Istilah “hijrah” menjadi lebih populer di zaman ini. Hijrah yang dimaksudkan yaitu mulai kembali kepada kehidupan beragama, berusaha mematuhi perintah Allah, menjauhi larangan-Nya dan berusaha menjadi lebih baik, karena sebelumnya tidak terlalu peduli, atau sangat tidak peduli dengan aturan agama. Istilah ini dibenarkan karena Nabi ﷺ menjelaskan, bahwa orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan larangan Allah dan kembali kepada Allah dan agamanya.
Rasullullah ﷺ bersabda:
ﻭَﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮُ ﻣَﻦْ ﻫَﺠَﺮَ ﻣَﺎ ﻧَﻬَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪ
”Dan Al-Muhaajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan larangan Allah”. [HR. Bukhari dan Muslim]
Sangat membuat kita sedih, ketika ada sebagian saudara kita yang “hijrahnya gagal” yaitu tidak istiqamah di atas agama, kembali lagi ke dunia kelamnya yang dahulu, dan kembali melanggar larangan Allah.
Berikut kiat-kiat agar “Hijrah Tidak Gagal” dan dapat istiqamah di jalan agama:
1. Berniat ikhlas ketika hijrah
Hijrah bukan karena tendensi dunia atau kepentingan dunia, tetapi ikhlas karena Allah. Seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya dan sesuai dengan niat hijrahnya.
“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Maka barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul -Nya. Dan barang siapa hijrahnya karena dunia yang ingin ia dapatkan, atau mendapatkan wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia inginkan itu.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Bahkan kita tetap harus meluruskan niat ketika telah hijrah agar tetap istiqamah, karena yang namanya hati sering berubah-ubah dan mudah berubah niatnya. Niat dan ikhlas adalah perkara yang berat untuk dijaga agar istiqamah dan sangat membutuhkan pertolongan Allah.
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata:
ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي ؛ لأنها تتقلب علي
“Tidaklah aku berusaha untuk mengobati sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak-balik.” [Jami’ Al-‘ulum wal hikam hal.18, Darul Aqidah, Koiro, cet. I, 1422 H]
2. Segera mencari lingkungan yang baik dan sahabat yang saleh
Ini adalah salah satu kunci utama sukses hijrah, yaitu memiliki teman dan sahabat yang membantu untuk dekat kepada Allah, dan saling menasihati serta saling mengingatkan. Hendaknya kita selalu berkumpul bersama sahabat yang saleh dan baik akhlaknya.
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang saleh dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” [HR. Bukhari]
Perlu diperhatikan, bahwa hati manusia lemah, apalagi ketika sendiri. Perlu dukungan, saling menasihati antar sesama. Selevel Nabi Musa ‘alaihissalam saja memohon kepada Allah agar mempunyai teman seperjuangan yang bisa membantunya dan membenarkan perkataannya, yaitu Nabi Harun ‘alaihissalam. Beliau berkata dalam Alquran:
“Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku. Maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku. Sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku” [QS. Al-Qashash: 34]
Mereka yang “gagal hijrah” bisa jadi disebabkan karena masih sering berkumpul dan bersahabat dekat dengan teman-teman yang banyak melanggar larangan Allah.
3. Menguatkan fondasi dasar tauhid dan akidah yang kuat dengan mengilmui dan memahami makna Syahadat dengan baik dan benar
Syahadat adalah dasar dalam agama. Kalimat ini tidak sekedar diucapkan akan tetapi kalimat ini mengandung makna yang sangat mendalam dan perlu dipelajari lebih mendalam. Allah menjelaskan dalam Alquran bahwa kalimat syahadat akan meneguhkan seorang muslim untuk kehidupan dunia dan Akhirat jika benar-benar mengilmui dan mengamalkannya.
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di Akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan Allah memperbuat apa yang Dia kehendaki” [QS. Ibrahim: 27]
Maksud dari “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh…” sebagaimana dalam hadis berikut:
“Jika seorang Muslim ditanya di dalam kubur lalu ia berikrar, bahwa tidak ada Sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka inilah tafsir ayat: ‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di Akhirat’” [HR. Bukhari dan Muslim]
4. Mempelajari Alquran dan mengamalkannya
Tentu saja, karena Alquran adalah petunjuk bagi kehidupan di dunia, agar selamat dunia dan Akhirat. Sebagaimana seseorang yang hendak pergi ke suatu tempat, tentu perlu petunjuk dan arahan berupa peta dan penunjuk jalan semisalnya. Jika tidak menggunakan peta dan tidak ada orang yang memberi petunjuk, tentu akan tersesat dan tidak akan sampai ke tempat tujuan. Apalagi ternyata ia tidak tahu bagaimana cara membaca peta, tidak tahu cara menggunakan petunjuk yang ada serta tidak ada penunjuk jalan, tentu tidak akan sampai dan selamat.
Allah menurunkan Alquran untuk meneguhkan hati orang yang beriman dan sebagai petunjuk. Membacanya juga dapat memberikan kekuatan serta kemudahan dalam beramal saleh dan berakhlak mulia, dengan izin Allah ﷻ.
“Katakanlah: ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Alquran itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’” [QS. An-Nahl: 102]
Allah ﷻ juga berfirman:
هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ
“Alquran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman” [QS. Fushilat: 44]
5. Berusaha tetap terus beramal walaupun sedikit
Ini adalah kuncinya, yaitu tetap beramal sebagai buah ilmu. Amal adalah tujuan kita berilmu, bukan sekadar wawasan saja. Karenanya kita diperintahkan tetap terus beramal meskipun sedikit, dan ini adalah hal yang paling dicintai oleh Allah.
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah ﷻ adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” [HR. Muslim]
Beramal yang banyak dan terlalu semangat juga kurang baik, apalagi tanpa ada ilmu di dalam amal tersebut. Sehingga nampaknya seperti semangat di awal saja, tetapi setelahnya kendur, bahkan sudah tidak beramal lagi.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ berkata padanya:
“Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si Fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.” [HR. Bukhari dan Muslim]
6. Sering berdoa dan memohon keistiqmahan dan keikhlasan
Tentunya tidak lupa kita berdoa agar bisa tetap istiqamah beramal dan beribadah sampai menemui kematian.
Allah ﷻ berfirman:
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu Al-Yaqin (yakni ajal)” [QS. Al-Hijr: 99]
Doa berikut ini sebaiknya sering kita ucapkan dan sudah selayaknya kita hafalkan:
“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami. dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Dzat yang Maha Pemberi (karunia)” [QS. Ali Imran: 8].
Ya Muqallibal Quluubi Tsabbit Qalbiy ‘Alaa Diinika
Artinya:
“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” [HR. At-Tirmidzi no. 3522, Lihat Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2792]
Dan masih banyak doa yang lainnya.
Tidak lupa pula kita selalu berusaha dan berdoa agar kita ikhlas dalam beribadah dan beramal. Ikhlas hanya untuk Allah semata serta jauh dari riya, mengharapkan pujian manusia, dan tendensi dunia.
Semoga kita selalu diberikan keikhlasan dan keistiqamahan dalam beramal.