukan. Membuat kekejian baru yang tidak pernah dilakukan oleh anak Adam sebelumnya, yaitu mendatangi dan menggauli sesame kaum laki-laki untuk melepaskan syahwat -homoseksual-.
Mereka justru meninggalkan para wanita yang Allah ﷻ ciptakan untuk para hamba-Nya.
Ajakan Nabi Luth ‘alaihissalam
Datanglah Nabi Luth ‘alaihissalam untuk menyeru mereka, agar beribadah hanya kepada Allah, dan tidak ada serikat bagi-Nya. Beliau juga melarang mereka dari perbuatan haram, keji dan mungkar, serta menjijikkan ini. Namun kaum Nabi Luth tetap memilih kesesatan dan pelanggaran. Mereka terus menerus di atas dosa, kejahatan dan kekafiran, sehingga Allah ﷻ menimpakan kepada mereka hukuman dan siksaan yang tidak bisa dihindari. Hukuman dan siksaan yang belum pernah terbetik di dalam benak dan hati manusia. Allah ﷻ jadikan mereka sebagai pelajaran bagi semua orang di alam ini. Allah ﷻ abadikan kisah mereka sebagai pelajaran dan petuah bagi yang masih memiliki akal. Oleh karena itu Allah ﷻ menyebutkan kisah mereka lebih dari satu tempat di dalam kitab-Nya yang nyata. Allah berfirman:
“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala Luth berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji (homoseksual), yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun sebelummu?” Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu, bukan kepada wanita. Malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri. Kemudian Kami selamatkan Luth dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia (istri Luth – penj) termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu). Maka perhatikanlah, bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu” [QS. Al A’raf: 80-84]
Allah ﷻ juga berfirman:
“Maka tatkala para utusan itu datang kepada kaum Luth, beserta pengikut-pengikutnya, ia berkata: “Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang tidak dikenal. Para utusan menjawab: “Sebenarnya kami ini datang kepadamu dengan membawa azab yang selalu mereka dustakan. Dan kami datang kepadamu membawa kebenaran dan sesungguhnya kami betul-betul orang-orang benar.
Maka pergilah kamu di akhir malam dengan membawa keluargamu, dan ikutlah mereka dari belakang dan janganlah seorang pun di antara kamu menoleh kebelakang dan teruskanlah perjalanan ke tempat yang di perintahkan kepadamu. Dan telah Kami wahyukan kepadanya (Luth) perkara itu, yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu Subuh. Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata: “Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku), dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina. Mereka berkata: “Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?”
Luth berkata: “Inilah putri-putriku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)”. (Allah berfirman): “Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)”. Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah), bagi orang-orang yang memerhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia)” [QS. Al- Hijr: 61-76]
Di dalam ayat yang lain Allah ﷻ berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan sesungguhnya dia (Luth) telah memeringatkan mereka akan azab-azab Kami, maka mereka mendustakan ancaman-ancaman itu. Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal. Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku” [QS. Al Qamar: 34-39].
Penjelasan Alim Ulama
Para ahli tafsir menjelaskan, bahwa setelah para malaikat itu –Jibril, Mikail dan Israfil– beranjak pergi dari kediaman Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, maka mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai di kota Sodom. Para malaikat itu berpenampilan sebagai para pemuda tampan rupawan. Dan ini dalam rangka memberikan ujian dari Allah ﷻ kepada kaum Nabi Luth dan menegakkan hujjah atas mereka. Para malaikat itu kemudian bertemu di rumah Nabi Luth. Peristiwa ini terjadi sesaat sebelum tenggelamnya matahari. Nabi Luth ‘alaihissalam khawatir bila ia tidak menerimanya sebagai tamu. Karena orang selain beliau dari kaumnya yang akan menerimanya sebagai tamu. Sementara Nabi Luth ‘alaihissalam menyangka bahwa mereka adalah manusia biasa. Oleh karena itu disebutkan di dalam al-Quran:
سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالَ هَٰذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ
“….Nabi Luth merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: “Ini adalah hari yang amat sulit” [QS. Hud: 77].
Abdullah bin Abbas, Mujahid, Qatadah, dan Muhammad bin Ishaq menyatakan:
Ini adalah ujian berat bagi Nabi Luth ‘alaihissalam. Hal ini karena beliau harus melindungi dan membela tamu-tamu itu pada malam tersebut. Sebagaimana yang biasa dilakukan oleh beliau kepada tamu-tamu yang lain. Sementara kaum Nabi Luth berpesan kepada beliau agar tidak menerima seorang tamu pun berkunjung ke rumahnya. Namun Nabi Luth ‘alaihissalam memandang dirinya tidak bisa menghindarinya, mau tak mau beliau harus menerima dan melindungi tamu-tamu tersebut.
Qotadah rahimahullah menyebutkan, bahwa ketika para malaikat ini dating, Nabi Luth ‘alaihissalam sedang berada di ladang tempat beliau bekerja. Maka datanglah para malaikat yang berwujud manusia itu hendak bertamu kepada beliau. Namun Nabi Luth ‘alaihissalam merasa malu, yang akhirnya beliau berjalan di depan mereka belum mulai mengucapkan sesuatu yang mengisyaratkan agar mereka meninggalkan kota tersebut dan singgah di kota lain.
“Mereka itu adalah penduduk yang aku tidak mengetahui di bumi ini ada penduduk yang lebih buruk dan lebih keji dari mereka” demikian ujar Nabi Luth ‘alaihissalam kepada para tamunya. Kemudian Nabi Luth ‘alaihissalam berjalan dan mengulangi lagi ucapannya. Demikian diulang-ulang terus oleh Nabi Luth sebanyak empat kali.
Qotadah mengatakan “Malaikat itu diperintahkan oleh Allah agar tidak membinasakan kaum tersebut sehingga nabi mereka menyaksikannya”
Kedatangan Orang-Orang Dzalim Ke Rumah Nabi Luth ‘Alaihissalam.
Allah ﷻ berfirman:
وَجَاءَ أَهْلُ الْمَدِينَةِ يَسْتَبْشِرُونَ
“Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira, (karena) kedatangan tamu-tamu itu” [QS. Al Hijr: 67].
Sebelumnya telah terdengar dari mulut ke mulut, bahwa di rumah Nabi Luth ‘alaihissalam ada beberapa pemuda berwajah tampan. Merekapun sangat senang karena di rumah tersebut ada mangsa untuk melampiaskan hawa nafsu mereka.
Pengungkapan dan penggambaran al Qur’an itu menunjukkan puncak kekejian, kejelekan, serta keburukan yang telah menguasai kaum Nabi Luth. Sungguh mereka telah mencapai puncak kekotoran, kejahatan, dosa, keganjilan, dan kelainan. Hal ini terungkap dari pandangan para penduduk kota tersebut yang datang secara berkelompok-kelompok bersuka cita dan bergembira siap mendatangi para pemuda dengan terang-terangan.
Terang-terangan Melakukan Maksiat
Sikap terang-terangan dalam mencapai puncak kemungkaran merupakan hal yang sangat keji dan kotor. Di mana akalpun hampir tak percaya dengan kejadian itu, jikalau kejadian tersebut tidak bisa dibuktikan.
Memang ada orang yang sakit lalu ingin berbuat kelainan dan keanehan. Namun ia akan berusaha menutup-nutupi atau menyembunyikan kekejiannya. Dia akan berusaha menikmati kekejian tersebut dengan sembunyi-sembunyi. Dia akan merasa takut bila diketahui oleh orang lain, karena sesungguhnya fitrah yang masih suci dan lurus akan berusaha menyembunyikan kenikmatan jika itu tidak diinginkan oleh tabiat dan syariat. Bahkan sebagian hewan pun tidak akan melakukan perbuatan tersebut. Berbeda halnya dengan kaum Nabi Luth, mereka melakukannya terang-terangan dan dilakukan bersama-sama, bahkan mereka sangat bergembira dengan hal itu. Sungguh kondisi ini sangat ironi yaitu sebuah kondisi yang bertolak belakang dengan fitrah dan kewajaran. Di mana tidak ada seorang makhluk pun yang menyamai kondisi seperti ini.
Rasa Demam Pada Pengidap Penyakit Homoseksual
Allah ﷻ berfirman:
وَجَاءَهُ قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ
“Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas…”[QS. Hud: 78]
Nabi Luth ‘alaihissalam melihat sesuatu yang mirip dengan demam pada badan orang-orang yang tergopoh-gopoh datang ke rumahnya. Mereka mengancam diri Nabi Luth alaihisalam dengan ancaman kepada tamu dan anak-anak perempuannya. Allah ﷻ berfirman:
وَلَقَدْ أَنْذَرَهُمْ بَطْشَتَنَا فَتَمَارَوْا بِالنُّذُرِ وَلَقَدْ رَاوَدُوهُ عَنْ ضَيْفِهِ فَطَمَسْنَا أَعْيُنَهُمْ فَذُوقُوا عَذَابِي وَنُذُرِ
“Dan sesungguhnya dia (Luth), telah memeringatkan mereka akan azab-azab Kami, maka mereka mendustakan ancaman-ancaman itu. Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku” [QS. Al Qamar: 36-37].
Tindakan kejahatan dan sikap gegabah mereka telah mencapai puncaknya. Hal itu mendorong mereka memaksa Nabi Luth ‘alaihissalam untuk menyerahkan tamunya, yaitu para malaikat yang disangka pemuda tampan nan rupawan. Api gejolak syahwat mereka menyala-nyala, nafsu mereka semakin berkobar, nafsu aneh dan ganjil, syahwat keji lagi kotor, ingin dilampiaskan kepada para tamu Nabi Luth ‘alaihissalam.
Tak Ada Malu Lagi
Tanpa merasa risih dan segan, mereka telah menurunkan kehormatan nabi mereka yang telah memeringatkan mereka akan hukuman maupun balasan dari perbuatan ganjil, aneh, lagi keji, dan menjijikkan ini. Nabi Luth ‘alaihissalam berusaha membangkitkan fitrah suci lagi lurus mereka. Beliau mengarahkan mereka kepada lawan jenis lain, yang memang Allah ﷻ ciptakan untuk mereka:
قَالَ يَا قَوْمِ هَٰؤُلَاءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُم
“Luth berkata: “Hai kaumku, inilah putri-putriku. Mereka lebih suci bagimu” [QS. Hud: 78]
Beliau membimbing mereka agar suka dan cinta terhadap para wanita. Para wanita itu adalah putri-putri beliau secara syari, karena kedudukan seorang nabi bagi umatnya, seperti seorang ayah terhadap anak-anaknya. Demikian keterangan yang dibawakan oleh Mujahid, Sa’id Bin jubair, Ar Rabi bin Anas, dan Muhammad bin Ishaq. Dan pendapat inilah yang kami pilih.
Kenapa Bukan Wanita ?
Para wanita itu lebih suci dari segala sisi, baik dari sisi jiwa maupun fisik. Para wanita yang sesuai dengan fitrah yang suci dan bersih. Mereka memiliki kebersihan dan kesucian; kesucian fitrah, kesucian akhlak, hingga kesucian agama. Para wanita itu juga suci secara fisik, yaitu ketika Allah ﷻ menjadikan mereka dengan takdirnya sebagai seorang wanita tumbuh di dalam rumahnya. Demikian pula Allah ﷻ telah jadikan mereka suci lagi bersih. Nabi Luth mengatakan:
فَاتَّقُوا اللَّهَ وَلَا تُخْزُونِ فِي ضَيْفِي
“Maka bertakwalah kepada Allah, dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini” [QS. Hud: 78]
Beliau mengucapkan kalimat ini dalam rangka memancing kejantanan dan keberanian mereka. Juga dalam memancing adat kebiasaan Badui mereka yang selalu memuliakan tamu. Beliau juga membangkitkan keberanian manusiawi di dalam diri mereka.
Sementara itu Nabi Luth ‘alaihissalam mengetahui, bahwa jiwa-jiwa yang telah terbalik dan tertutup tidak akan menganggap perkara tersebut sebagai suatu keberanian dan kejantanan, tidak pula menganggapnya sebagai perasaan manusiawi yang bisa dibangkitkan lagi. Akan tetapi, walaupun susah dan sulitnya hal tersebut, Nabi Luth ‘alaihissalam tetap berusaha semampunya. Kemudian beliau mengatakan lagi:
أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ
“Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?” [QS. Hud: 78].
Kenapa Nabi Luth Yang Disalahkan?
Dan sebagai ganti dari berkobar dan bergejolaknya syahwat mereka yang merendahkan kehormatan dan menghilang rasa malu itu, mereka pun membual dan membanggakan diri, lalu mereka menyalahkan Nabi Luth ‘alaihissalam yang telah menerima tamu dari laki-laki yang tampan rupawan. Seolah-olah Nabi Luth-lah yang bersalah. Seolah beliau, menurut mereka, telah menyebabkan terjadinya perbuatan dosa lagi jahat tersebut. Menurut mereka, Luth ‘alaihissalam telah menggelincirkan mereka ke dalam perbuatan keji itu. Padahal mereka sendiri telah memiliki nafsu membara yang tidak mampu mereka kuasai. Ini sama dengan bualan sebagian tokoh yang membela LGBT, dan menyalahkan orang yang memeringatkan mereka dengan ayat-ayat Allah. Sungguh sejarah yang berulang…
قَالُوا أَوَلَمْ نَنْهَكَ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Mereka berkata: “Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) siapa saja?” [QS. Al Hijr: 70]
قَالُوا لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ
“Mereka berkata: “Sesungguhnya kamu telah tahu, bahwa kami tidak memunyai keinginan terhadap putri-putrimu. Dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki“. [QS. Hud: 79]
Ucapan mereka ini adalah isyarat keji untuk perbuatan keji. Nabi Luth ‘alaihissalam pun menyerah. Beliau merasa lemah dan tidak mampu untuk mencegah kaumnya. Beliau hanya seorang diri di hadapan kaumnya. Nabi Luth ‘alaihissalam jauh dari pengikutnya. Beliau adalah orang asing di sana dan beliau telah meninggalkan daerah asalnya. Kini beliau berada di tengah kaum yang beliau tidak memiliki keluarga yang bisa melindungi dirinya.
قَالَ لَوْ أَنَّ لِي بِكُمْ قُوَّةً أَوْ آوِي إِلَىٰ رُكْنٍ شَدِيدٍ
“Luth berkata: “Seandainya aku ada memunyai kekuatan (untuk menolakmu), atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)“[QS. Hud: 80]
Situasi Pun Semakin Genting
Di dalam kesulitan dan situasi genting itu, Nabi Luth ‘alaihissalam merasa tidak memiliki apapun dan tidak pula siapapun untuk berlindung kepada keluarga yang kuat. Di saat seperti itu, Allah Dzat yang tidak pernah membiarkan para wali-Nya seorang diri, menenangkan dan meneguhkan Luth. Hal ini sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah ﷺ:
“Rahmat dan kasih sayang Allah ﷻ yang telah dicurahkan kepada Nabi Luth. Sungguh ketika itu Nabi Luth telah berlindung kepada keluarga yang begitu kuat“
Dalam kitab Al Bidayah Wan Nihayah, Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengisahkan:
Para ahli tafsir dan selain mereka menyebutkan, bahwa Nabiyullah Nabi Luth ‘alaihissalam berusaha menghalangi kaumnya yang mendesak untuk masuk. Beliau berupaya mencegahnya, sementara itu pintu rumah masih dalam keadaan tertutup dan terkunci. Mereka semua menuntut agar pintu rumah tersebut dibuka. Mereka juga memaksa untuk masuk ke dalam rumah, sedangkan Nabi Luth ‘alaihissalam dari balik pintu memberikan nasihat dan melarang mereka.
Para ahli tafsir menyebutkan:
Di saat itulah Malaikat Jibril keluar menemui mereka. Jibril memukul wajah-wajah mereka dengan pukulan menggunakan ujung sayapnya, sehingga mata-mata terhapus. Mereka menjadi buta, sampai-sampai ada yang menyebutkan, bahwa mata mereka kering dan cekung. Bola mata mereka masuk ke dalam lobangnya, sehingga tempat mata bola mata dan juga bekasnya tidak terlihat lagi.
Akhirnya mereka kembali pulang dalam keadaan berusaha mencari-cari dinding dengan diraba untuk dijadikan jalan pulang. Sambil berjalan pulang, mereka mengancam utusan Ar Rahman, yaitu Malaikat Jibril, bahwa jika terjadi sesuatu pada mereka esok hari, maka Luth akan merasakan akibatnya”
Hancurnya Tujuh Kota Negeri Sodom
Malaikat pun kembali kepada Nabi Luth ‘alaihissalam, kemudian memerintahkan beliau ‘alaihissalam bersama keluarganya untuk berjalan di akhir malam. Mereka juga berpesan kepada Luth ‘alaihissalam dan keluarga, agar jangan sampai ada seorang yang menoleh ke belakang, ketika mereka mendengar suara azab yang menimpa kaumnya, kecuali istrimu. Dia akan ditimpa dengan musibah yang menimpa mereka, ketika waktu yang telah ditentukan tiba. Jibril ‘alaihissalam lalu mencabut dengan ujung sayapnya dari tempat mereka berdiri. Tempat-tempat itu terdiri dari tujuh kota, beserta umat-umat yang berada di tempat tersebut.
Para ulama menyebutkan, bahwa ketika itu jumlah mereka adalah 400 jiwa. Ada juga yang menyatakan, bahwa jumlah mereka 4000 orang. Tidak ketinggalan pula hewan-hewan dan daerah-daerah di sekitar tempat tersebut, baik berupa kota, negeri, atau sekumpulan kampong, diangkat pula oleh Malaikat Jibril.
Malaikat Pun Mendengar Kokok Ayam Kaum Sodom
Semua kota-kota itu diangkat oleh Malaikat Jibril hingga ke puncak langit. Sampai-sampai para malaikat lain yang berada di langit mendengar suara suara kokok ayam jantan, dan suara lolongan anjing-anjing penduduk. Setelah itu Malaikat Jibril membalik dan menghempaskan mereka ke bawah. Jibril menjadikan bagian atasnya menjadi bagian bawah setelah itu:
فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ
“Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras” [QS. Hijr: 74].
Yaitu tanah yang begitu keras lagi kuat.
مَنْضُودٍ
“Dengan bertubi-tubi” [QS. Hud: 82]
مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ
“Yang diberi tanda oleh Tuhanmu” [QS. Hud: 83].
Yaitu tertulis pada setiap batu tersebut, nama orang yang akan ditimpanya, sehingga batu tersebut menghancurkan kepalanya.
Azab Sesuai dengan Perbuatan
Allah tidak akan akan menzalimi hamba-Nya. Jika Allah mengazab mereka, maka itu sesuai dengan perbuatan mereka. Allah ﷻ berfirman:
فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوا آلَ لُوطٍ مِنْ قَرْيَتِكُمْ ۖ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ
“Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: “Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih” [QS. An Naml: 56].
Mereka mengejek dengan ejekan, seolah-olah Nabi Luth dan pengikutnya mengaku suci dan bersih dari perbuatan kotor dan menjijikkan tersebut. Mereka mengingkari sikap Nabi Luth ‘alaihissalam sebagai bentuk menyucikan diri, disebabkan fitrah mereka telah menyimpang. Mereka tidak merasa, bahwa diri mereka telah menyimpang dari fitrah, dan lebih condong kepada perbuatan keji lagi menjijikkan tersebut. Sehingga mereka justru merasa sempit dan risih dengan sikap menyucikan diri yang sebenarnya. Makanya mereka tertekan bila Nabi Luth ‘alaihissalam mengharuskan mereka meninggalkan kelainan yang ganji lagi aneh itu.
Ketika mata hati mereka telah buta, mata Jibril pun membutakan pandangan mata mereka:
فَطَمَسْنَا أَعْيُنَهُمْ
“Lalu Kami butakan mata mereka” [QS. Al Qamar: 37].
Dan ketika mereka memutar balik fitrah, maka Allah ﷻ membalikkan kota dan tempat tinggal mereka:
فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا
“Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah” [QS. Al Hijr: 74]
Asy Syinqithi rahimahullah berkata:
“Ketika kaum Nabi Luth ‘alaihissalam memutar-balik hubungan seks dengan mendatangi kaum lelaki bukan kaum wanita, maka balasan dan hukuman pun sesuai dengan perbuatan mereka, yaitu Allah ﷻ kembalikan tempat tinggal mereka. Hanya Allah ﷻ yang mengetahui hakikat kebenarannya“.
Allah ﷻ berfirman:
وَالْمُؤْتَفِكَةَ أَهْوَىٰ
“Dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah” [QS. An Najm: 53]
Kota-kota mereka terbalik bagian atasnya menjadi bagian bawahnya.
Allah ﷻ berfirman:
فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا
“Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah” [QS. Al Hijr: 74]
Ini adalah bentuk penghancuran total dan menyeluruh, yaitu membalikkan segala sesuatu dan mengubah bangunan serta menghancurkannya. Membalikkan bagian atas kota itu menjadi bagian bawah, adalah hal yang paling sesuai dan mirip dengan fitrah mereka yang telah terbalik dan rendah. Fitrah yang turun dari fitrah manusia kepada fitrah hewan rendahan, bahkan lebih rendah daripada hewan. Karena hewan masih tetap di atas fitrah hewani mereka.
Hujan batu itupun turun…
Allah ﷻ berfirman:
وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا ۖ فَسَاءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِينَ
“Dan Kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu). Maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu” [QS. An Naml: 58]
Mereka ditimpa oleh hujan yang mematikan dan membinasakan. Padahal hujan itu sebenarnya adalah menurunkan air yang menghidupkan dan menumbuhkan tanaman. Hujan yang mematikan ini setimpal dengan perbuatan mereka, yang meletakkan air kehidupan (air mani) bukan pada tempatnya, yaitu sebagai sumber dan demi kehidupan manusia.
Sehingga balasan pun sesuai dengan jenis amalan mereka. Mereka juga ditimpa dengan hujan yang disertai dengan angin ribut. Hujan yang menenggelamkan dan juga air yang membanjiri itu bertujuan untuk membersihkan muka bumi dari kotoran dosa yang mereka lakukan. Serta membersihkan tempat yang mereka tinggali.
Barang siapa yang melihat dengan pandangan mata, dan memerhatikan tanda-tanda yang ada pada mereka, maka lihatlah bagaimana Allah ﷻ mengubah negeri itu beserta penduduknya.
Bagaimana Allah ﷻ menjadikannya negeri tersebut sebagai negeri yang mati dan tidak memiliki kehidupan, setelah sebelumnya negeri yang makmur.
Bagaimana Allah ﷻ menjadikan tempat tersebut sebagai danau yang begitu busuk baunya.
Danau Yang Busuk
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan:
“Allah ﷻ menjadikan negeri mereka sebagai danau yang mengeluarkan bau busuk. Airnya tidak bisa dimanfaatkan. Begitu pula dengan daerah-daerah yang berbatasan dengan danau tersebut, juga tidak bisa dimanfaatkan. Hal ini disebabkan karena jelek dan buruknya kondisi danau tersebut. Maka danau tersebut sebagai pemberian pelajaran, hukuman, serta nasihat dan petuah.
Di samping itu juga sebagai tanda kekuasaan dan keagungan serta kekuatan Allah ﷻ ketika murka terhadap siapa saja yang menyelisihi maupun yang melanggar perintah Nya, serta mendustakan Rasul-Nya. Kemudian mengikuti hawa nafsunya, dan bermaksiat kepada pelindungnya, sehingga kebusukan mereka sesuai dengan busuknya bau danau itu“
Semoga ini bisa memberikan pelajaran bagi mereka yang berakal dan cerdas, menerima apa yang dibimbingkan oleh Rasulullah ﷺ. Dia menikahi pasangan yang dihalalkan oleh Allah ﷻ dan tidak mengikuti apa yang dibisikkan oleh setan yang durhaka, sehingga ia berhak mendapatkan ancaman azab, serta masuk ke dalam firman Allah ﷻ:
وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيد
“Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim“[QS. Hud: 83]
Demikian akhir kisah mengenaskan, memalukan, dan menghinakan dari pendahulu pemuja LGBT. Apakah masih ada orang yang mau mengikuti jejak mereka ?
________
*Diterjemahkan dan diringkas dari kitab: 100 Qishshah Min Nihayatidz Dzalimin dengan sedikit tambahan keterangan.
Sumber:
http://abuubaidillah.com/kisah-pemuja-lgbt-yang-berakhir-tragis
http://abuubaidillah.com/syahwat-pesakitan-lgbt-yang-tak-terbendung
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ DENGAN DALIH TOLERANSI, JANGAN SAMPAI KITA KEBABLASAN Dengan dalih toleransi, jangan sampai kita kebablasan.…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH TOLERANSI, TAPI JANGAN KEBABLASAN Boleh toleransi, tapi jangan kebablasan. Tidak sedikit orang…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ BOLEH DAN TIDAK BOLEH TERHADAP NON-MUSLIM (TAUTAN e-BOOK) Agar toleransi tidak kebablasan, cobalah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ LIMA PRINSIP RUMAH TANGGA ISLAMI (E-BOOK) Islam agama yang sempurna. Maka pasti ada…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ KABAR GEMBIRA BAGI YANG TELAH MENYESALI DOSANYA (e-BOOK) Oleh: Ustadz: Dr. Abu Hafizhah…
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ SAFAR WANITA TANPA MAHRAM DIBOLEHKAN DENGAN KETENTUAN DAN SYARAT, BENARKAH? Asalnya, Safar Wanita…